BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Ingin Sehat Finansial Saat Pensiun? Yuk Simak Strateginya

Bareksa12 Februari 2019
Tags:
Ingin Sehat Finansial Saat Pensiun? Yuk Simak Strateginya
Ilustrasi orang tua senior PNS pensiun mempersiapkan alternatif uang pensiun tambahan dengan reksa dana. Copyright: <a href='https://www.123rf.com/profile_dotshock'>dotshock / 123RF Stock Photo</a>

Menurut survei HSBC Future of Retirement, Bridging the Gap, 86 persen responden khawatir hidup nyaman saat pensiun

Bareksa.com – Siapa yang tidak mau menjalani kehidupan pensiun dengan harta berkecukupan? Setiap orang pasti ingin pensiun dengan tenang dan punya aset yang bisa saja nantinya jadi bekal untuk menghidupi anak cucu.

Untuk mencapai kebutuhan finansial saat pensiun nanti, maka ada hal yang perlu kita persiapkan. Terutama dengan menyisihkan sebagian penghasilan untuk keperluan investasi.

Catatan-catatan itu yang menjadi bahasan utama dalam tajuk “Crazy Rich Retiree” atas hasil riset PT Bank HSBC Indonesia mengenai HSBC Future of Retirement, Bridging the Gap. Riset itu menemukan berbagai fakta menarik terkait aspirasi masyarakat produktif terhadap gambaran masa pensiun di 16 negara, salah satunya Indonesia.

Promo Terbaru di Bareksa

Hasil survei yang dilakukan oleh HSBC ini menemukan bahwa hanya 1 dari 3 orang Indonesia yang dapat dinyatakan telah siap (secara kondisi finansial) untuk menjadi Crazy Rich Retiree, atau yang memiliki kebebasan finansial saat pensiun.

“Masa pensiun merupakan saat seseorang idealnya menikmati masa istirahat bersama keluarga setelah bertahun-tahun bekerja. Namun hal ini harus direncanakan dengan matang sedari dini. Sayangnya kesadaran ini biasanya timbul saat kita sudah mendekati masa pensiun,” ujar Head of Wealth Management HSBC Indonesia Steven Suryana di Jakarta, Selasa, 12 Februari 2019.

Hasil survei HSBC menghasilkan 68 persen responden yang menginginkan masa tua yang nyaman, hanya 30 persen yang telah sadar dan tergerak untuk mulai berinvestasi untuk masa pensiun mereka.

Kesenjangan ini mengakibatkan mayoritas responden survei memiliki kekhawatiran akan mandiri secara finansial saat masa pensiunnya nanti yakni sebanyak 86 persen khawatir akan dapat hidup dengan nyaman, 83 persen khawatir akan meningkatnya kebutuhan biaya kesehatan, dan 77 persen khawatir akan kehabisan dana pensiun.

Namun survei ini menunjukkan bahwa 2/3 responden usia kerja menyatakan akan lanjut bekerja setelah pensiun, seperti memulai berwirausaha (54 persen), sedangkan sisanya memilih untuk mengandalkan kebutuhan sehari-hari dari hasil tabungan (29 persen), kembali mencari pekerjaan (25 persen), serta membangun kos-kosan atau menyewakan rumah (19 persen).

“Yang juga mengkhawatirkan adalah lebih dari 3/4 responden usia kerja mengharapkan anaknya akan membantu mereka di masa pensiun, sedangkan kenyataannya saat ini hanya kurang dari 1/3 responden usia pensiun menerima bantuan dari anaknya,” tambah Steven.

Future of Retirement merupakan studi yang dilaksanakan oleh HSBC global terhadap 17,405 orang di 16 negara. Di Indonesia, survei ini direspon oleh 1.050 responden yang terdiri dari mereka yang usia produktif dan pensiun.

Persiapkan Investasi

Di tempat yang sama, Head of Sales & Distribution PT Ashmore Asset Management Indonesia Steven Satya Yudha menuturkan, kesadaran investasi masyarakat Indonesia masih cukup rendah jika dibandingkan dengan masyarakat di negara di ASEAN lainnya. Hal ini terutama terlihat dari penetrasi reksadana terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang baru mencapai 10 persen.

Selain itu, lanjut Satya, pola masyarakat Indonesia masih didominasi oleh konsumsi. Dia menyampaikan pola konsumsi masyarakat mencapai sekitar 60 persen sampai 70 persen dari penghasilan. “Jadi, pattern-nya itu belanja dulu, baru kalau ada sisa investasi,” ucap Satya.

Pola seperti itu, katanya, jelas salah jika ingin mempersiapkan kebutuhan finansial saat pensiun. Pola yang benar, imbuh Satya adalah porsi konsumsi harus jadi sisa dari penghasilan yang didapatkan.

Untuk mempersiapkan kebutuhan finansial saat pensiun, waktu yang dibutuhkan mencapai sekitar 20-30 tahun. Hal ini mengacu pada usia produktif mulai 21 tahun dengan usia pensiun sekitar 55 tahun. “Pada 15 tahun pertama, pilihlah produk investasi yang agresif. Return tinggi dengan risiko lebih tinggi. Kemudian 15 tahun selanjutnya baru memilih produk yang konservatif,” tutur Satya.

Dia pun menerangkan, alokasi sekitar 30-50 persen dari penghasilan sebenarnya sudah cukup baik. Tapi, jika benar-benar pemula, maka mulai lah dari 10 persen total penghasilan dan setiap tahun akumulasi sekitar 5 persen dari penghasilan.

Untuk saat ini, lanjut Satya, produk investasi yang paling realistis antara lain reksadana, properti dan asuransi. Adapun yang paling penting dalam berinvestasi adalah diversifikasi.

Head of Bancassurance PT Allianz Indonesia Tahir Safuddin menambahkan, investasi sejak dini untuk persiapan pensiun karena pola hidup yang akan berubah. Menurut Tahir, saat pensiun nanti maka setiap hari adalah weekend. “Biaya hidup weekend ternyata lebih mahal dari weekdays. Jangan kira setelah pensiun nanti biaya hidup akan lebih murah,” ungkapnya.

Salah satu instrumen investasi yang bisa dipilih untuk mempersiapkan pensiun adalah reksadana. Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (hm)

* * *

Ingin berinvestasi reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Capital Fixed Income Fund

1.773,12

Up0,72%
Up3,36%
Up0,03%
Up6,88%
Up17,24%
Up44,71%

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.321,26

Up0,51%
Up3,95%
Up0,03%
Up5,58%
Up18,43%
-

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.751,83

Down- 0,75%
Up2,71%
Up0,01%
Up3,86%
Up18,34%
Up46,77%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.042,5

Up0,37%
Up2,44%
Up0,02%
Up2,86%
Down- 1,92%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.036,9

Up0,66%
Up3,63%
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua