Properti Diguncang Pajak; NIRO Tawarkan Potensi Dari Recurring Income
NIRO lebih mengandalkan pendapatan berulang dari sewa mall dan hotel
NIRO lebih mengandalkan pendapatan berulang dari sewa mall dan hotel
Bareksa.com - Isu peningkatan pajak penjualan properti menjadi salah satu sentimen negatif yang mendorong pelemahan pada saham-saham sektor ini. Padahal, tidak semua perusahaan properti mengandalkan penjualan rumah atau pun apartemen sebagai sumber pendapatannya.
Salah satunya PT Nirvana Development Tbk (NIRO). Berdasarkan laporan keuangan 2014, presentase pendapatan berulang (recurring income) mencapai 61 persen dari total pendapatan.
Recurring income merupakan pendapatan berulang yang diperoleh dari produk properti. NIRO memperoleh recurring income melalui pengelolaan mall dan hotel miliknya.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik: Proporsi Pendapatan NIRO
sumber: perusahaan, bareksa.com
Tidak hanya mengandalkan recurring income, NIRO juga mengkhususkan diri untuk membangun di kota kelas ke-2 sampai kelas ke-4 (contohnya: Cirebon, Solo, Ketapang, Sampit). Pilihan membangun di kawasan seperti ini menarik karena memiliki potensi yang cukup besar. Selain harga tanah yang lebih murah, tingkat konsumsi di wilayah-wilayah tersebut tergolong tinggi.
Data penjualan perusahaan retail menunjukan penjualan di luar Jakarta ternyata lebih menggiurkan. Laporan riset Maybank Kim Eng yang sudah dipublikasikan kepada nasabah pada 27 Febuari 2015 menunjukan, penjualan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) lebih banyak didominasi di luar Jakarta dan luar pulau Jawa.
Grafik: Data Penjualan MPPA & LPPF
sumber: riset Maybank Kim Eng, bareksa.com
Bahkan, dalam materi paparan publik Mei 2015, disebutkan bahwa 60 persen gerai baru MPPA akan dibangun di luar pulau Jawa. Alasannya, kompetisi di wilayah ini lebih rendah dan memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi. Hal ini menunjukan bahwa potensi dari kota kelas ke-2 sampai kelas ke-4 baik di pulau Jawa maupun luar pulau Jawa sangat besar.
Gambar: Kontribusi Penjualan MPPA Berdasarkan Wilayah
sumber: perusahaan, bareksa.com
Minat peritel seperti MPPA dan LPPF untuk mengembangkan bisnis di luar pulau Jawa, sejalan dengan langkah yang diambil NIRO. Perseroan itu pun tidak mengkhawatirkan tingkat okupansi mall di daerah tersebut.
Selain potensi dari ekspansi perusahaan ritel, kondisi keuangan NIRO juga cukup sehat. Perusahaan ini berhasil mengurangi jumlah utangnya.
Pada kuartal I-2015, NIRO melunasi saldo utang bank di antaranya kepada PT Bank ICBC Indonesia sebesar Rp244 miliar, PT Bank Victoria International sebesar Rp125 miliar, PT Bank Sinarmas Tbk sebesar Rp81 miliar, dan PT Bank Capital Indonesia Tbk senilai Rp123 miliar.
Pelunasan sejumlah utang tersebut menyehatkan neraca keuangan NIRO. Rasio utang terhadap modal (Debt to Equity Ratio/DER) kuartal pertama 2015 turun menjadi 8,38 persen dari sebelumnya 42,54 persen.
Grafik: Pertumbuhan DER NIRO
sumber: perusahaan, bareksa.com
Sebagai informasi, NIRO pada Februari 2015 juga mengumumkan penerimaan pendanaan sebesar $125 juta atau setara Rp1,6 triliun (asumsi kurs Rp13.000 per dolar) dari perusahaan permodalan swasta asal Amerika, Warbug Pincuss. (pi)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.311,31 | - 0,02% | 3,54% | 0,02% | 5,67% | 18,13% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.766,74 | 0,56% | 3,41% | 0,02% | 7,34% | 17,26% | 43,41% |
STAR Stable Income Fund | 1.917,73 | 0,52% | 2,95% | 0,02% | 6,35% | 30,73% | 60,39% |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 1.750,18 | - 0,68% | 3,54% | 0,01% | 4,21% | 18,57% | 46,98% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.034,18 | - 0,40% | 1,62% | 0,01% | 2,52% | - 2,29% | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.