BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Akankah Uang Rupiah Baru Ganggu Gerakan Non Tunai?

Bareksa22 Desember 2016
Tags:
Akankah Uang Rupiah Baru Ganggu Gerakan Non Tunai?
Nasabah menukarkan uang kertas rupiah pecahan lama ke pecahan baru tahun emisi 2016 di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepulauan Riau, Batam. ANTARA FOTO/M N Kanwa

Per Oktober 2016, penggunaan uang kartal (kertas dan logam) di seluruh Indonesia sebanyak Rp559 triliun

Bareksa.com – Pengeluaran dan pengedaran uang rupiah tahun emisi 2016 tak luput dari perhatian media sosial. Keputusan yang merupakan amanat Undang-Undang No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang ini, mendapat beberapa kritikan dari netizen.

Kritikan pertama muncul soal kemiripan dengan beberapa mata uang negara lain seperti Yuan China. Kritikan lain pun muncul soal pemilihan tokoh pahlawan nasional. Soal ini, kritikan paling ramai terkait dengan gambar pahlawan asal Aceh Tjut Meutia yang menurut sebagian netizen harusnya mengenakan jilbab.

Namun di luar kritikan itu, kita perlu ingat bahwa Bank Indonesia punya program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), sebuah program yang merupakan inisiatif mengampanyekan penggunaan transaksi non tunai dalam masyarakat alias less cash society. Sebuah program yang meluncur 14 Agustus 2014 tersebut berharap masyarakat mengalihkan kebiasaan transaksi tunai ke non tunai seperti transaksi melalui internet banking, electronic banking, automated teller machine (ATM), kartu kredit, kartu debet, maupun uang elektronik.

Promo Terbaru di Bareksa

Lalu, apakah keberadaan uang baru tahun emisi 2016 justru akan meningkatkan transaksi tunai dan menekan transaksi non tunai?

Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Yudi Harymukti menjelaskan, uang non tunai dan tunai sifatnya saling melengkapi. Dengan begitu, keberadaan uang baru pun tidak signifikan meningkatkan penggunaan uang tunai.

“Harusnya tidak (meningkatkan penggunaan uang tunai). Karena kami tidak menambah jumlah pencetakan uangnya. Dan transaksi non tunai, tumbuh dengan rate lebih tinggi dari pertumbuhan uang tunai,” kata Yudi kepada Bareksa, Kamis, 22 Desember 2016.

Untuk memperkuat pernyataan Yudi, data BI per Oktober 2016 menyebut, penggunaan uang kartal (kertas dan logam) di seluruh Indonesia sebanyak Rp559 triliun. Dari jumlah uang tersebut Rp467,5 triliun beredar di masyarakat, sementara Rp91,5 triliun ada di perbankan.

Pada periode yang sama, transaksi kartu kredit mencapai Rp22,69 triliun, menggunakan kartu ATM dan debet sebesar Rp487,18 triliun. Sedangkan untuk total transaksi di sistem kliring seperti cek dan giro sebesar Rp306,7 triliun. Belum lagi transaksi nasabah untuk Real Time Gross Settlement (RTGS) yang dilayani perbankan mencapai Rp1.786,8 triliun.

Tabel: Tren Uang Yang Diedarkan (UYD) Awal Tahun, Lebaran, & Akhir Tahun

Illustration

Sumber: Bank Indonesia

BI sendiri memperkirakan, UYD akhir tahun 2016 ini khususnya menghadapi periode Natal dan akhir tahun diperkirakan akan mencapai Rp620-630 triliun atau meningkat 6 persen-7,5 persen dibanding akhir tahun 2015 Rp586,7 triliun.

Adapun BI menyiapkan pasokan uang tunai sekitar Rp88 triliun hingga Rp94 triliun untuk memenuhi kebutuhan transaksi menjelang tren konsumsi tinggi pada perayaan Natal dan Tahun Baru 2017. Jumlah pasokan uang tunai itu meningkat 10 persen dibandingkan antisipasi pada 2015 yang sebesar Rp85,6 triliun.

Informasi saja, uang rupiah baru tahun emisi 2016 diresmikan Presiden Republik Indonesia pada 19 Desember 2016, di gedung Bank Indonesia, Jakarta. Peresmian sekaligus menandai bahwa sebelas pecahan uang tersebut mulai berlaku, dikeluarkan, dan diedarkan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kesebelas uang Rupiah Tahun Emisi 2016 terdiri dari 7 (tujuh) pecahan uang Rupiah kertas dan dan 4 (empat) pecahan uang Rupiah logam. Uang Rupiah kertas terdiri dari pecahan Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000 dan Rp1.000. Sementara itu, untuk uang Rupiah logam terdiri dari pecahan Rp1.000, Rp500, Rp200 dan Rp100. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.202,74

Up0,42%
Up5,47%
Up9,65%
Up9,79%
Up18,62%
Up7,84%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,32

Up0,49%
Up5,00%
Up8,79%
Up9,05%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.152,7

Up0,45%
Up4,45%
Up9,60%
Up9,91%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.045,13

Up0,98%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua