BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Meski Pasar Tertekan, Reksadana Saham dan Campuran Dominasi Imbalan Harian

Abdul Malik16 Maret 2021
Tags:
Meski Pasar Tertekan, Reksadana Saham dan Campuran Dominasi Imbalan Harian
Ilustrasi investasi di reksadana yang terus bertumbuh meskipun pasar sedang melemah. (Shutterstock)

Pada perdagangan Senin (15/3/2021), IHSG melemah 0,53 persen ke level 6.324

Bareksa.com - Mengawali pekan ketiga di Maret 2021, bursa saham Tanah Air mengalami tekanan hingga harus rela berakhir di zona merah. Pada perdagangan Senin (15/3/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,53 persen ke level 6.324.

Aktivitas perdagangan saham terpantau cukup ramai dengan nilai transaksi yang mencapai Rp11,17 triliun. Namun di sisi lain, investor asing justru terlihat melepas saham mereka yang tercermin dari adanya aksi jual bersih (net foreign sell) senilai Rp130,8 miliar di pasar reguler.

Pelemahan IHSG kemarin cukup disayangkan mengingat hal tersebut terjadi di tengah sentimen positif yang datang di dalam negeri, di mana Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data ekspor-impor Indonesia bulan Februari kemarin siang.

Promo Terbaru di Bareksa

Pada bulan lalu, total ekspor tercatat US$15,27 miliar atau mengalami kenaikan 8,56 persen dibandingkan dengan Februari 2020 (year on year/YoY) yang mencapai US$14,06 miliar.

Sementara impor indonesia pada Februari 2021 tercatat US$13,26 miliar, naik 14,86 persen dibandingkan dengan Februari 2020 (YoY). Alhasil neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus US$2,01 miliar bulan lalu.

Kenaikan impor tersebut menjadi yang pertama setelah berkontraksi selama 19 bulan beruntun. Kenaikan impor tersebut menjadi kabar baik, sebab menjadi pertanda perekonomian dalam negeri mulai menggeliat.

Di sisi lain, sentimen negatif hadir dari Amerika Serikat (AS), di mana imbal hasil (yield) acuan US Treasury kembali mengalami kenaikan setelah Presiden AS, Joe Biden menekan stimulus jumbo senilai US$1,9 triliun atau setara Rp27.000 triliun yang menaikkan ekspektasi inflasi.

Yield obligasi tenor 10 tahun tersebut naik 8 basis poin (bp) ke 1,642 persen yang artinya aksi jual menimpa pasar surat utang di AS. Level itu merupakan penutupan perdagangan tertinggi pada tahun ini, dan sejak Februari 2020 lalu.

Jika imbal hasil meningkat, maka ekspektasi kupon obligasi di pasar primer pun meningkat yang bakal memicu kenaikan beban pembiayaan bagi emiten obligasi dan menekan kinerja keuangannya.

Reksadana Saham Dominasi Return Harian

Kondisi pasar saham Indonesia yang mencatatkan pelemahan pada perdagangan kemarin, secara umum turut mendorong kinerja reksadana saham yang memang mengalokasikan sedikitnya 80 persen portofolionya ke dalam aset berupa ekuitas tersebut.

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham dan indeks reksadana saham syariah kompak mencatatkan penurunan masing-masing 0,21 persen dan 0,48 persen, sedikit lebih baik dari IHSG yang terkoreksi 0,53 persen.

Illustration

Sumber: Bareksa

Meski begitu, berdasarkan daftar reksadana yang tersedia di Bareksa, reksadana saham dan campuran masih mampu mencatatkan kinerja positif pada perdagangan kemarin.

Berdasarkan top 10 imbal hasil (return) pada perdagangan kemarin, 6 di antaranya ditempati oleh produk reksadana saham, sementara 4 produk lainnya ditempati oleh produk reksadana campuran yang memang juga punya alokasi pada aset saham.

Illustration

Sumber: Bareksa

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.

Maka dari itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang (>5 tahun). Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,83

Up0,43%
Up3,55%
Up0,02%
Up5,95%
Up19,11%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,51

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,47

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,99%
Up60,26%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.758,34

Down- 0,10%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,30%
Up47,85%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,12

Up0,08%
Up2,01%
Up0,02%
Up2,91%
Down- 1,48%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua