BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Lippo Tegaskan Selalu Dukung Kemajuan Bisnis OVO

Bareksa18 November 2019
Tags:
Lippo Tegaskan Selalu Dukung Kemajuan Bisnis OVO
Pegawai OVO sedang menjelaskan fitur-fitur OVO kepada pelanggan pada acara Indonesia FinTech Summit & Expo 2019 di JCC, Jakarta (23/09/2019). (Bareksa/AM)

Lippo Group membantah akan meninggalkan OVO dan tetap merupakan bagian dari OVO

Bareksa.com - Presiden Direktur Multipolar/Direktur Lippo Group Adrian Suherman memberikan klarifikasi dan menegaskan bahwa berita-berita yang mengabarkan bahwa Lippo Group akan meninggalkan dan keluar dari OVO karena tak sejalan dengan kebijakan marketing OVO adalah tidak benar dan hanya sepenuhnya rumor. Berita yang ditayangkan oleh salah media nasional tersebut sama sekali tidak benar dan tidak berdasarkan fakta.

“Sebagai pendiri OVO, kami sangat menyayangkan beredarnya rumor yang tidak benar tersebut,” ujar Adrian, dalam keterangan sanggahannya yang dikirim kepada media, Ahad (17/11) dikutip Investor.id.

Bersama para pemegang saham lain, menurut dia, Lippo Group tetap merupakan bagian dari OVO dan selalu mendukung bagi kemajuan bisnis OVO. Apalagi, hanya dalam dua tahun, OVO telah berkembang pesat menjadi perusahaan fintech e-money Indonesia.

Promo Terbaru di Bareksa

“Semoga dapat menjadi kebanggaan nasional dan akan terus mendukung upaya pemerintah, BI (Bank Indonesia, dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air,” pungkas Adrian.

Sebelumnya, sumber CNBC Indonesia menyatakan bahwa Lippo Group berniat hengkang karena tak kuat memasok dana untuk mendukung aksi bakar uang dengan layanan gratis, diskon, dan cashback. Dalam dua tahun terakhir, OVO disebut agresif bakar uang investor.

Senada, Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra juga telah membantah rumor tersebut. “Mengenai rumor tersebut, saya justru baru saja bertemu dan berdiskusi panjang lebar dengan Direktur Lippo Group Pak John Riady. Kami berdiskusi mengenai pengembangan OVO ke depan,” kata Karaniya.

Dari pertemuan itu, John Riady memberikan banyak masukan serta dukungan pengembangan bisnis OVO. Misalnya saja, dalam bentuk promosi berbentuk potongan harga (cashback) serta pemberian fasilitas lain yang merupakan hal biasa dalam dunia startup dan merupakan bagian edukasi kepada masyarakat.

Sebagai perusahaan keuangan digital, kata Karaniya, OVO dinilai memiliki peta jalan yang jelas untuk menuju profitabilitas sebagai entitas bisnis yang berkelanjutan. Mengingat, kondisi pasar uang elektronik di Indonesia baru berkembang dan diperkirakan tumbuh signifikan dalam satu tahun hingga dua tahun ke depan.

OVO saat ini juga sedang gencar mendukung Bank Indonesia dalam memberikan edukasi dan sosialisasi penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). OVO berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tentang QRIS di tengah perkembangan ekonomi digital.

"Karena itu, OVO senantiasa berperan aktif mendukung inisiatif Bank Indonesia mempercepat penetrasi ekonomi digital di kalangan UMKM, dengan turut ambil bagian dalam acara Fintech Festival Bank Indonesia (FifesBI)," kata Karaniya.

Awal Oktober lalu, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, menyatakan, OVO bergabung di jajaran unicorn asal Indonesia, sebagai perusahaan pembayaran dan layanan keuangan digital pertama.

Dalam laporan CB Insights bertajuk The Global Unicorn Club disebutkan OVO memiliki valuasi US$2,9 miliar atau setara Rp40,6 triliun. Unicorn merupakan julukan bagi startup yang memiliki valuasi di atas US$1 miliar atau Rp14 triliun. CB Insights menyatakan OVO menyandang status unicorn sejak 14 Maret 2019. Pertumbuhan valuasi OVO dinilai cukup cepat bahkan melampaui valuasi Traveloka dan Bukalapak yang sudah lebih dahulu menyandang status unicorn.

Daftar Unicorn RI

1. GO-JEK dengan valuasi US$10 miliar (Rp140 triliun)
2. Tokopedia dengan valuasi US$7 miliar (Rp98 triliun)
3. OVO dengan valuasi US$2,9 miliar (Rp40,6 triliun)
4. Traveloka dengan valuasi US$2 miliar (Rp28 triliun)
5. Bukalapak dengan valuasi US$1 miliar (Rp14 triliun).

(*)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,68%
Up3,10%
Up0,02%
Up6,29%
Up20,00%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,44%
Up0,02%
Up7,40%
Up18,25%
Up43,13%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,87%
Up0,01%
Up6,27%
Up31,65%
Up59,98%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,50%
Up2,81%
Up0,01%
Up5,44%
Up20,06%
Up48,78%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,52%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,02%
Down- 2,73%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua