BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Euphoria Jokowi, Kinerja Positif BUMN 2014 Dipimpin Waskita, PT PP & Kimia Farma

17 Desember 2014
Tags:
Euphoria Jokowi, Kinerja Positif BUMN 2014 Dipimpin Waskita, PT PP & Kimia Farma
Proyek pembangunan stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Bundaran HI (Bareksa.com/Adityo)

Saham konstruksi dan kesehatan melonjak melebihi IHSG karena harapan program pemerintah baru

Bareksa.com – Sebagian besar perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami lonjakan kenaikan harga saham hingga melebihi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang secara year-to-date memperoleh return 23,81 persen.

BUMN sektor konstruksi dan kesehatan memimpin kenaikan harga saham akibat euphoria Pemilu. Lalu diikuti BUMN sektor perbankan dan infrastruktur.

Berdasarkan data Bareksa.com, harga saham-saham Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN) yang bergerak di sektor konstruksi melonjak dua hingga tiga kali harganya secara year-to-date.

Promo Terbaru di Bareksa

BUMN yang termasuk dalam sektor konstruksi adalah PT Waskita Karya (persero) Tbk (WSKT), PT Adhi Karya (persero) Tbk (ADHI), PT Pembangunan Perumahan (persero) Tbk (PTPP), dan PT Wijaya Karya (persero) Tbk (WIKA). Secara year-to-date, saham WSKT bisa melonjak 202 persen mencapai harga Rp1.225 pada penutupan 15 Desember 2014. Diikuti PTPP dengan return 185,78 persen. Lalu WIKA dan ADHI masing-masing naik 108,54 persen dan 100,66 persen.

Joshua, analis dari Equity Securities Indonesia mengatakan bahwa pergerakan saham BUMN mencerminkan harapan investor terhadap pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

“Tahun ini tahun pemilu. Jadi harapan pelaku pasar sudah besar terhadap pemerintahan Jokowi-JK. Ini terlihat dari harga saham BUMN khususnya konstruksi,” ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com.

Menurutnya, pemerintah baru ini memiliki banyak program untuk mengembangkan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Selain itu, kebijakan pengalihan anggaran subsidi bahan bakar untuk sektor infrastruktur juga dipandang baik oleh investor.

Grafik. Pergerakan return harga saham ADHI, PTPP, WIKA dan WSKT periode year-to-date

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Hal yang sama juga dialami saham-saham BUMN di sektor farmasi yang mengalami kenaikan harga lebih dari dua kali lipat. Saham PT Indofarma (persero) Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma (persero) Tbk (KAEF) masing-masing tumbuh 130.13 persen dan 158.33 persen sepanjang tahun ini.

David Nathanael Sutyanto, analis dari First Asia Capital kepada Bareksa.com menjelaskan bahwa kenaikan dari sektor farmasi ini didukung oleh program pemerintah yang mendorong sektor kesehatan.

“KAEF dan INAF terdorong oleh adanya program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan Kartu Indonesia Sehat,” pungkasnya.

Grafik. Pergerakan return harga saham INAF dan KAEF periode year-to-date

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Selanjutnya peningkatan harga saham juga terjadi pada bank milik pemerintah yang dipimpin oleh PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BBRI) dengan imbal hasil sebesar 57 persen secara year-to-date. Selanjutnya, saham PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk (BBTN) juga mencetak return di atas IHSG yaitu masing-masing 48.73 persen, 34.08 persen, dan 33.91 persen.

Joshua menjelaskan bahwa kenaikan saham sektor bank seiring dengan kinerja positif pada sektor konstruksi. Para BUMN karya sebagian besar mendapat dukungan dana dari bank-bank pelat merah juga.

“Saham perbankan itu serangkai dengan konstruksi dan properti karena konstruksi akan meminjam uang bank yang punya nama besar, yaitu bank milik pemerintah juga,” tukasnya.

