BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Survei Analis: China Berencana Kembali Devaluasi Yuan, Mungkinkah?

Bareksa19 September 2015
Tags:
Survei Analis: China Berencana Kembali Devaluasi Yuan, Mungkinkah?
One-hundred Yuan notes are seen in this picture illustration in Beijing March 22, 2011 - (REUTERS/Jason Lee)

China saat ini diberitakan sedang mempertimbangkan untuk kembali melakukan devaluasi mata uang mereka di kisaran 15-20%

Bareksa.com – China saat ini diberitakan sedang mempertimbangkan untuk kembali mendevaluasi mata uangnya di kisaran 15-20 persen. Devaluasi ini diprediksi akan dilakukan pada akhir 2016.

Berdasarkan laporan CNBC yang mengutip riset IDEAglobal, langkah ini bisa memicu krisis di pasar Asia. Sebelumnya, China yang memiliki kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia mendevaluasi mata uangnya, Yuan, untuk membantu menaikkan angka ekspornya.

Depresiasi Yuan ini didorong oleh melemahnya mata uang Asia lainnya, seperti Yen Jepang. Pelemahan Yen memberi keunggulan untuk eksportir Jepang karena produk mereka semakin kompetitif.

Promo Terbaru di Bareksa

Yen jepang dalam tiga tahun terakhir terus melemah hingga 50 persen karena stimulus moneter agresif dari Bank of Japan.

Kebijakan itu menimbulkan kekhawatiran mengenai terjadinya perang mata uang dunia. Ditakutkan negara-negara di dunia sengaja menurunkan mata uangnya agar mendapatkan keunggulan kompetitif.

Bareksa melakukan survei terhadap 10 orang analis dan menanyakan mengenai kemungkinan terjadi devaluasi Yuan lagi. Dari keseluruhan analis, enam analis menilai tidak akan ada lagi devaluasi Yuan.

Walaupun pada Agustus neraca ekspor China melemah, tapi pergerakan Yuan terhadap mata uang non-dolar masih wajar. Alasan ini yang mendasari kecilnya kemungkinan devaluasi Yuan terjadi lagi.

Sikap China yang sebelumnya mengatakan tidak akan ada lagi devaluasi juga mendasari prediksi keenam analis di atas. Selain itu, produk baru milik Apple diperkirakan akan membantu perekonomian China sehingga membuat neraca ekspor-impor mereka membaik.

Pasalnya, saat ini hampir seluruh produk Apple dirakit di China dan sangat berpengaruh terhadap neraca perdagangan Negeri Tirai Bambu tersebut.

Selain itu, melemahkan kembali Yuan akan sangat riskan. Pelemahan Yuan akan menunjukkan kepada dunia bahwa ekonomi China memang terjatuh sangat dalam.

Jika ekonomi China tidak mengalami kejatuhan yang sangat dalam seharusnya mereka tidak akan mengambil opsi devaluasi drastis.

Sebenarnya opsi itu tidak akan berpengaruh banyak ke Indonesia secara langsung. Namun, dengan melemahnya Yuan, maka posisi dolar Amerika akan semakin menguat.

Opsi kemungkinan terjadi devaluasi dipilih oleh dua orang analis. Opsi ini dinilai mungkin karena nilai mata uang China ditentukan oleh bank sentral China.

Sewaktu mata uang lain mengalami pelemahan terhadap dolar, nilai Yuan masih sama. Jika nilai uang di kawasan melemah seluruhnya maka daya saing China akan melemah dan berimbas pada ekonomi mereka.

Jika dolar menguat maka mau tidak mau Yuan harus kembali melemahkan diri karena mata uang partner dagang mereka juga mengalami penurunan.

Dua analis masih menyatakan ragu-ragu atas tindakan yang akan diambil oleh China menyikapi dolar dan juga perekonomian mereka.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,56

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,42%
Up18,15%
-

Capital Fixed Income Fund

1.768,33

Up0,60%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,87%
Up17,27%
Up43,79%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.747,67

Down- 0,86%
Up3,27%
Up0,01%
Up3,89%
Up18,25%
Up46,68%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,85

Down- 0,43%
Up1,59%
Up0,01%
Up2,67%
Down- 2,39%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,13

Up0,54%
-
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua