Menangkap Peluang Emas Saat Krisis
"Dari sisi statistik, di samping faktor fundamental, ini adalah timing yang tepat untuk masuk ke reksa dana saham"
"Dari sisi statistik, di samping faktor fundamental, ini adalah timing yang tepat untuk masuk ke reksa dana saham"
Bareksa.com - Sejak awal tahun hingga September 2015 pasar saham Indonesia mengalami tekanan, terlihat dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih membukukan return negatif (-19 persen). Kondisi tersebut mungkin membuat sebagian investor merasa khawatir dengan kinerja portofolionya.
Namun, menurut Presiden Direktur Syailendra Capital Jos Parengkuan ternyata ada peluang di balik kondisi krisis ini. Apalagi, kinerja pasar saham sudah menunjukkan perbaikan seiring dengan penguatan rupiah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Tiga faktor yang memengaruhi penurunan IHSG sejak awal tahun adalah perlambatan pertumbuhan GDP, pelemahan rupiah dan penjualan oleh investor asing. Namun, mendadak semua berbalik saat ekonomi terlihat mengalami stabilisasi, AS juga kelihatannya menunda kenaikan bunga The Fed. Saat semua yang negatif mendadak positif, IHSG jadi oversold," ujarnya dalam diskusi bersama Bareksa yang disiarkan perdana melalui Periscope (26/10/2015).
Promo Terbaru di Bareksa
Selain itu, ada kemungkinan investor asing akan masuk kembali ke pasar saham Indonesia setelah penjualan besar-besaran pada Agustus. Berdasarkan data pasar, sejak awal tahun, hingga akhir September lalu investor asing sudah mencatatkan penjualan Rp25 triliun di pasar saham.
Menurut dia, pergerakan rupiah merupakan hal yang paling ditakuti investor asing. Akan tetapi, saat rupiah stabil, Indonesia tujuan investasi menarik. Hal itu didukung oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami akselerasi ke depan. Di samping itu, proyek infrastruktur yang direncanakan pemerintah mulai terjadi dan paket kebijakan ekonomi pemerintah semakin baik.
"Outlook sekarang lebih baik daripada satu bulan lalu. Meski asing sejak awal tahun masih membukukan net sell, kondisinya masih akan membaik. Hal itu didukung dengan pertumbuhan GDP yang membaik dan pertumbuhan ekonomi di masa depan," katanya.
Grafik Pergerakan Arus Dana Asing di Pasar Saham

Sumber: Bareksa.com
Pada saat yang sama, ada satu aksi korporasi yang berpotensi menarik investor asing ke pasar saham, yaitu rights issue PT Hanjaya Mandala Sampoerna Putra Tbk (HMSP). Aksi senilai Rp20,7 triliun itu berpotensi menarik investor asing, terutama institusi yang memiliki dana kuat untuk menelan penerbitan saham baru produsen rokok Dji Sam Soe tersebut.
Bila dilihat dari valuasinya, IHSG saat ini sudah berada di kisaran rata-rata 10 tahun terakhir. Sebelum krisis menghantam, valuasi yang dilihat dari rasio harga terhadap laba (price-to-earning ratio/PE ratio) IHSG termasuk tinggi sebesar 17 kali, sebelum jatuh hingga menyentuh 10 kali. "Saat ini, secara valuasi kita lihat IHSG di level cukup fair pada kisaran 13,9 kali yang merupakan rata-rata 10 tahun."
Grafik Valuasi (PE Ratio) IHSG Selama 10 Tahun

Sumber: Riset Syailendra
Is It Time to Buy?
Mengutip statistik pasar yang sudah ada sebelumnya, Jos mengatakan selama sepuluh tahun terakhir IHSG selalu menguat pada kuartal keempat, yaitu Oktober, November, dan Desember. Terlihat dalam tabel, sejak 2001 sampai 2014, pasar pada Desember selalu menunjukkan penguatan (diindikasikan dengan warna hijau). Hanya satu kali selama lima belas tahun terjadi penurunan (diindikasikan dengan warna merah) pada Desember, yaitu pada 2000.
Tabel Kinerja IHSG Sejak Tahun 1990

Sumber: Riset Syailendra
"Dari sisi statistik, di samping faktor fundamental, ini timing yang tepat untuk masuk ke reksa dana saham. Sebab berdasarkan data 15 tahun terakhir, kuartal keempat ini positif untuk saham," kata Jos.
Dia pun mengelaborasi bahwa Bank Indonesia berpotensi menurunkan bunga, dengan asumsi The Fed menahan suku bunga. Bila hal itu terjadi, akan menjadi katalis positif bagi harga obligasi.
"Investor yang tidak ingin mengambil risiko besar bisa masuk ke reksa dana pendapatan tetap atau fixed income. Jadi, dalam waktu 2-3 tahun reksa dana saham dan pendapatan tetap berpotensi naik tinggi," ujarnya.
Berkaca kembali pada data historis, ketika krisis 2008, pasar saham mengalami crash akibat krisis finansial yang dimulai di AS. IHSG anjlok 60 persen dalam kurun waktu 9 bulan. Tetapi setelah mencapai titik terendah (bottom), pasar bisa kembali naik 128 persen dalam 14 bulan.
Grafik Pergerakan IHSG Ketika Krisis 2008

Sumber: Bareksa.com
Selain itu, dalam kondisi krisis ekstrim seperti yang terjadi pada 1998, pasar saham bisa anjlok sampai 65 persen dalam kurun waktu 14 bulan. Akan tetapi, pasar mampu rebound 172 persen hanya dalam 9 bulan saja.
"Kesimpulannya, setiap krisis, market crash selalu ada peluang untuk dapat keuntungan besar. Dengan kondisi sekarang dan mengacu data historis, setahun ke depan selalu ada peluang investasi yang besar, mulai 30 persen hingga 70 persen dalam 12 bulan ke depan," ujarnya.
Oleh sebab itu, Jos memberi tips kepada investor untuk selalu disiplin dalam berinvestasi. Saat pasar turun, jangan takut untuk membeli karena akan mendapat potensi gain yang lebih besar saat pasar pulih. Selain itu, investor juga harus mengetahui kemampuan dirinya agar tidak panik ketika menghadapi gejolak pasar.
"Juga bagi investor pemula harus studi dulu Manajer Investasi seperti apa karakternya, reksa dana saham seperti apa karakternya, apakah profilnya agresif atau konservatif," ujarnya.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.201,44 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.181,6 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,06 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.047,01 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.