Dampak Bunga Acuan BI Turun ke Reksadana Saham, Pendapatan Tetap dan Pasar Uang

Abdul Malik • 24 Nov 2020

an image
Logo Bank Indonesia di pagar gedung Bank Indonesia, Jakarta (shutterstock)

Penurunan suku bunga diperkirakan akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit

Bareksa.com - Keputusan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan BI 7 days Reverse Repo Rate 25 bps ke level 3,75 persen pada Kamis (19/11/2020),jika diibaratkan seperti pisau bermata dua bagi industri reksadana. Sebab tidak semua reksadana akan mendapatkan keuntungan dari keputusan tersebut.

Sekadar informasi, suku bunga acuan berubah untuk kali pertama sejak Juli atau empat bulan lalu. BI 7 day Reverse Repo Rate kini berada di di posisi terendah sejak diperkenalkan pada Agustus 2016 menggantikan BI Rate.

Secara umum, Kita ketahui bersama bahwa penurunan suku bunga biasanya akan membawa angin segar untuk pasar saham dan obligasi. Namun tidak bagi pasar uang (deposito).

Reksadana Saham dan Reksadana Pendapatan Tetap Diuntungkan

Bagi pasar saham, penurunan suku bunga diperkirakan akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit, sehingga membuat perusahaan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendanaan dengan biaya yang lebih rendah, yang kemudian bisa mendorong laba bersih lebih besar, dan pada akhirnya akan mendorong kenaikan harga sahamnya.

Kenaikan harga-harga saham tentu akan membuat kinerja reksadana saham yang 80 persen portofolionya berisikan aset tersebut ikut mengalami pertumbuhan nilai.

Adapun bagi pasar obligasi, secara teori penurunan suku bunga acuan biasanya memang akan menguntungkan instrumen berpendapatan tetap seperti Surat Berharga Negara (SBN), termasuk reksadana pendapatan tetap yang memang kebijakan investasinya mayoritas di instrumen surat utang (obligasi).

Sebagai informasi, harga obligasi berbanding terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga turun, maka harga obligasi cenderung naik. Begitu pun sebaliknya, ketika suku bunga naik, maka harga obligasi cenderung turun.

Begitupun ketika harga obligasi naik, maka kinerja reksadana pendapatan tetap yang menjadikan 80 persen minimal portofolio investasinya berisi obligasi, maka hal tersebut akan mengerek nilai aktiva bersihnya.

Reksadana Pasar Uang Semakin Terbatas

Di sisi lain, pemangkasan suku bunga acuanBI 7 day Reverse Repo Rate juga dapat membatasi pergerakan kinerja reksa dana pasar uang, karena akan membuat suku bunga deposito menurun dan membuat imbal hasil reksa dana pasar uang menjadi semakin kecil.

Hal ini dikarenakan portofolio reksadana pasar uang yang 80 persen isinya merupakan produk pasar uang seperti deposito, sehingga penurunan suku bunga deposito akan membuat imbal hasil reksadana pasar uang bisa terkikis.

Meskipun begitu, reksadana pasar uang tetap bisa menjadi pilihan yang tepat bagi investor untuk menjaga likuiditas jangka pendek jika ada keperluan mendesak dalam waktu dekat.

Oleh karena itu, bagi investor yang ingin mendapatkan imbal hasil optimal dalam kondisi ekonomi dan pasar saham yang mulai bangkit, dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan profil risikonya dengan menambah posisi pada reksa dana saham seiring dengan ekspektasi perbaikan keuangan perusahaan dan potensi window dressing yang biasanya terjadi pada bulan Desember mendatang.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.