Bisnis Uang Elektronik Belum Menguntungkan Perbankan
Sejumlah bank penerbit mengeluhkan biaya yang harus ditanggung dari infrastruktur pengadaan uang elektronik

Sejumlah bank penerbit mengeluhkan biaya yang harus ditanggung dari infrastruktur pengadaan uang elektronik
Bareksa.com - Sejumlah bank penerbit uang elektronik mengeluhkan biaya yang harus ditanggung dari infrastruktur pengadaan uang elektronik. Pasalnya, pendapatan yang diperoleh dari peredaran uang elektronik berbentuk kartu belum bisa menutupi biaya dan cenderung merugi.
Senior Vice President Transaction Banking Retail Sales PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Thomas Wahyudi mengungkapkan, sejauh ini belum ada pendapatan berbasis biaya (fee based income) yang signifikan dari bisnis uang elektronik, yang diberi nama e-money.
"Rasio antara pendapatan dan biaya yang dikeluarkan jauh sekali,” ujar dia di Jakarta, belum lama ini. (Lihat Biaya Kartu Uang Elektronik Gratis, Saldo Tetap Bayar)
Promo Terbaru di Bareksa
Hal yang sama juga dialami oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Senior Executive Vice President IT BNI Dadang Setiabudi mengungkapkan, pendapatan yang diperoleh perusahaan dari bisnis uang elektronik dengan merek TapCash belum sepenuhnya bisa menutupi biaya operasional. "Penyebabnya karena biaya yang dikenakan kepada pengguna sangat terbatas,” ungkap dia.
Sebelumnya, Direktur Transaction Banking PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Santoso Liem menjelaskan, sebenarnya uang elektronik perseroan, yakni kartu Flazz BCA, sudah bisa menghasilkan fee based income. Namun pendapatan tersebut digunakan untuk menutupi biaya perawatan produk.
"Pendapatan dikurangi biaya menjadi rugi Rp60 miliar pada akhir 2017," ujar dia. (Baca BI Tetapkan Biaya Top Up e-Money Rp 1.500, Ini Dampak ke BMRI, BBRI, BBNI, BBCA)
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menambahkan, pendapatan berbiaya dari uang elektronik memang belum bisa memberikan keuntungan. "Untuk biaya pembuatan kartu memang bisa ditutupi dari pendapatan berbasis biaya, tetapi untuk menutupi investasi belum bisa," terang dia.
Namun demikian, untuk sumber fee based income lain, menurut Jahja masih memberikan keuntungan. Sehingga secara total, fee based income masih mengkontribusi perolehan laba sekitar 8-10 persen.
Berdasarkan data Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang dirilis Bank Indonesia, jumlah transaksi uang elektronik sejak Januari-November 2017 mencapai Rp11,16 triliun. Nilai tersebut meningkat 46,8 persen dibandingkan periode 2016 yang sebesar Rp7,06 triliun.
Kebijakan pemerintah yang mewajibkan pengguna jalan tol membayar secara non-tunai menjadi salah satu pendorong meningkatnya transaksi uang elektronik pada tahun lalu. (Baca juga Oktober 2017, Transaksi Uang Elektronik Bank Penerbit Naik Signifikan) (K09)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.201,44 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.181,6 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,06 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.047,01 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.