Grafik. Pergerakan return harga saham BBRI, BBNI, BMRI dan BBTN periode year-to-date

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Sementara itu, saham-saham BUMN dari sektor infrastruktur dan transportasi juga memiliki kinerja yang positif sepanjang tahun yaitu PT Jasa Marga (persero) Tbk (JSMR), PT Telekomunikasi Indonesia (persero) Tbk (TLKM) dan PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk (PGAS). Tertinggi dipimpin oleh JSMR dengan return 44,97 persen. TLKM dan PGAS masing-masing hanya memberikan return 29,53 persen dan 32,4 persen.

Bahkan, return positif sepanjang tahun ini pun dibukukan oleh maskapai nasional PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yakni 15 persen. Walaupun saham GIAA masih terkendala oleh kerugian akibat naiknya beban operasional dan juga pergantian jajaran direksi. (baca juga: Emirsyah Satar Datang Dan Pergi Saat Garuda Indonesia Alami Keadaan Yang Berat)

Grafik. Pergerakan return harga saham GIAA, JSMR, PGAS dan TLKM periode year-to-date

Illustration

Sumber: Bareksa.com

David menjelaskan bahwa di antara saham-saham dalam sektor infrastruktur, saham yang disukainya adalah PGAS karena adanya program pemerintah untuk mengalihkan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dengan gas.

“Saya dukung PGAS karena ke depan akan banyak konversi dari BBM ke gas,” ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com.

Di saat yang sama, saham-saham sektor semen milik pemerintah hanya membukukan return sekitar 14 persen sepanjang tahun, tidak setinggi konstruksi dan perbankan. PT Semen Baturaja (persero) Tbk (SMBR) dan PT Semen Indonesia (persero) Tbk (SMGR) masing-masing mencetak imbal hasil 14.55 persen dan 14.13 persen.

Grafik. Pergerakan return harga saham SMGR dan SMBR periode year-to-date

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Tidak hanya BUMN, anak usaha juga memberikan imbal hasil positif tahun ini. Perusahaan penyedia jasa minyak dan gas PT Elnusa Tbk (ELSA) mencatatkan return 93,94 persen. Perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) ini mendapat dukungan dari induk usahanya yang merupakan pengelola minyak dan gas nasional.

Tapi tidak semua BUMN memberikan return positif pada tahun ini. BUMN yang bergerak di sektor pertambangan mengalami penurunan harga saham seiring dengan penurunan permintaan dan harga komoditas.

Hanya saham produsen batubara PT Tambang Batubara Bukit Asam (persero) Tbk (PTBA) yang memberikan return positif 25,25 persen. PTBA tidak terlalu terpengaruh terhadap penurunan permintaan global karena sebagian produksinya dipakai di dalam negeri terutama untuk pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Grafik. Pergerakan return harga saham ANTM, ELSA, KRAS, PTBA & TINS periode year-to-date

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Di sisi lain, kinerja buruk dicatatkan oleh saham-saham perusahaan tambang mineral yaitu PT Timah (persero) Tbk (TINS) dan PT Aneka Tambang (persero) Tbk (ANTM) dengan return yang negatif masing-masing 25,31 persen dan 12,39 persen.

“Antam bergantung dari penjualan emas yang harganya lagi kurang bagus. Dia mungkin bisa untung dari penjualan nikel tetapi harus menunggu pembangunan smelternya dulu,” kata Joshua.

Sementara itu, saham PT Krakatau Steel (persero) Tbk (KRAS) mencatat penurunan harga 5,86 persen. Joshua menjelaskan bahwa kinerja perusahaan industri baja ini buruk akibat manajemen yang kurang baik.

“Bisnis baja seharusnya dipakai untuk membuat konstruksi, dan logikanya ikut berkembang seperti industri konstruksi. Namun, saat kinerjanya turun, pasti ada yang salah dengan pengelolaanya. Bisa dibilang manajemennya juga salah,” katanya. (np)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,44

Up0,08%
Up3,33%
Up0,02%
Up5,55%
Up18,27%
-

Capital Fixed Income Fund

1.769,29

Up0,54%
Up3,38%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,32%
Up43,94%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,07

Down- 0,93%
Up3,17%
Up0,01%
Up3,84%
Up18,21%
Up46,65%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.036,37

Down- 0,18%
Up1,84%
Up0,01%
Up2,73%
Down- 2,13%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,65

Up0,48%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua