BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

IHSG Dilanda Panik Jual, Ini Saham BUMN yang Sudah Terdiskon Besar-Besaran

Bareksa13 Agustus 2015
Tags:
IHSG Dilanda Panik Jual, Ini Saham BUMN yang Sudah Terdiskon Besar-Besaran
Petugas beraktivitas di sekitar monitor yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (18/6). IHSG ditutup melemah 0,25 point atau 0,01 persen menjadi 4.945,49 pada perdagangan bursa saham awal ramadan. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Sejak April, harga BRI turun 25%, laba smester I naik 2%. BTN turun 11%, laba smester I naik 54%

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin terpuruk menyusul melambatnya ekonomi dan kebijakan devaluasi Yuan oleh pemerintah China yang menunjukan beratnya tekanan ekonomi di negeri Tirai Bambu tersebut.

Pada penutupan kemarin, Rabu 12 Agustus 2015 IHSG merosot 3,1 persen menjadi 4.479,49 level terendah sejak Febuari 2014. Padahal pada April atau empat bulan lalu, IHSG masih bertengger pada kisaran 5.400 - 5.500 lebih tinggi 17 persen dari penutupan kemarin.

Penurunan IHSG tak pelak menyeret saham-saham perusahaan milik pemerintah alias BUMN. Padahal, beberapa di antara perusahaan-perusahaan tersebut masih mempu mencetak kinerja positif, bahkan gemilang sepanjang paruh pertama 2015.

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik Penurunan Saham BUMN Sejak 1 April 2015

Illustration

sumber: Bareksa.com

Dari daftar di atas terlihat bahwa penurunan terdalam dialami oleh saham BUMN berbasis komoditas, seperti PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS). Sejak April, saham-saham tersebut sudah turun lebih dari 40 persen. Kemudian, diikuti juga dengan penurunan harga saham produsen obat-obatan berbasis impor, yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indo Farma Tbk (INAF).

Penurunan juga terjadi pada saham-saham Bank BUMN. Paling parah terjadi pada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Kemarin BBNI ditutup pada Rp4.510 per saham atau turun 3,32 persen dari sebelumnya. Sementara sejak April, harga saham BNI sudah turun 38 persen. Bank BUMN penyalur kredit korporasi ini pada paruh pertama 2015 mengalami penurunan laba lebih dari 50 persen. (Baca juga: Banyak Kredit Bermasalah Sebabkan Anjloknya Laba BNI 50%)

Yang menarik, penurunan harga saham juga terjadi pada bank BUMN dengan kinerja gemilang. Harga saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sejak April sampai kemarin turun 11 persen. Investor seolah lupa terhadap pertumbuhan laba BTN sebesar 54 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Bank paling banyak menyalurkan kredit perumahan ini mencetak laba Rp831 miliar atau bertumbuh 54,25 persen, atau pertumbuhan tertinggi sejak 2010. Naiknya laba didukung juga dengan perbaikan kualitas kredit di mana rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) turun menjadi 3,37 persen dari sebelumnya 3,83 persen. (Baca Juga: Laba BTN Tumbuh Tertinggi Sejak 2010, Harga Saham Menguat 1,27%)

Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga menurun. BBRI sejak april tercatat turun 25 persen ke kisaran Rp9.700 dari sebelumnya Rp13.000. Padahal, BRI sepanjang paruh pertama masih mampu mencetak pertumbuhan laba 2,2 persen. (Baca juga: Beban Provisi Kredit Naik 25,5%, Laba Bersih BRI Semester I-2015 Hanya Naik 2,2%)

Di antara penurunan harga saham-saham BUMN ini, dua saham sektor konstruksi dan telekomunikasi tampak paling mampu bertahan. PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) hanya turun satu sampai dua persen saja, seolah tidak terpengaruh oleh lesunya pasar.

WSKT yang baru mendapat dana segar Rp5,3 triliun melalui proses rights issue mencetak kinerja gemilang pada semester I. Laba perusahaan ini naik hampir tiga kali lipat dari periode yang sama tahun sebelumnya didorong dengan naiknya pendapatan sebesar 25 persen. (Baca juga: Habis Disuntik Pemerintah Rp3,5T, Laba Waskita Naik Hampir 3 Kali Lipat)

PTPP pada semester I ini mencatatkan raihan kontrak baru senilai Rp11,82 triliun atau 44 persen dari target yang dicanangkan perusahaan pada 2015, yaitu Rp27 triliun. Sementara itu, TLKM pada semester I mencetak peningkatan pendapatan 12 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut mendorong laba TLKM naik 2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Capital Fixed Income Fund

1.772,48

Up0,69%
Up3,37%
Up0,02%
Up6,89%
Up17,20%
Up44,73%

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.318,65

Up0,31%
Up3,73%
Up0,03%
Up5,42%
Up18,20%
-

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.751,12

Down- 0,79%
Up2,71%
Up0,01%
Up3,87%
Up18,29%
Up46,73%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.039,98

Up0,13%
Up2,19%
Up0,02%
Up2,70%
Down- 2,15%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.036,53

Up0,62%
Up3,61%
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua