Bareksa Insight : Investor Tunggu Suku Bunga BI, Reksadana Ini Cuan Hingga 32 Persen

Abdul Malik • 20 Jun 2022

an image
Logo Bank Indonesia di pagar gedung Bank Indonesia, Jakarta (shutterstock)

Suku bunga acuan BI diproyeksikan masih akan ditahan di level 3,5 persen dan baru mulai naik pada semester II tahun ini

Bareksa.com - Dalam sepekan terakhir, pasar saham nasional yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun signifikan hingga 2,11 persen ke level 6.936,97 pada Jumat (17/6/2022). Anjloknya pasar saham nasional akibat aliran keluar dana asing hingga Rp2.3 triliun selama sepekan. 

Menurut analisis Bareksa, kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed (Fed Rate) yang lebih agresif mangakibatkan dana asing keluar (outflow) dari pasar keuangan RI, hingga menekan pelemahan rupiah ke kisaran Rp14.800 per dolar AS. Hal ini membuat kinerja mayoritas reksadana saham dan reksadana indeks ikut melemah.

Baca juga : Bareksa Insight : Ekonomi Dunia Berpotensi Melambat, Ini Jurus Agar Investor Tetap Cuan

Di sisi lain, investor dalam negeri pekan ini juga akan menanti keputusan Bank Indonesia terkait tingkat suku bunga acuan (BI 7 Days Revers Repo Rate), yang diproyeksikan masih akan ditahan di level 3,5 persen dan baru mulai naik pada semester II tahun ini. Jika sesuai ekspektasi, analisis Bareksa memperkirakan hal itu akan jadi sentimen positif buat pasar. 

Saat ini, imbal hasil (yield) acuan Obligasi Pemerintah RI masih bergerak naik di kisaran 7,4 persen dan mendorong pelemahan mayoritas reksadana pendapatan tetap, sebagai respons kenaikan suku bunga The Fed. 

Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga AS Naik, Ini Strategi Agar Investasi Terus Cuan

Apa yang bisa dilakukan Investor?

Kekhawatiran atas potensi pelemahan ekonomi AS tidak bisa dihindari akibat tingginya inflasi di negara Paman Sam yang bisa mengakibatkan perlambatan ekonomi global. Aksi jual investor asing dan domestik dari pasar saham dalam negeri diproyeksikan masih akan berlanjut sebagai antisipasi agresifnya kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS. 

Analisis Bareksa menilai yield obligasi pada kuarta III nanti akan bergerak di level 7,6 - 7,8 persen. Sehingga, investor masih dapat mempertimbangkan untuk akumulasi investasi di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, hingga BI menaikkan suku bunga acuannya. Investor juga bisa melakukan diversifikasi investasi di reksadana pasar uang.

Simak juga : Bareksa Insight : Neraca Dagang Diprediksi Kembali Surplus, Reksadana Ini Bisa Meroket

Beberapa produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko konservatif, moderat hingga agresif adalah sebagai berikut : 

Imbal Hasil 1 Tahun (per 17 Juni 2022)

Reksadana Indeks

Allianz SRI KEHATI Index : 19,96 persen
BNP Paribas Sri Kehati : 19,7 persen

Reksadana Saham

Sucorinvest Maxi Fund : 10,47 persen
Batavia Dana Saham Syariah : 8,61 persen

Imbal Hasil 3 Tahun (per 17 Juni 2022)

Reksadana Pendapatan Tetap

Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 32,01 persen
TRIM Dana Tetap 2 : 19,2 persen

Reksadana Pasar Uang

Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 18,41 persen
Syailendra Dana Kas : 15,93 persen

Baca juga : Bareksa Insight : Inflasi AS Mei di Level Tertinggi, Ini Tips Agar Investasi Cuan Maksimal

Investasi Sekarang

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.