BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

IHSG Naik Tapi Net Sell Asing Sepekan Rp2,3 T, Lima Saham Ini Tebanyak Dilepas

Bareksa17 Desember 2018
Tags:
IHSG Naik Tapi Net Sell Asing Sepekan Rp2,3 T, Lima Saham Ini Tebanyak Dilepas
Sejumlah orang mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. IHSG turun dengan sejumlah saham berkapitalisasi besar melemah. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Dalam periode 10 hingga 14 Desember 2018, IHSG mengalami kenaikan 0,71 persen ditutup di level 6.169,84

Bareksa.com - Menjalani pekan kedua Desember 2018, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat cukup positif dengan mencatatkan kenaikan secara mingguan, melanjutkan tren positif yang juga dicatatkan di pekan sebelumnya.

Tercatat dalam periode 10 hingga 14 Desember 2018, IHSG mengalami kenaikan 0,71 persen dengan ditutup pada level 6.169,84.

Secara sektoral, hampir seluruhnya berakhir di zona hijau pada pekan kemarin, kecuali sektor industri dasar dan perdagangan yang masing-masing terkoreksi 0,09 dan 0,02 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

Tiga sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi pada pekan kemarin yaitu aneka industri (2,04 persen), pertanian (2,00 persen), dan pertambangan (1,53 persen).

Di sisi lain,investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) cukup signifikan sepanjang pekan lalu senilai Rp2,3 triliun.

Saham-saham yang paling banyak dilepasoleh investor asing dalam sepekan kemarin :

1. Saham BBCA (Rp850,02 miliar)
2. Saham TLKM (Rp352,3 miliar)
3. Saham ADRO (Rp176,24 miliar)
4. Saham BBNI (Rp133,05 miliar)
5. Saham BMRI (Rp104,07 miliar)

SentimenPositif

Beberapa sentimen yang memberikan pengaruh positif terhadap pergerakan IHSG sepanjang pekan kemarin antara lain terkait perkembangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Selasa (11/12/2018), Wakil Perdana Menteri China, Liu He telah berbicara melalui telepon dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.
AS dan China tengah menyusun rencana kerja sebagai tindak lanjut kesepakatan yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan ini.

Lebih lanjut, China dikabarkan siap memangkas bea masuk bagi impor mobil asal AS dari 40 persen menjadi 15 persen, seperti dikutip dari Reuters. Sebelumnya, sebagai bagian dari balasan atas bea masuk yang dikenakan oleh AS, China membebankan bea masuk ekstra sebesar 25 persen bagi mobil-mobil pabrikan AS yang masuk ke negaranya sehingga total tarifnya menjadi 40 persen.

Salin itu, China diberitakan juga semakin berkomitmen untuk membuka perekonomiannya kepada dunia, termasuk kepada AS.

China kini melunak dalam menjalankan visi “Made in China 2025”, yaitu sebuah konsep yang bertujuan menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai pemain utama industri teknologi tinggi (semikonduktor, robotika, aeronautika, kendaraan ramah lingkungan, dan kecerdasan buatan) untuk membuka jalan menuju negara adikuasa pada 2050.

Bukan sekadar jargon, pemerintah China juga mendukung penuh program tersebut dengan pemberian subsidi. Akibatnya, pemain asing hampir tidak bisa berkompetisi. Administrasi Presiden AS Donald Trump sudah sejak lama mengkritik program tersebut lantaran dianggap proteksionis.

China saat ini dilaporkan sedang melakukan persiapan untuk mengganti program visi “Made in China 2025” dengan sebuah program yang akan memberikan akses lebih besar bagi investor asing untuk berpartisipasi dalam perekonomiannya. Seorang sumber mengatakan bahwa program baru tersebut bisa diperkenalkan pada awal tahun depan.

China tampak melakukan aksi nyata dengan membeli setidaknya 500.000 ton kedelai AS pada hari Rabu (12/12/2018).

Seakan menyambut aksi damai tersebut, Presiden AS Donald Trump berjanji dengan tidak akan menaikkan tarif bea masuk bagi produk-produk China. Sejatinya, tarif bea masuk bagi impor produk China senilai US$200 miliar akan naik dari sebelumnya 10 persen menjadi 25 persen pada 1 Januari 2019.

Sentimen Negatif

Di sisi lain, menjelang akhir pekan terdapat sejumlah sentimen negatif yang mulai menahan dan memangkas kenaikan IHSG.

Terkait dengan normalisasi kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral AS (The Fed), perkembangannya juga sedang kurang baik. Pelaku pasar justru semakin yakin The Fed akan mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuan pada pertemuannya yang dijadwalkan tanggal 18-19 Desember mendatang.

Mengutip situs resmi CME Group, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 13 Desember 2018, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (0,25 persen) pada bulan ini adalah 79,2 persen, naik dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 77,5 persen.

Semakin kuatnya pandagan pelaku pasar terkait kenaikan suku bunga acuan pada bulan ini datang seiring dengan positifnya data tenaga kerja di AS. Kemarin, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 8 Desember turun 27.000 menjadi 206.000, lebih rendah dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 225.000.

Kemudian dari China, perang dagang antara AS dengan China terlihat benar-benar menyakiti perekonomian Negeri Panda.

Kamis (13/12/2018) siang, China merilis angka investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang untuk pertama kalinya sepanjang tahun ini mengalami penurunan. FDI China hingga November tercatat 793,27 miliar yuan, turun dibandingkan hingga Oktober yang sebesar 1.076,6 miliar yuan.

FDI China mengalami kontraksi sebesar 1,3 persen year on year (YoY) hingga bulan November. Capaian tersebut jauh lebih buruk dari capaian hingga bulan Oktober yang masih tercatat ekspansi sebesar 3,3 persen YoY.

Analisis Teknikal IHSG

Illustration
Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal pergerakan IHSG selama sepekan kemarin terlihat cukup positif dan berhasil menembus resisten terdekat yang berada di level 6.157.

Dilihat secara trend-nya, posisi IHSG saat ini semakin mengokohkan uptrend jangka pendeknya yang ditandai dengan posisinya yang berada di atas garis MA 5 dan MA 20.

Selain itu, terbentuknya tiga higher high dan tiga higher low semakin menguatkan asumsi bahwa tren IHSG sedang cukup positif.

Adapun indikator relative strength index (RSI) terpantau sedikit mengalami penurunan akibat koreksi yang terjadi di akhir pekan, namun masih cukup wajar dalam tren positif yang tengah dibangunnya.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.202,74

Up0,42%
Up5,47%
Up9,65%
Up9,79%
Up18,62%
Up7,84%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,32

Up0,49%
Up5,00%
Up8,79%
Up9,05%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.152,7

Up0,45%
Up4,45%
Up9,60%
Up9,91%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.045,13

Up0,98%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua