BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Tahir Pantau Saham BKSL, Harga Minyak Kembali Membaik

Bareksa26 Februari 2018
Tags:
Berita Hari Ini : Tahir Pantau Saham BKSL, Harga Minyak Kembali Membaik
Petugas mengawasi kapal tanker yang melakukan pengisian minyak di Single Buoy Mooring (SBM) milik Pertamina RU VI Balongan di Laut Indramayu, Jawa Barat, Minggu (13/3). Harga minyak dunia kembali menyentuh kisaran 40 dolar AS per barel akibat berkurangnya pasokan minyak di pasar. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

WTON targetkan laba naik 36,5 persen, BJTM suntik lagi unit syariah Rp500 miliar, BBKP akan rights issue 30 persan saham

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 26 Februari 2018 :

PT Sentul City Tbk (BKSL)

Saham dengan kode BKSL ini dinilai masih cukup menarik. Bos Mayapada Grup, Dato' Sri Tahir, juga melirik saham ini untuk investasi. Akhir Januari lalu, Tahir membeli 3,35 miliar saham BKSL di harga premium, yakni Rp350 per saham.

Promo Terbaru di Bareksa

Total transaksi saham yang dilakukan di pasar negosiasi itu mencapai Rp1,17 triliun. Tahir mengatakan, ada beberapa pertimbangan yang membuatnya berinvestasi di saham BKSL. Salah satunya, valuasi BKSL dinilai masih di bawah harga wajar.

Selain itu, Tahir menilai BKSL memiliki prospek cerah dengan adanya pembangunan light rail transit (LRT). BKSL juga punya konsep city resort yang cukup menarik. Usai transaksi itu, kini Tahir memiliki 6,1 persen saham BKSL. Namun, ia belum berencana untuk kembali menambah kepemilikan di BKSL dalam waktu dekat.

Tahir mengaku masih akan mengikuti perkembangan BKSL, sebelum memutuskan untuk menambah kepemilikan saham di perusahaan properti tersebut. Transaksi saham ini dilakukan pada 31 Januari lalu. Harga pembelian tersebut terbilang cukup tinggi, mengingat pada hari itu harga saham BKSL di pasar reguler Rp147 per saham.

Harga Minyak

Perdagangan minyak mentah dunia kembali bergairah selama dua pekan terakhir, setelah sebelumnya anjlok dari level tertinggi dalam 3 tahun pada awal Februari. Harga dipengaruhi sentimen pasokan di AS, pembatasan produksi negara angggota OPEC, hingga lonjakan ekspor.

Berdasarkan informasi Bloomberg, patokan harga internasional untuk Brent di ICE Futures Europe yang berbasis di London sempat menyentuh level US$70,52 per barel pada 26 Januari, lalu anjlok hingga ke level US$62,59 per barel pada 12 Februari 2018.

Pada waktu yang sama, minyak West Texas Intermediate di New York Merchantile Exchange sempat mencapai level tertinggi US$66,14 per barel dan tersungkur hingga ke level US$59,19 per barel.

Setelah itu, harga keduanya terus menghangat kembali hingga pada penutupan perdagangan Jumat, 23 Februari 2018 minyak Brent dan WTI tercatat masing–masing US$67,31 per barel dan US$63,55 per barel.

Laporan Energy Information Administration (EIA) terbaru menunjukkan produksi minyak mentah menyusut untuk pertama kalinya sejak awal Januari. Sementara itu, stok di pusat tangki penyimpanan terbesar di Cushing turun untuk pekan kesembilan berturut-turut menjadi 30 juta barel, atau merupakan level terendah sejak 2014.

PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)

Perseroan menargetkan pertumbuhan laba tahun berjalan 36,56 persen dari realisasi 2017 senilai Rp340,45 miliar seiring dengan meningkatnya anggaran pemerintah untuk proyek infrastruktur.

Tertuang dalam laporan tahunan perseroan periode 2017 yang dipublikasi akhir pekan lalu, perseroan menargetkan pendapatan usaha dan laba pada 2018 naik masing-masing 29,52 persen dan 36,56 persen dibandingkan 2017.

Hal itu sesuai dengan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun ini yang telah disahkan oleh jajaran manajemen emiten berkode saham WTON tersebut.

Pada 2017, perseroan membukukan pendapatan Rp5,36 triliun. Jumlah itu melonjak 54 persen dari pencapaian 2016 senilai Rp3,48 triliun. Dari sisi profitabilitas, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) ini mengantongi laba tahun berjalan Rp340,45 miliar pada 2017 atau tumbuh 21 persen secara year-on-year dari raihan 2016 sebesar Rp282,14 miliar.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM)

Perseroan akan menambah modal unit usaha syariahnya pada tahun ini. Penambahan itu untuk memenuhi syarat izin prinsip pemisahan unit usaha. Sebelumnya perseroan sudah menyetorkan modal untuk unit usaha syariah (UUS) Rp502 miliar. Namun, karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mensyaratkan modal awal UUS setelah spin off sebesar Rp1 triliun, maka perseroan akan menambah Rp500 miliar lagi.

Spin off UUS Bank Jatim sebenarnya ditargetkan terealisasi akhir tahun lalu. Namun, karena syarat izin prinsip belum terpenuhi, maka ditunda. Padahal, Bank Jatim sudah menyiapkan infrasrukturnya. Termasuk lokasi untuk kantor Bank Jatim Syariah dan susunan pengurusnya. OJK mensyaratkan modal awal Bank Jatim Syariah minimal Rp1 triliun agar saat spin off langsung masuk kategori BUKU II.

PT Bank Bukopin Tbk (BBKP)

Rencana penerbitan saham baru alias rights issue Bukopin makin benderang. Bank milik Grup Bosowa ini memastikan akan melakukan rights issue pada semester 1 2018. Dalam rights issue ini, bank berkode emiten BBKP tersebut akan menerbitkan maksimal 30 persen saham baru dari jumlah saham saat ini.

Saat ini proses rights issue masih berjalan. Bank Bukopin masih berdiskusi dengan lima perusahaan sekuritas. Yakni Credit Suisse, CIMB Sekuritas, Indopremier Sekuritas, Danareksa dan Victoria Sekuritas. Proses audit kinerja tahun buku 2017 juga masih berjalan. Sehingga, proses rights issue Bank Bukopin belum sampai pada pembuatan prospektus.

Menurut kabar, dalam rights issue ini Bosowa akan melepas maksimal 30 persen saham di Bank Bukopin. Langkah ini merupakan jalan bagi investor baru untuk masuk sebagai pemegang saham Bank Bukopin. Itu dengan catatan, Bosowa tidak mengeksekusi haknya dalam penerbitan saham mendatang.

PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS)

Perseroan menetapkan target kontrak baru Rp4,2 triliun tahun ini. Mereka berharap, komposisinya terdiri dari 70 persen kontrak pemerintah dan 30 persen kontrak non-pemerintah.

Saat ini, Totalindo sedang mengikuti sejumlah tender. Beberapa di antaranya seperti tender pekerjaan dari Islamic Development Bank (IDB), Grup Ciputra dan PT Nusa Kirana. Namun Totalindo belum bisa membeberkan nilai kontrak yang tengah diikuti itu.

Sementara menjelang tutup Februari 2017, Totalindo menggenggam kontrak baru Rp1,5 triliun. Dengan begitu, perusahaan berkode saham TOPS di Bursa Efek Indonesia tersebut telah merealisasikan target kontrak baru 33,33 persen. (AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,27

Up0,16%
Up4,01%
Up7,67%
Up8,39%
Up19,37%
Up38,49%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.094,38

Up0,14%
Up4,08%
Up7,08%
Up7,50%
Up2,87%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.083,3

Up0,57%
Up4,00%
Up7,45%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.850,63

Up0,53%
Up3,87%
Up7,01%
Up7,37%
Up17,62%
Up40,80%

Insight Renewable Energy Fund

2.282,09

Up0,82%
Up4,04%
Up7,09%
Up7,41%
Up20,36%
Up35,77%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua