Siapa Emiten Sawit Paling Terkena Dampak Negatif CPO Fund?
Harga saham 5 emiten ini turun setidaknya 5 persen sejak 23 Maret

Harga saham 5 emiten ini turun setidaknya 5 persen sejak 23 Maret
Bareksa.com - Periode 2015 merupakan tahun berat bagi produsen sawit nasional. Kondisi itu terlihat dari turunnya permintaan komoditas tersebut, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan harga.
Harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional dengan acuan CIF Rotterdam sudah turun 26,37 persen menjadi $607 per metrik ton pada April 2015 dibanding $825,32 pada setahun sebelumnya. Penurunan harga itu jelas berdampak negatif bagi produsen CPO nasional.
Grafik Harga CPO Internasional
Promo Terbaru di Bareksa

Sumber: Indexmundi
Pada saat yang hamper bersamaan, pemerintah menerapkan aturan baru, berupa pungutan tambahan bernama CPO Support Fund (CSF) sebesar $50 per ton untuk CPO dan $30 per ton untuk produk turunannya. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung subsidi biodiesel dalam jangka panjang.
CSF hanya akan dikenakan saat harga CPO global di bawah $750 per ton, yaitu pada saat CPO tidak dikenakan pajak ekspor. Namun, ketika harga sudah di atas $750 per ton, pajak ekspor akan diberlakukan kembali, biasanya mencapai 22,5 persen. (Baca Juga: Jokowi Teken CSF)
Sejumlah perusahaan sawit di Tanah Air dan tercatat di Bursa Efek Indonesia akan terkena dampak dari kebijakan CSF. Produsen sawit dengan lima kapitalisasi pasar terbesar adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sinar Mas Agro Resources and Teknology Tbk (SMAR), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk (LSIP), PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO).
Emiten yang terkena dampak paling besar dari kebijakan CSF adalah produsen sawit terafiliasi Sinarmas Grup, yaitu SMAR. Penyebabnya SMAR memiliki kontribusi ekspor hingga 53 persen dari penjualan. Selanjutnya emiten yang terkenda dampak kedua terbesar adalah BWPT, dengan kontribusi ekspor 19 persen dari penjualan. Kemudian, diikuti oleh AALI, LSIP dan SGRO.
Tabel Volume Penjualan dan Kontribusi Ekspor Produsen Sawit

Sumber: Laporan keuangan emiten 2014
Dampak negatif kebijakan CSF juga tercermin dari turunnya harga saham para produsen sawit di BEI sejak peraturan pertama kali dihembuskan oleh Menteri Perekonomian pada 23 Maret 2015. Harga saham mereka turun setidaknya 5 persen sejak saat itu dengan penurunan terbesar dicatat oleh BWPT.
Bahkan, secara umum indeks sektor perkebunan sudah anjlok 11,55 persen dalam jangka waktu tidak sampai dua bulan terakhir.
Grafik Pergerakan Saham Emiten Sawit di BEI

Sumber: Bareksa.com
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) masih optimistis bahwa kebijakan CSF bisa kembali mendorong harga CPO. Meskipun, dalam jangka pendek ketika harga komoditas perkebunan itu melemah efeknya akan negatif bagi produsen hulu.
"Dengan adanya kebijakan penggunaan kadar CPO untuk biofuel sebesar 15 persen, diharapkan harga CPO global bisa kembali naik ke level $700 dolar per ton," ujar Tofan Mahdi, juru bicara GAPKI.
Dia mengatakan para produsen harus melihat kepentingan jangka panjang bahwa pemerintah ingin mendorong hilirisasi sawit. "Ini bisa memberi multiplier effect untuk industri hilir sawit, dan mendorong kita bukan hanya menjadi pedagang sawit." (pi)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.201,44 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.181,6 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,06 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.047,01 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.