Ekonomi Bakal Pulih Pasca Resesi, Jangan Ketinggalan Investasi

Hanum Kusuma Dewi • 12 Nov 2020

an image
Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham di Jakarta, Jumat (6/11/2020). IHSG ditutup menguat 75,203 poin atau 1,43 persen ke level 5.335 pada penutupan perdagangan saham Jumat (6/11). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.

Reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap bisa dipilih investor tergantung profil dan tujuan investasi

Bareksa.com - Pandemi Covid-19 telah menekan ekonomi global, termasuk Indonesia yang masuk ke jurang resesi. Namun, kondisi ekonomi diperkirakan segera pulih pada 2021 karena dorongan berbagai faktor, sehingga para investor di pasar keuangan, termasuk reksadana saham dan obligasi, juga berpotensi meraih keuntungan tahun depan. 

Pemerintah memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021 akan tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen. Angka ini tentu jauh melonjak dari kondisi resesi tahun ini, dengan perkiraan ekonomi terkontraksi atau minus 1,1 persen hingga naik hanya 0,2 persen. 

Grafik Pertumbuhan Ekonomi 2016-2021*

*proyeksi, sumber: BPS, Pemerintah

Ada sejumlah sentimen yang mendukung pemulihan ekonomi, dan tercermin dalam pergerakan pasar saham dan obligasi belakangan ini. Sejumlah sentimen itu termasuk, pemilihan presiden Amerika Serikat yang berjalan lancar, ketersediaan vaksin Covid-19, likuiditas yang melimpah di perbankan global sehingga menekan dolar AS dan membuat aset negara berkembang naik, insentif pajak dan bantuan kredit bagi UMKM dan korporasi, bantuan sosial dari pemerintah, serta akselerasi reformasi iklim investasi dengan disahkannya omnibus law UU Cipta Kerja. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi cerminan pasar modal dan pasar saham, mencatat kenaikan 8,18 persen dalam sebulan terakhir (hingga 11 November 2020). Pada saat yang sama, rupiah terapresiasi terhadap dolar menjadi Rp14.000 per dolar AS pada 11 November 2020, dibandingkan Rp14.600 pada 12 Oktober 2020.

Bila melihat tren historis, setiap penguatan rupiah bisa membawa IHSG naik. Seperti terlihat di dalam grafik, garis abu-abu yang mewakilkan rupiah turun sementara garis hijau (IHSG) naik pada periode-periode yang ditandai dengan kotak titik merah. 

Grafik Pergerakan Rupiah dan IHSG (Juli 2012-Jul 2020)

Sumber: Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, diolah Bareksa.com 

Penguatan rupiah terhadap dolar AS juga memberi dampak positif bagi pasar obligasi. Imbal hasil (yield) obligasi negara tenor 10 tahun menguat ke 6,3 persen pada 10 November, dibandingkan 6,89 persen pada sebulan sebelumnya.

IHSG menguat ini positif bagi investasi berbasis saham, termasuk reksadana saham dan reksadana indeks saham. Lalu, penguatan pasar obligasi negara juga mendorong reksadana pendapatan tetap. Saat IHSG naik sebulan terakhir, Indeks Reksadana Saham Bareksa juga naik 7,42 persen dan Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Bareksa naik 1,68 persen. 

Grafik Perbandingan IHSG, Indeks Reksadana Saham dan Pendapatan Tetap Bareksa Sebulan

Sumber: Bareksa.com 

Dengan prospek pasar saham dan pasar obligasi negara yang menarik, investasi di pasar modal termasuk reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap bisa menjadi pertimbangan bagi investor. Investasi reksadana saham cocok untuk investor agresif dengan horison waktu investasi panjang di atas lima tahun. Sementara reksadana pendapatan tetap cocok untuk investor moderat dengan jangka waktu menengah sekitar satu sampai tiga tahun. 

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.