Incar Aset Rp500 T, BTN Pertimbangkan Rights Issue Hingga Kurangi Dividen
Per akhir 2017 BTN mencatat aset senilai Rp261,5 triliun atau melonjak 22,1 persen secara year on year.

Per akhir 2017 BTN mencatat aset senilai Rp261,5 triliun atau melonjak 22,1 persen secara year on year.
Bareksa.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menyatakan akan mendorong bisnis perseroan tahun 2018 akan tetap ekspansif. Pertumbuhan bisnis tetap akan diharapkan tumbuh sustainable dan berada di atas rata-rata industri nasional.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan rekam jejak pertumbuhan bisnis BTN dapat sustainable dalam tiga tahun ke belakang dan hal ini akan dilanjutkan agar tetap terjaga pada bisnis tahun 2018.
“Kami optimis perusahaan akan tetap tumbuh secara sustainable walaupun 2018 sudah masuk periode tahun politik,” ungkapnya melalui keterangannya, Selasa, 6 Februari 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Maryono menyampaikan, BTN pada tahun ini akan fokus pada tahapan transformasi digital banking yang masuk pada tahapan kedua transformasi yang sedang dilakukan oleh perusahaan. Ini menjadi momentum penting bagi BTN karena 2018 seluruh infrastruktur pendukung transformasi digital banking diharapkan sudah dapat diimplementasi untuk melayani masyarakat secara mudah dan cepat.
BTN berencana menambah banyak inovasi produk dan layanan berbasis digital yang siap dipasarkan dalam tahun 2018. Meskipun begitu, Maryono tetap menjamin ekspansi yang bakal terjadi tetap mengarah pada pemenuhan program satu juta rumah. (Baca 41 Tahun, BTN Telah Salurkan KPR Rp230 Triliun)
"Periode tahun kedua digital banking ini merupakan suatu momentum untuk bagaimana BTN bisa berbuat lebih besar lagi dengan munculnya banyak produk baru yang akan dikeluarkan perseroan tahun 2018 seperti kartu e-money, kartu kredit dan juga QR Payment. Produk-produk tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat zaman sekarang,” tambah Maryono.
Saat ini, BTN memiliki basis nasabah 7,4 juta. Sehingga, Maryono melihat merupakan potensi yang cukup besar untuk menambah produk. Terlebih, kata dia, lahirnya produk-produk baru itu akan berdampak pada meningkatnya perolehan fee base income perseroan. “Tahun ini BTN menargetkan pertumbuhan fee based ini bisa naik sekitar 30 persen,” ungkapnya.
Maryono menambahkan tahun ini BTN juga akan menambah jumlah kantor cabang. Kami ingin bagaimana di setiap kabupaten di seluruh Indonesia itu ada kantor cabang BTN. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan potensi sektor perumahan yang menjadi kebutuhan utama masyarakat.
"Penambahan kantor cabang bisa dilakukan dengan meningkatkan status kantor cabang pembantu dan kantor kas. Jadi tidak harus membuka kantor baru yang berbiaya tinggi," katanya.
Dengan berbagai strategi tersebut, Maryono berharap aset BTN dapat tumbuh menjadi sekitar Rp500 triliun dalam beberapa tahun mendatang. “Kami akan lebih ekspansif lagi. Makanya kami membutuhkan modal yang besar. Ada beberapa model yang nanti bisa dipakai jika pada saatnya diperlukan. Apakah itu dengan menerbitkan subdebt, right issue atau bisa juga dengan pengurangan porsi pembagian dividen,” imbuh Maryono.
BTN mencatat total aset sepanjang 2017 senilai Rp261,5 triliun atau melonjak 22,1 persen secara year on year. (Lihat NISP, BMRI, dan BBTN Cetak Laba Cemerlang di 2017, Apa Penyebabnya?)
Anggaran IT
Sementara, Direktur BTN Adi Setianto menambahkan, untuk mendukung transformasi digital banking tahap kedua, BTN sudah mempersiapkan infrastruktur pendukungnya dengan menciptakan platform baru. Platform ini nantinya akan menunjang kebutuhan perseroan dalam menerbitkan produk baru seperti kartu e-money, kartu kredit dan QR Payment.
Menurut Adi, saat ini BTN sedang mempersiapkan pengajuan izin lisensi penerbitan kartu e-money, kartu kredit dan QR payment ke Bank Indonesia. Diharapkan tahun ini ketiga produk baru BTN tersebut bisa diluncurkan, sehingga nantinya BTN akan dapat menerbitkan kartu tersebut sendiri, katanya. (Lihat 4 Bank Besar BUMN Laporkan Kinerja 2017, Siapa Jawaranya?)
Adi mengungkapkan untuk membangun infrastruktur IT pihaknya melakukan sinergi dengan BUMN sehingga tidak mengeluarkan biaya investasi sendiri berupa capital expenditure, melainkan hanya operational expenditure, jadi akan lebih efisien. “Dana yang dianggarkan untuk operasional IT mencapai sekitar Rp500 miliar selama dua tahun,” kata Adi.
"Pengeluaran maintanance IT kami sesuai dengan kebutuhan saja, sehingga tidak perlu banyak mengeluarkan dana investasi. Seperti data center BTN yang juga menggandeng salah satu BUMN," jelasnya.
Sementara itu untuk mengantisipasi era financial technology (fintech), Adi mengaku BTN akan melakukan kerja sama dengan startup lokal untuk mengembangkan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan bisnis perseroan. (Baca Bisnis Uang Elektronik Belum Menguntungkan Perbankan)
"Bahkan BTN rencananya akan menggelar kompetisi antar startup untuk menciptakan aplikasi yang bisa dimanfaatkan perseroan," papar Adi. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.201,44 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.181,6 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,06 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.047,01 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.