BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Lelang SBSN Tembus Rp10,2 Triliun, MYOR Ekspansi ke Rusia

Bareksa07 Februari 2019
Tags:
Berita Hari Ini : Lelang SBSN Tembus Rp10,2 Triliun, MYOR Ekspansi ke Rusia
Direktur Jenderal DJPPR Kemenkeu Luky Alfirman dalam peluncuran Sukuk Tabungan ST-003 di Jakarta, 1 Februari 2019

Produksi batu bara ditarget 490 juta ton, obligasi BFIN Rp1 triliun, belanja modal EXCL Rp9 triliun, capex KLBF Rp1,5 T

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 7 Februari 2019 :

Produksi Batu Bara

Pemerintah sudah mengesahkan Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya (RKAB) 2019. Tercatat, produksi batu bara di 2019 ini ditargetkan 490 juta ton. Naik dari RKAB 2018 yang hanya mematok 485 juta ton.

Promo Terbaru di Bareksa

Sebelumnya, produksi batu bara tahun ini diestimasikan ada di 479,8 juta ton. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot mengatakan 490 juta ton tersebut 380 juta berasal dari PKP2B (Perjanjian Karya Pertambangan Batu Bara) dan sekitar 100 juta berasal dari IUP daerah.

"Jadi kurang lebih 490 juta ton lah produksinya ya," ujar Bambang, di Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Adapun, realisasi produksi batu bara sepanjang tahun lalu yang mencapai 528 juta ton. Angka ini di atas RKAB 2018 yang hanya mematok 485 juta ton.

PT Mayora Indah Tbk (MYOR)

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) akan memperkuat ekspansi di pasar ekspor. Salah satu tujuan utamanya adalah negara di Eropa yakni Rusia. Pada 2018, Mayora berhasil mengirimkan 1.000 kontainer produknya ke Rusia.

Sementara sejak lima tahun terakhir pertumbuhan bisnis di Rusia terus naik hingga 30 persen. Kesuksesan ini kemudian ditandai dengan keberhasilan Torabika Cappucino menjadi produk leader untuk pasar kopi instan cappucino di negeri tersebut.

Presiden Direktur Mayora Andre Sukendra Atmadja menargetkan pada 2019 akan ada 2.000 kontainer US$40 juta dikirim ke Rusia.

"Terutama karena ada produk biskuit baru dan ada varian kopi baru yang diperkenalkan," kata Andre dalam paparannya di kantor Mayora, Rabu (6/2).

PT BFI Finance Tbk (BFIN)

Emiten pembiayaan PT BFI Finance Tbk (BFIN) akan menerbitkan obligasi korporasi senilai Rp1 triliun. Surat utang tersebut merupakan bagian dari Obligasi berkelanjutan IV BFI Finance dengan target raihan dana Rp8 triliun.

"Dana yang dihimpun dari penawaran umum obligasi setelah dikurangi biaya emisi akan dipakai seluruhnya untuk modal kerja berupa pembiayaan investasi, modal kerja dan multiguna," tulis manajemen dalam prospektus yang disampaikan perusahaan kepada Bursa Efek Indonesia, Rabu (6/2/2019).

Obligasi tersebut terbagi dalam dua seri. Seri A senilai Rp500 miliar dengan tingkat bunga tetap 9 persen dan bakal jatuh tempo 370 hari setelah tanggal emisi. Seri B pokok yang ditawarkan senilai Rp500 miliar dengan tingkat bunga tetap 10,5 persen dan bakal jatuh tempo tiga tahun sejak tanggal emisi.

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara yang digelar pemerintah Rabu (6/2/2019), yang mencapai Rp10,12 triliun terbilang laris manis karena di atas target indikatif, di tengah penguatan pasar surat berharga negara (SBN).

Rilis Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan nilai penerbitan tersebut di atas target indikatif Rp8 triliun sekaligus melampaui jumlah penerbitan lelang SBSN sebelumnya yakni Rp 7,64 triliun.

Jumlah penerbitan juga berada di atas rerata penerbitan SBSN sejak awal tahun yang sudah dilakukan dua kali, yaitu Rp8,14 triliun. Nilai penawaran yang masuk adalah Rp21,6 triliun, jumlahnya masih di bawah permintaan lelang terakhir pada 22 Januari Rp24,47 triliun, tapi masih di atas rerata permintaan sejak awal tahun yaitu Rp21,14 triliun.

PT XL Axiata Tbk (EXCL)

Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) diprediksi bakal menaikkan porsi dana belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini bisa mencapai Rp8 triliun hingga Rp9 triliun seiring dengan kebutuhan ekspansi.

Analis PT Fitch Ratings Indonesia Christie Pardede dalam riset berjudul Fitch : Peringkat Obligasi dan Sukuk XL Axiata di AAA (idn)" mengatakan kebutuhan capex yang tinggi didorong oleh peluncuran jaringan LTE (Long-Term Evolution) perseroan yang agresif.

Selain itu, perluasan cakupan telekomunikasi seluler EXCL di luar pulau Jawa juga menjadi pertimbangan prediksi kenaikan capex.

"Kami mengantisipasi belanja modal atau pendapatan meningkat ke 30 - 36 persen di tahun 2018-2019, sementara 2017 yakni 29,3%," kata Christie dalam riset Fitch.

PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO)

PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) akan menambah lini bisnis baru dengan melakukan akuisisi perusahaan yang milik induk usahanya, PT Eco Paper Indonesia (EPI). Terjadinya penambahan lini bisnis ini sebab sebelumnya perusahaan tidak memiliki usaha yang bergerak di bidang produksi kertas.

Corporate Secretary Alkindo Naratama Kuswara mengatakan dengan adanya tambahan segmen ini maka perusahaan akan memiliki empat segmen usaha yang dikonsolidasikan. Saat ini perusahaan memiliki tiga anak usaha eksisting yang bergerak di bidang kertas koversi, kimia dan polimer.

"Profil pelanggan EPI adalah perusahaan manifaktur kertas konversi, toko kertas, perusahaan percetakan dan perusahaan manufaktur kardus," kata Kuswara dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Rabu (6/2).

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Anggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) lebih dari Rp1,5 triliun di 2019, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) bakal alirkan dana tersebut ke berbagai proyek tahun ini dan beberapa tahun ke depan.

Presiden Direktur KLBF Vidjongtius mengungkapkan anggaran terbesar akan digunakan untuk membangun dua pabrik baru di Cikarang dan Pulogadung dengan total mencapai Rp1 triliun.

Kedua pabrik tersebut memproduksi obat bebas dari PT Bintang Toedjoe & Saka Farma yang sebagian besar sahamnya dikuasai KLBF.

"Ini lagi jalan (pembangunan pabrik), selesai tahun depan dan sekarang lagi konstruksi. Untuk komersialnya tahun depan, mungkin tahun ini (capex) separuh dulu," ujarnya.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,21

Down- 0,04%
Up3,59%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,25%
-

Capital Fixed Income Fund

1.767,05

Up0,56%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,17%
Up43,56%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,79%
Up3,43%
Up0,01%
Up3,97%
Up18,39%
Up46,82%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,45%
Up1,56%
Up0,01%
Up2,14%
Down- 2,42%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua