Begini Outlook dan Jurus Cuan Investasi Reksadana pada 2023

Abdul Malik • 03 Jan 2023

an image
Ilustrasi seorang investor yang merencanakan investasinya di reksadana, SBN hingga emas pada 2023 di tengah potensi ancaman resesi global dan tren kenaikan suku bunga. (Shutterstock)

Outlook investasi di 2023, Smart Investor perlu memperhatikan 2 hal yakni potensi perlambatan ekonomi global dan peluang berakhirnya pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral

Bareksa.com - Tahun 2022 jadi tahun penuh tantangan untuk berinvestasi. Sebab pasar modal sepanjang tahun lalu bergejolak akibat beberapa sentimen seperti ketegangan geopolitik Rusia - Ukraina, lonjakan inflasi global, hingga bank sentral negara-negara di dunia yang agresif menaikkan suku bunga acuan.

Menurut Tim Analis Bareksa, sepanjang tahun 2022, reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi jadi favorit investor di fluktuasi pasar akibat risiko global tersebut. Sebab reksadana jenis ini menawarkan kestabilan harga dan imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito maupun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Minat investor untuk berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) Ritel sepanjang 2022 juga cukup tinggi, terutama untuk ser SBN Riteli non-tradable yang miliki kupon mengambang dengan batas minimal (floating with floor). Sebab SBN Ritel jenis ini stabil dan kuponnya berpotensi naik seiring kenaikan suku bunga BI, namun tidak bisa turun lebih rendah dari batas minimal. 

Rencanakan Investasimu di Reksadana, Klik di Sini

Outlook Investasi Reksadana pada 2023

Menurut Tim Analis Bareksa, untuk outlook investasi di 2023, Smart Investor perlu memperhatikan 2 hal yakni potensi perlambatan ekonomi global dan peluang berakhirnya pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral. 

Kenaikan agresif suku bunga acuan guna meredam lonjakan inflasi yang dilakukan negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa diproyeksikan akan mengakibatkan perlambatan ekonomi. Namun, jika nantinya inflasi melandai dan kebijakan suku bunga mulai melonggar, maka hal itu akan jadi sentimen positif bagi produk investasi berisiko, seperti reksadana berbasis saham. 

Proyeksi Tingkat Suku Bunga AS dan Zona Eropa

Sumber : Laporan Riset Morgan Stanley

Hingga semester I 2023 menurut konsensus pasar, suku bunga acuan AS masih akan naik sampai ke level 5-5,25% dari saat ini 4,25-4,5%. Risiko geopolitik seperti efek perang Rusia - Ukraina dan perlambatan ekonomi China juga diperkirakan berlanjut di periode yang sama.

Namun pada kuartal III 2023, pelaku pasar melihat inflasi berpotensi lebih rendah dan stabil. Sehingga muncul harapan dari pelaku pasar, bank sentral negara-negara di dunia, termasuk Bank Sentral AS mulai memangkas suku bunga acuannya. 

Asumsi Makro Ekonomi RI 2023

Data Ekonomi

Dec-22

Asumsi Makro 2023

Inflasi (% YoY)

5,51

3,6

Kurs Tengah BI (Rp/dolar AS)

15.731

14.800

PDB Indonesia (%) - Q3

5,72

5,3-5,9

Sumber : Bank Indonesia, APBN 2023

Sementara itu, asumsi data makro ekonomi domestik terlihat masih cukup baik karena proyeksi inflasi di bawah 4% dan nilai tukar rupiah bisa kembali di bawah level Rp15.000 per dolar AS, jika inflasi global melandai. Pemerintah juga optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh sekitar 5%, meski ada potensi perlambatan hingga resesi global.

Menurut Tim Analis Bareksa, proyeksi ihwal kuatnya fundamental ekonomi Tanah Air, tentu akan menarik dana asing untuk kembali berinvestasi di pasar modal Indonesia. Untuk diketahui, investor asing telah berinvestasi di IHSG sekitar Rp40 triliun selama 2022. Hal ini diharapkan akan kembali terulang di 2023 karena mempertimbangkan stabilnya kondisi ekonomi domestik.

Ingin Cuan dari Investasi di Reksadana, Klik di Sini

Jurus Cuan Investasi Reksadana pada 2023

Mempertimbangkan proyeksi kenaikan suku bunga acuan akan mulai mereda di semester II 2023 dan kuatnya fundamental ekonomi RI, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 4 jurus cuan investasi reksadana pada 2023 berikut ini : 

1. Pada kuartal I da II 2023, Smart Investor masih dapat mempertimbangkan investasi di reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham kapitalisasi besar (big caps), serta porsi yang seimbang antara reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi maupun Surat Berharga Negara (SBN).

2. Diversifikasi investasi juga diperlukan selama semester I 2023. Sebab pada periode ini, reksadana pasar uang akan mendapat angin segar dari tren kenaikan suku bunga. 

3. Investor asing terlihat mulai memborong SBN pada bulan November dan Desember 2022 sekitar Rp48,95 triliun, dan kepemilikan asing di SBN juga meningkat menjadi 14,36% pada Desember 2022 dibandingkan akhir Oktober 13,9%. 

Padahal sebelumnya, dalam 10 bulan pertama di 2022, dana asing masif keluar dari pasar Surat Utang Negara (SUN) hingga Rp178,09 triliun. Sepanjang 2022, asing mencatatkan net sell (jual bersih) di SBN Rp128,98 triliun. 

Melihat potensi pembalikan arah di pasar SBN, Smart Investor perlu untuk memiliki porsi investasi di reksadana pendapatan tetap berbasis SBN, namun dengan tetap mempertimbangkan yield obligasi yang atraktif, yakni jika kembali menyentuh di atas level 7,2%. Imbal hasil (yield) acuan Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun pada Senin (2/1/2023) di level 6,966%.

4. Memasuki semester II 2023, jika risiko dan inflasi global semakin mereda, Smart Investor bisa kembali berinvestasi di reksadana berbasis saham sektor properti dan infrastruktur, yang saat ini masih tertinggal karena tertekan kenaikan suku bunga. Selain itu saham sektor konsumsi dan telekomunikasi biasanya diuntungkan jelang tahun Pemilu yakni di 2024, sehingga reksadana berbasis saham ini juga bisa dipertimbangkan Smart Investor. 

Ingin Cuan dari Investasi di Reksadana, Klik di Sini

Produk Reksadana Terbaik

Tim Analis Bareksa telah menyeleksi daftar produk reksadana terbaik pada 2022 dengan cuan ciamik dan memenuhi kriteria penilaian Bareksa. Produk reksadana terbaik tersebut bisa dipertimbangkan untuk dipilih dalam meraih potensi cuan investasi di 2023. 

Reksadana saham, reksadana indeks dan reksadana pendapatan tetap yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko agresif dan moderat, maupun reksadana pasar uang untuk profil risiko konservatif atau diverisifikasi bagi semua profil risiko ialah : 

Daftar Reksadana Saham dan Indeks Terbaik

No

Reksadana Saham

Return 1 Tahun (%)

Dana Kelolaan (AUM)

1.

Schroder Dana Prestasi Plus

12,53

Rp7,8 triliun

2.

Sucorinvest Equity Fund

9,38

Rp3,2 triliun

3.

Avrist Ada Saham Blue Safir

6,73

Rp397 miliar

4.

BNP Paribas Ekuitas

6,56

Rp1,3 triliun

5.

Eastspring Investments Alpha Navigator Kelas A

6,26

Rp190 miliar

6.

Mandiri Investa Cerdas Bangsa

5,46

Rp1,3 triliun

7.

Sequis Equity Maxima

5,26

Rp1,5 triliun

8.

Bahana Primavera Plus

4,76

Rp101 miliar

9.

Batavia Dana Saham Syariah

4,66

Rp111 miliar

10.

TRIM Kapital

3,97

Rp288 miliar

No

Reksadana Indeks

Return 1 Tahun (%)

Dana Kelolaan (AUM)

1.

BNP Paribas Sri Kehati

13,43

Rp1,2 triliun

2.

Allianz SRI KEHATI Index Fund

13,26

Rp305 miliar

3.

BNP Paribas IDX Growth30

7,59

Rp232 miliar

4.

Danareksa Indeks Syariah

5,58

Rp40 miliar

5.

Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A

3,66

Rp1,3 triliun

6.

Avrist Indeks LQ45

2,53

Rp764 miliar

Daftar Reksadana Pendapatan Tetap Terbaik di 2022

No

Reksadana Pendapatan Tetap

Return 1 Tahun (%)

Dana Kelolaan (AUM)

1

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

7,66

Rp1,4 triliun

2

Trimegah Fixed Income Plan (per 30 Nov 2022)

6,60

Rp853 miliar

3

Sucorinvest Sharia Sukuk Fund

6,46

Rp1,6 triliun

4

Sucorinvest Stable Fund

6,18

Rp14,6 triliun

5

TRIM Dana Tetap 2

3,68

Rp238 miliar

Daftar Reksadana Pasar Uang Terbaik di 2022

No

Reksadana Pasar Uang

Return 1 Tahun (%)

Dana Kelolaan (AUM)

1

Capital Money Market Fund

4,49

Rp1,4 triliun

2

Majoris Pasar Uang Syariah Indonesia

4,01

Rp853 miliar

3

Sucorinvest Sharia Money Market Fund

3,83

Rp1,6 triliun

4

Syailendra Dana Kas

3,81

Rp14,6 triliun

5

TRIM Kas 2

3,57

Rp238 miliar

Sumber : Tim Analis Bareksa, data Return per 30 Des 2022

Sebagai catatan, daftar reksadana terbaik pada 2022 yang disusun oleh Tim Analis Bareksa diseleksi berdasarkan beberapa indikator berikut :

1. Nilai skor Barometer Bareksa untuk produk reksadana tersebut lebih atau sama dengan 3.5

2. Produk reksadana saham, reksadana indeks, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang dengan imbal hasil (return) sepanjang tahun berjalan (YTD) tertinggi (per 30 Desember 2022)

3.  Dana kelolaan (AUM) produk reksadana tersebut di atas Rp10 miliar

4.  Manajer investasi yang mengelola reksadana tersebut memiliki track record GCG (tata kelola perusahaan) yang baik

Segera Investasi di Reksadana Sekarang, Klik di Sini

(Sigma Kinasih/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.