BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Budi Hikmat: Nabi Yusuf Mengajarkan Anak Muda Harus Berinvestasi, Bukan Menabung

Bareksa06 Juni 2016
Tags:
Budi Hikmat: Nabi Yusuf Mengajarkan Anak Muda Harus Berinvestasi, Bukan Menabung
Chief Economist and Director for Investor Relation at Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat. (Bareksa.com/ Alfin Tofler)

Budi Hikmat adalah Chief Economist and Director for Investor Relations PT Bahana TCW Investment Management.

Bareksa.com - Di dunia investasi siapa yang tidak kenal dengan nama Warren Buffett. Dia dianggap mahaguru oleh para investor di seluruh penjuru dunia. Namun, tidak demikian halnya buat Budi Hikmat, Chief Economist and Director for Investor Relations PT Bahana TCW Investment Management. Buat dia--seorang veteran di pasar modal Indonesia--yang harus digugu adalah Nabi Yusuf 'Alaihissalam.

Budi selama ini tak henti ‘berdakwah’ agar para investor mengikuti apa yang dia sebut sebagai ‘investasi ala Nabi Yusuf’, yang menurutnya sudah tertulis di dalam Al Quran.

Untuk menggali hal ini lebih mendalam, Bareksa mewawancara ayah tiga anak ini secara khusus. Berikut petikannya.

Promo Terbaru di Bareksa

Bagaimana awal mulanya sampai tercetus ‘investasi ala Nabi Yusuf’ ini?

Sebenarnya ini kejadian tidak disengaja. Waktu itu kebetulan penceramah yang harus mengisi acara di kantor saya berhalangan hadir. Lalu tiba-tiba panitia meminta saya memberikan ceramah menggantikan ustadz tersebut. Saya bilang saya bukan ustadz yang biasa memberikan ceramah agama, saya hanya akan bicara tentang apa yang saya tahu dan saya kuasai. Kebetulan, sebelum itu saya membaca surat Yusuf di perjalanan menuju ke kantor.

Dari sana lah semuanya bermula. Sampai sekarang, saya terus mengkajinya dan menyimpulkan tidak ada cara lain yang lebih baik dalam berinvestasi daripada saran Nabi Yusuf ini.

Tapi masih banyak juga yang beranggapan bahwa berinvestasi di saham adalah haram...

Ini yang patut disayangkan. Fatwa MUI sudah banyak mengenai hal ini. Namun, orang tidak juga tergerak. Karena itu saya terus mencoba mensosialisasikan lewat kisah Nabi Yusuf. Kisah ini inklusif, ada di Kitab Perjanjian Lama dan juga Al Quran.

Sekarang jumlah investor di Indonesia terlalu kecil, karena investasi selalu dikaitkan dengan aktivitas broker seperti trading dan analisis teknikal, bukan dikaitkan dengan soal merencanakan kemakmuran. Kalau soal merencanakan kemakmuran, kita akan menemukan sosok luar biasa di Nabi Yusuf 'Alaihissalam.

Bagaimana persisnya berinvestasi ala Nabi Yusuf?

Awal kisahnya, dulu Nabi Yusuf diminta untuk menerjemahkan mimpi raja. Ada tujuh sapi gemuk, tujuh sapi kurus, dan ada juga tujuh gandum penuh dan tujuh gandum kosong. Inilah yang disebut ekonom dengan perguliran masa gemilang dan masa malang. Pada perekonomian negara dan juga diri kita sendiri, fenomena ini bisa terjadi. Ekonom biasa melihat siklus ini muncul dalam periode 3-7 tahun.

Setelah masuk di posisi manajemen, saya melihat masa malang itu baru dimulai sehabis kita pensiun. Setelah usia 55 tahun, banyak orang baru sadar tidak punya asuransi dan juga investasi.

Lalu apa yang yang diajarkan Nabi Yusuf?

Ini yang luar biasa. Nabi Yusuf memberikan saran dan jalan keluar. Ia mengatakan, "Hendaknya seluruh penduduk Mesir bercocok tanam secara berkelanjutan." Hal ini di capital market kita sebut sebagai growth.

Saran kedua: "Apa yang kalian panen, tetaplah pada tangkainya." Saran ini adalah pengawetan dan di capital market disebut sebagai protection dan preservation.

Nasihat yang ketiga adalah: "Dan kalian sisakanlah sedikit untuk kalian makan. Di pasar modal, tahapan ketiga ini adalah distribution.

IllustrationBagaimana aplikasinya?

Saran pertama mengenai growth, itulah yang harus kita lakukan melalui reksa dana ataupun saham. Saran kedua soal protection dan preservation bisa dicapai dengan kita membeli obligasi negara. Credit risk-nya akan zero dan imbal ahsilnya bahkan bisa mengalahkan inflasi baik dari kupon ataupun capital gain.

Saran ketiga, mendistribusikan keuntungan kita dari hasil yang kita dapatkan dari kegiatan pertama dan kedua. Distribusi ini bisa dilakukan dengan meluaskan aset kita, baik melalui reksa dana pasar uang, reksa dana saham, membeli aset properti, atau bisa dengan membeli kebun.

Investasi itu adalah proses menanam keberuntungan. Menanam itu adalah prosesnya, sedangkan keberuntungan adalah hasilnya. Yang dimaksud dengan keberuntungan adalah kenaikan daya beli sepanjang waktu, yang membuat kondisi keuangan kita aman dan nyaman karena bisa mengalahkan inflasi.

Jadi, jika mengikuti Nabi Yusuf, bagusnya berinvestasi di reksa dana atau melalui trading saham?

Kalau trading, lebih menggunakan analisis teknikal dan bukan investasi. Trading cuma membuat kita jadi anak kesayangan broker dan belum tentu memberikan hasil.

Belilah reksa dana, karena dana Anda akan dikelola oleh orang yang memang mengerti cara melihat saham dan juga menilai valuasi perusahaan. Saya berikan contoh. Orang awam tentu lebih memilih membeli saham dengan harga Rp300 daripada yang harganya Rp20 ribu. Ini karena orang awam cenderung melihat hanya berdasarkan harga bukan berdasarkan value. Mungkin saja harga saham yang Rp300 tadi sebenarnya value-nya hanya Rp50. Namun, value saham yang Rp20 ribu justru Rp40 ribu.

Kami yang bekerja di asset management disiapkan untuk dapat menilai hal tersebut, agar bisa menilai berdasarkan value bukan semata harga.

Mengacu ke ajaran Nabi Yusuf, bagaimana dengan menabung di bank?

Ini sebenarnya yang membuat saya khawatir, karena saat ini secara tidak sadar orang terjebak middle income trap. Kampanye menabung terlalu kuat, sehingga orang tidak sadar investasi dan tidak berinvestasi. Padahal, menurut saran Nabi Yusuf, menabung hanya untuk orang-orang tua. Yang muda itu diajarkan untuk mengembangkan aset. Ketika berusia tua, kita akan membutuhkan likuiditas. Oleh karena itu, untuk orang-orang berusia lanjut, menabung merupakan pilihan yang tepat karena paling likuid dan bisa diambil kapan saja.

Jadi, menurut Anda kampanye menabung itu salah?

Di sini saya sangat radikal. Menabung itu menurut saya hanya untuk menunda konsumsi, tetapi tidak meningkatkan produktivitas dan juga kompetensi. Pada akhirnya bank yang memutuskan yang mana entrepreneur hebat, agar kredit tersalur lebih aman dan murah. Tabungan yang semakin banyak hanya akan mendorong kita ke arah kredit yang bersifat konsumtif. Menurut saya, kredit yang baik itu hanya KPR. Aset rumah yang kita beli, nilainya akan semakin bertambah selama proses kredit.

Berapa persen dari total aset yang bisa kita gunakan untuk diinvestasikan?

Rumusnya adalah 100 kurang umur kita. Jika umur Anda 30 tahun, maka Anda masih mempunyai batas aset untuk dikembangkan sebesar 70 persen.

Mulai saat ini mulailah selalu menggunakan pola dollar cost averaging, yakni dengan berinvestasi terus-menerus secara berkala dengan jumlah tertentu. Ini karena fund manager paling canggih sekalipun tidak akan pernah tahu kapan pasar akan naik atau turun.

Apa yang membuat saham menjadi haram, menurut ajaran Nabi Yusuf?

Saham bisa dianggap haram melalui dua cara, yakni karena sektornya dan karena caranya. Bisa saja sahamnya sendiri tidak syariah. Atau bisa juga menjadi haram karena sifatnya judi, tidak memperhatikan perkembangan aset dan valuasi. Jadi, hanya berjudi apakah saham A akan naik atau turun.

Kalau saya selalu mengajarkan di rumah: speculate but don’t gamble. Bedakan dua hal tersebut. To speculate seperti bermain domino. Kita bisa observe dan memprediksi lawan tidak punya kartu tertentu. Ini berbeda dengan gambling seperti bermain dadu. Dadu itu berdiri sendiri, random, independent, dan tidak saling terpengaruh antara pelemparan satu dengan pelemparan lainnya.

Bagaimana contoh spekulasi itu?

Misalnya begini, saat ini Anda punya dua gadget. Keduanya menyala. Kalau Anda menggunakan aplikasi seperti Go-jek, Google Maps, atau aplikasi lainnya, sudah tentu Anda akan membuat perusahaan telekomunikasi semakin maju. Selain itu, saat ini 37 persen penduduk Indonesia berusia di bawah 20 tahun. Usia ini adalah usia konsumtif. Itulah kenapa kinerja saham-saham consumer bagus-bagus. Selain itu, rata-rata umur masyarakat Indonesia adalah 29 tahun dan umur ini merupakan titik untuk berpindah ke tahapan berkeluarga. Faktor ini membuat saham properti dan yang terkait properti masih bagus kinerjanya.

Bagaimana cara berinvestasi yang baik menurut Anda?

Kalau kita berinvestasi secara reguler, saya ingat kata-kata David Bach dalam bukunya, bahwa untuk menjadi automatic millionaire perlu pay yourself first. Itu adalah saran pertama yang ia berikan dalam bukunya.

Akan tetapi, kita harus menggali keperluan diri kita terlebih dahulu. Ini karena kita punya dua dimensi, yakni di masa sekarang dan yang akan datang. Katakanlah kita punya pendapatan Rp100. Maka, sisihkan 10 untuk diri kita di masa yang akan datang, untuk asuransi dan juga investasi. Sedangkan untuk konsumsi bisa diambil dari yang 90 tersebut. Jadi, jangan mengulang kekeliruan banyak orang yang berpandangan bahwa berinvestasi sebaiknya menggunakan uang sisa. Percayalah, tiidak akan pernah ada sisa.

IllustrationApakah investasi di deposito masih relevan untuk saat ini?

Ada yang disebut dengan rule 72 untuk melihat seberapa lama aset kita akan berlipat ganda di tingkat bunga atau return tertentu. Saat ini, return deposito diperkirakan hanya 4 persen. Jika, 72 kita bagi dengan expected return sebesar 4 persen maka hasilnya didapat angka sekitar 18. Maka, dengan menaruh uang di deposito bank, uang Anda baru akan naik dua kali lipat dalam 18 tahun.

Akan tetapi, kalau di pasar modal kita bisa mengambil asumsi pertumbuhan berdasarkan bunga kredit ditambah marjin perusahaan. Menurut perkiraaan, setiap tahun akan ada pertumbuhan sebesar 16 persen untuk sektor riil. Dari expected return tersebut aset kita akan menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu 4,4 tahun. Untuk orang seperti saya yang sudah berinvestasi cukup lama, perbedaan ini sangat terasa.

Selama 18 tahun berinvestasi saya tidak pernah menaruh uang di deposito bank karena tidak memberikan growth. Pertumbuhan bunga deposito akan selalu kalah oleh inflasi.

Ada kemungkinan deposito bisa menguntungkan?

Ada, tapi jadi agak ironis. Deposito hanya menguntungkan di saat perekonomian Indonesia sekarat. Kita lihat contohnya di tahun 1998-99. Di tahun-tahun tersebut return deposito bisa mencapai 60 persen. Kalau pakai rule 72 aset kita berlipat ganda kurang dari 1,5 tahun saja.

Bagaimana cara Anda mengajarkan investasi ke anak-anak Anda sendiri?

Anak saya ada tiga, dan tidak ada satupun yang saya ajarkan untuk menabung. Saya selalu ajarkan, uang itu untuk meningkatkan productivity. Anak perempuan dan lelaki yang paling besar, tidak saya berikan uang jajan bulanan. Saya berikan mereka uang dalam bentuk pulsa. Jadi, mereka harus menjualnya dan mendapatkan margin 10 persen.

Ajarkan anak-anak kita jiwa menjadi entrepreneur. Karena telalu menekankan pada menabung, makanya kita sekarang kekurangan entrepreneurs. Padahal, kurangnya entrepreneur inilah yang membuat bank jadi kesulitan menyalurkan kredit.

Saya ingin sekali agar Indonesia itu tobatan nasuha dan belajar menjadi entrepreneur. Kalau entrepreneur di Indonesia semakin banyak, saya yakin bunga perbankan dan juga marjin keuntungan bank bisa lebih rendah.

Apa rencana Anda ke depan di dunia investasi?

Saya akan terus mendorong orang agar lebih melek investasi. Saya akan melakukan lebih banyak 'dakwah investasi'. Ini adalah cara saya berjihad. (kd)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.201,44

Up0,38%
Up5,46%
Up9,53%
Up9,74%
Up18,73%
Up8,35%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.181,6

Up0,46%
Up4,99%
Up8,73%
Up9,06%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.152,06

Up0,42%
Up4,48%
Up9,54%
Up9,93%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.047,01

Up1,51%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua