Tujuh Sentimen Penggerak Pasar Pekan Keempat November

Abdul Malik • 23 Nov 2020

an image
Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham di Jakarta, Jumat (6/11/2020). IHSG ditutup menguat 75,203 poin atau 1,43 persen ke level 5.335 pada penutupan perdagangan saham Jumat (6/11). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.

Minggu lalu pasar sangat positif akibat kemajuan keefektifan vaksin Covid-19

Bareksa.com - Bursa Efek Indonesia menyatakan selama periode 16-20 November 2020, pasar modal Indonesia mencatatkan kinerja positif. Peningkatan tertinggi selama sepekan ini terjadi pada rata-rata volume transaksi, yaitu 13,54 persen menjadi 18,217 miliar saham. Rata-rata frekuensi harian selama sepekan turut meningkat 3,6 persen menjadi 949,073 ribu kali transaksi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan 2,03 persen dan berada di level 5.571 dari 5.461 pada penutupan pekan sebelumnya. Nilai kapitalisasi pasar bursa mencapai Rp6.474,86 triliun atau meningkat 2 persen. Rata-rata nilai transaksi harian selama sepekan kompak mengalami peningkatan 0,79 persen atau Rp12,416 triliun. Investor asing pada Jumat lalu mencatatkan jual bersih Rp321,93 miliar, sedangkan sepanjang tahun 2020 mencatatkan jual bersih Rp40,88 triliun.

Direktur Anugerah Mega Investama yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti, Hans Kwee menyatakan pada pekan keempat bulan ini atau periode 23-27 November 2020. Delapan sentimen tersebut ialah :

1. Efektivitas Vaksin Covid-19

Minggu lalu pasar sangat positif akibat kemajuan keefektifan vaksin Covid-19. Data final vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech menunjukkan efektif 95 persen mencegah virus tersebut. Vaksin yang diberi nama BNT162b2 terbukti efektif melawan virus Covid-19 setelah 29 hari pemberian dosis pertama dan dinyatakan konsisten di semua umur, ras dan etnik. Untuk usia lanjut vaksin ini juga efektif lebih dari 94 persen.

Moderna juga merilis data awal bahwa vaksinnya menunjukan efektivitas 94,5 persen, serta Rusia yang mengklaim vaksin eksperimental dari hasil uji coba tahap akhir dengan jumlah pegetesan besar efektif lebih dari 90 persen. "Vaksin menimbulkan harapan ekonomi dunia akan segera pulih di semester II 2021," ungkap Hans dalam keterangannya (23/11/2020).

2. Vaksin Covid-19 Moderna

Vaksin yang dikembangkan Moderna memberikan harapan yang lebih besar karena dapat tetap stabil pada suhu 36 hingga 46 derajat Fahrenheit. Suhu ini merupakan suhu standar lemari es rumah atau medis dan dapat disimpan hingga 30 hari. Bila suhu negatif 4 derajat Fahrenheit maka vaksin ini dapat disimpan hingga enam bulan.

Sebelumnya Vaksin Pfizer membutuhkan suhu penyimpanan minus 94 derajat Fahrenheit, sehingga akan mempersulit pendistribusian vaksin. Harapkan vaksin yang efektif dan mudah distribusikan membawa harapan pandemi covid 19 akan berlalu.

3. Hasil uji coba vaksin

Hasil uji coba vaksin beberapa perusahaan akan diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM (FDA) Amerika Serikat untuk disetujui. Pfizer telah mengumpulkan data keamanan selama dua bulan dari 19.000 subjek studi yang diminta oleh FDA, tetapi sampai saat ini masih meninjau hasil pengujian.

Moderna masih menunggu lebih banyak data yang menunjukan vaksin aman dan tinjauan peraturan di Amerika Serikat sebelum disahkan untuk penggunaan darurat pada bulan Desember. Akhir tahun ini Pfizer memperkirakan ada 50 juta dosis vaksin, sedangkan Moderna ada 60 juta dosis vaksin tersedia. Vaksin baru tersedia untuk keperluaan darurat dan masih menunggu pengesahan untuk pemakaian umum dan masal.

4. Aliran Dana Asing

Pasar Saham mengalami kenaikan akibat optimisme vaksin covid 19, terlihat aliran dana masuk ke pasar saham. Sektor yang naik terutama bank, tours dan travel dan komoditas. Selain itu terlihat investor mulai beralih ke saham Asia Tenggara sebagai rotasi global dari sektor bernilai tinggi (value) ke sektor yang bertumbuh (growth).

UBS Global Wealth Management menyarankan investor yang mencari imbal hasil tinggi harus beralih ke surat utang Asia dan emerging market di tahun depan. Nampaknya kenaikan pasar keuangan di Asia Tenggara termasuk Indonesia di tahun depan masih akan terjadi terutama bila vaksin efektif dan berhasil di distribusikan.

5. Lonjakan Kasus Covid-19

Di tengah harapan vaksin yang merupakan sentimen positif di jangka menengah panjang, terjadi lonjakan kasus Covid-19 di beberapa negara. Di AS pekan lalu terjadi kenaikan rata-rata mingguan 26 persen kasus di bandingkan pekan sebelumnya. Di tengah peningkatan kasus terjadi pembatasan aktivitas sosial untuk menurunkan tingkat penyebaran.

Bill de Blasio, Walikota New York City memerintahkan sekolah menghentikan pembelajaran tatap muka. Centers for Disease Control and Prevention menyarankan warga Amerika agar tidak bepergian untuk merayakan Thanks giving. Hal yang hampir sama terjadi di beberapa negara Eropa mendorong potensi pertumbuhan negatif di kuartal IV 2020. Peningkatan langkah penguncian ekonomi dapat menganggu proses pemulihan ekonomi dan menjadi sentimen negatif bagi pasar saham dunia.

6. Program Kredit Bantuan Pandemi AS

Di tengah kenaikan kasus Covid-19 nampaknya pasar keuangan memperhatikan masalah antara The Fed dan Departemen Keuangan AS terkait program kredit bantuan pandemi. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan program kredit bantuan pandemic US$455 miliar yang dialokasikan musim semi lalu di bawah undang-undang CARES harus dikembalikan ke Kongres untuk dialokasikan kembali sebagai hibah untuk perusahaan kecil.

Program ini dianggap penting bagi Bank Sentral AS dan bila dihentikan akan berdampak tidak baik bagi perekonomian. Ketika kasus infeksi baru Covid-19 meningkat diikuti pembatasan kegiatan sosial dapat mendorong gelombang PHK baru dan perlambatan pemulihan ekonomi. Hal ini mengecewakan pelaku pasar keuangan yang berhadap The Fed dan Departemen Keuangan dapat bekerja sama mengatasi dampak Pandemi yang akhir-akhir ini meningkat risikonya.

7. Pertumbuhan Ekonomi RI

Konsumsi masyarakat atau rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah produk domestik bruto Indonesia mengalami penyusutan 3,49 persen pada kuartal ketiga. Hal ini yang mendorong ekonomi ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade. BI pada RDG November menurunkan BI7 DRRR menjadi 3.75 persen dari sebelumnya 4 persen untuk mendorong pertumbuhan kredit agar dapat menggerakan perekonomian.

Di triwulan IV 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan berada di level -1 persen hingga 0,4 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan akan berada di level -1,7 persen hingga 0,6 persen. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik di tahun 2021 menjadi 4.5 persen sampai 5.5 persen. Tetapi hal ini sangat terpengaruh oleh vaksin Covid-19.

"Meningkatnya kasus covid 19 di beberapa negara dunia disertai mulai turunnya optimisme vaksin Covid-19 membuat pasar saham kami perkirakan akan konsolidasi melemah. Ditambah masalah stimulus dan pasar keuangan yang naik banyak beberapa pekan terakhir sehingga membuka koreksi sehat IHSG. Support IHSG di level 5,541 sampai 5,462 dan resistance di level 5,628 sampai 5,657," ungkap Hans menjelaskan.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.