BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

IHSG Ambyar 31,2 Persen YtD, Reksadana Pasar Uang Bisa Jadi Aset Defensif

Bareksa19 Maret 2020
Tags:
IHSG Ambyar 31,2 Persen YtD, Reksadana Pasar Uang Bisa Jadi Aset Defensif
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc

Top 10 besar reksadana dengan return harian tertinggi seluruhnya ditempati oleh produk reksadana pasar uang

Bareksa.com - Bursa saham Tanah Air masih dalam tekanan hebat dan terus mencetak rekor terendah barunya. Pada perdagangan Rabu (19/03/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,83 persen ke level 4.330,67. Ini merupakan level penutupan terendah IHSG sejak 14 Desember 2015 lalu.
IHSG memang terus mengalami penurunan sejak awal tahun.

Dengan pelemahan yang terjadi kemarin, artinya IHSG sudah anjlok 31,25 persen year to date (YtD). Sampai dengan kemarin, IHSG masih jadi bursa saham dengan kinerja nomor buruk ketiga dibandingkan dengan kinerja bursa saham kawasan Asia lainnya.

Situasi saat ini memang sedang tidak kondusif karena pandemi COVID-19 yang sudah menginfeksi lebih dari 200 ribu orang dan menewaskan lebih dari 8.700 jiwa di 156 negara dan teritori. Indonesia pun juga sudah terkena wabah menakutkan ini.

Promo Terbaru di Bareksa

Per kemarin (18/03/2020) Indonesia sudah melaporkan total 227 kasus infeksi COVID-19. Sebanyak 19 orang terenggut jiwanya akibat infeksi virus ganas ini.

Sebenarnya jumlah pertambahan kasus di China sudah sangat turun. Namun lonjakan kasus signifikan justru terjadi di luar China. Sejak awal pekan ini jumlah kasus di luar China sudah mengungguli total kasus di China. Total kasus di luar China sudah mencapai 100 ribu lebih.

Walau pagi kemarin Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk memberikan stimulus fiskal US$1 triliun, pasar masih belum benar-benar tenang. Volatilitas masih sangat tinggi. Investor masih memasang mode risk off.

Sebenarnya yang ingin didengar pasar bukan hanya seberapa besar stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan untuk meredam dampak COVID-19, tetapi investor juga ingin mendengar kabar yang lebih menggembirakan yakni pertumbuhan jumlah kasus baru yang drop.

Di Indonesia, wabah ini diperkirakan oleh Badan Inteligen Negara (BIN) akan mencapai puncaknya pada Mei nanti saat bulan Ramadhan. Artinya pertambahan jumlah kasus di dalam negeri berpotensi besar untuk bertambah.

Selagi musuh tak kasat mata itu masih ada di pasar, maka investor tidak akan bisa tenang dan kepanikan masih akan melanda pasar. Akhirnya, arah pergerakan saham masih berpotensi mengalami tekanan hebat dan bergerak dengan volatilitas tinggi seperti sekarang ini.

Reksadana Pasar Uang Dominasi Return Harian

Di tengah kondisi bursa saham yang anjlok pada perdagangan kemarin, hal itu tentu membuat kinerja reksadana secara umum turut mengalami tekanan serupa. Namun di sisi lain, ternyata reksadana pasar uang justru masih mampu mencatatkan kinerja positif pada perdagangan kemarin.

Reksadana Return Tertinggi Harian per 18 Maret 2020

Illustration
Sumber: Bareksa

Berdasarkan reksadana yang dijual di Bareksa, 10 besar reksadana dengan return harian tertinggi seluruhnya ditempati oleh produk reksadana pasar uang, menandakan jenis reksadana ini paling defensif dan stabil di tengah sentimen negatif yang ada.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sementara itu, reksadana pasar uang adalah jenis reksadana yang melakukan investasi pada jenis instrumen investasi pasar uang dangan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Bentuk instrumen investasinya dapat berupa time deposit (deposito berjangka), certificate of deposit (sertifikat deposito), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan berbagai jenis instrumen investasi pasar uang lainnya.

Tujuannya untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Risikonya relatif paling rendah dibandingkan reksadana jenis lainnya.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,43%
Up3,55%
Up0,02%
Up5,95%
Up19,11%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,99%
Up60,26%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,10%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,30%
Up47,85%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,08%
Up2,01%
Up0,02%
Up2,91%
Down- 1,48%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua