BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Menjelang Akhir Juli Ekonomi Masih Belum Pasti, Investor Lebih Hati-hati

Abdul Malik21 Juli 2021
Tags:
Menjelang Akhir Juli Ekonomi Masih Belum Pasti, Investor Lebih Hati-hati
Ilustrasi investor memantau perkembangan pasar saham dan obligasi yang berpengaruh pada investasinya di reksadana dan SBN. (Shutterstock)

Sejak awal tahun hingga 19 Juli 2021 kinerja reksadana pasar uang menjadi yang paling unggul dibandingkan jenis reksadana lainnya

Bareksa.com - Menjelang berakhirnya Juli 2021, kinerja reksadana masih menunjukkan hasil yang bervariatif. Dua jenis reksadana yang rendah risiko seperti pasar uang dan pendapatan tetap masih memimpin dengan imbal hasil yang positif.

Sementara dua jenis reksadana lainnya yang cenderung tinggi risikonya seperti reksadana saham dan reksadana campuran masih mengalami tekanan dengan tumbuh negatif.

Illustration

Sumber: Bareksa

Berdasarkan data Bareksa, sejak awal tahun hingga 19 Juli 2021 kinerja reksadana pasar uang menjadi yang paling unggul dengan kenaikan 1,62 persen sepanjang tahun berjalan atau year to date (YtD).

DI peringkat kedua, reksadana pendapatan tetap menorehkan kenaikan tipis 0,53 persen YtD. Sementara itu, reksadana campuran dan reksadana saham kompak mencatatkan pertumbuhan negatif masing-masing -2,07 persen YtD dan -6,28 persen YtD.

Capaian tersebut jelas menandakan industri reksadana sedang mengalami tekanan, mengingat dua reksadana yang tinggi risiko seharusnya secara teori juga memberikan imbal hasil yang tinggi pula, namun ternyata sebaliknya.

Hal tersebut tentu tak luput dari kinerja pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sejauh ini hanya mampu naik tipis 0,64 persen YtD, sangat jauh dari kata optimal.

Terlebih indeks saham lainnya yang kerap jadi acuan pembentuk portofolio reksadana juga menorehkan kinerja mengecewakan, sebut saja indeks LQ45 (-10,37 persen YtD), JII (-13,28 persen YtD), dan SRI KEHATI (-14,44 persen YtD).

Ekonomi Belum Pasti, Investor Lebih Hati-hati

Apa yang terjadi pada industri reksadana sejauh ini, tentu secara umum menggambarkan sikap yang diambil investor di tengah prospek pertumbuhan ekonomi yang belum pasti akibat pandemic Covid-19 yang masih belum berhenti.

Tekanan ekonomi Indonesia antara lain masih terlihat dari rendahnya daya beli masyarakat. Inflasi tahunan per Juni 2021 tercatat turun ke level 1,33 persen year on year (YoY), dari sebelumnya 1,68 persen YoY pada Mei.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercermin dari pertumbuhan produk domestik bruto juga catatkan angka negatif selama empat kuartal berturut-turut, yakni -5,32 persen YoY (Q2 2020), -3,49 persen YoY (Q3 2020), -2,19 persen YoY (Q4 2020), dan -0,74 persen YoY (Q1 2021).

Kemudian, neraca perdagangan Indonesia juga tercatat turun di Juni menjadi US$1,32 juta dari sebelumnya US$1,4 juta di Mei.

Dengan demikian, kondisi ekonomi saat ini setidaknya masih menjadi lampu kuning bagi investor untuk berhati-hati karena masih belum ada kepastian akan pemulihan ekonomi dalam waktu dekat.

Tipe Reksa Dana

AUM Des-20 (Rp Triliun)

AUM Jun-21 (Rp Triliun)

Pertumbuhan (Rp Triliun)

Capital Protected Fund

145,27

102,04

-43,22

Equity Fund

127,79

122,15

-5,64

Exchanged Traded Fund

16,18

14,47

-1,71

Fixed Income Fund

139,15

143,24

4,09

Global Fund

12,65

16,05

3,40

Index Fund

9,40

7,69

-1,70

Mixed Asset Fund

26,81

24,83

-1,98

Money Market Fund

94,55

103,20

8,65

Sukuk Based Fund

1,75

2,43

0,68

Total

573,54

536,11

-37,44

Sumber: OJK, diolah Bareksa

Hal tersebut juga yang akhirnya menekan dana kelolaan reksadana saham dan campuran sepanjang semester I 2021, di mana masing-masing turun Rp5,64 triliun dan Rp1,98 triliun.

Kondisi ini menggambarkan bahwa investor cenderung menghindari reksadana yang tinggi risiko karena faktor pertumbuhan ekonomi yang belum pasti tadi.

Sebaliknya, dana kelolaan reksadana pasar uang dan pendapatan tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan sepanjang paruh pertama tahun ini, di mana masing-masing naik Rp8,65 triliun dan Rp 4,09 triliun.

Kondisi ini menggambarkan bahwa investor cenderung bermain aman dengan mengalokasikan dana mereka ke instrumen yang lebih rendah risiko.

(KA01/Arief Budiman/AM)

​***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,21

Down- 0,04%
Up3,59%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,25%
-

Capital Fixed Income Fund

1.767,05

Up0,56%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,17%
Up43,56%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,79%
Up3,43%
Up0,01%
Up3,97%
Up18,39%
Up46,82%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,45%
Up1,56%
Up0,01%
Up2,14%
Down- 2,42%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua