BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Chart of The Week: Yield Obligasi Tertinggi Selama 7 Bulan Terakhir, Kenapa?

Bareksa13 Oktober 2014
Tags:
Chart of The Week: Yield Obligasi Tertinggi Selama 7 Bulan Terakhir, Kenapa?
IHSG vs Bond Yield 9 Okt (Bareksa.com)

Investor khawatir kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat

Bareksa.com - Penurunan harga obligasi menyebabkan yield obligasi (bond yield) kembali mengalami kenaikan pada 9 Oktober 2014, dan membukukan rekor kenaikan tertinggi selama tujuh bulan terakhir ke level 8,4 persen untuk obligasi berjangka waktu 10 tahun.

Investor asing juga terlihat mulai melakukan penjualan. Hal ini tercermin dari turunnya nilai kepemilikan investor asing pada Surat Utang Negara (SUN) yang diperdagangkan sebanyak 4,5 triliun dari periode 30 September sampai 2 Oktober.

Yield obligasi tenor 10 tahun meningkat sejak akhir September menyusul kekhawatiran bakal naiknya suku bunga acuan di Amerika. Fed Rate naik lebih cepat yakni sekitar kuartal kedua 2015 dari perkiraan sebelumnya pada kuartal ketiga 2015.

Promo Terbaru di Bareksa

Kenapa kenaikan suku bunga acuan dikhawatirkan investor akan menurunkan harga obligasi di Indonesia?

Kenaikan suku bunga acuan di Amerika tentu akan mendorong adanya penyesuaian pada yield obligasi di negara tersebut, sehingga nilainya juga akan meningkat. Jika yield obligasi meningkat maka selisihnya (spread) dengan yield obligasi di Indonesia semakin mengecil. Karena inilah, maka terjadi penyesuaian di mana yield obligasi di Indonesia juga cenderung akan naik sehingga kembali ke nilai selisih semula.

Per 9 Oktober 2014, yield obligasi tenor 10 tahun di Amerika mencapai 2,3 persen di mana Fed Rate masih berada pada level terendahnya, yakni 0,25 persen. Sementara itu, di Indonesia berkisar di level 8,4 persen sehingga terdapat selisih sekitar 6 persen.

Jika kita melihat periode sebelum Fed Rate turun ke level 0,25 persen, pada saat itu Fed Rate masih berkisar 3-4 persen dan yield obligasi tenor 10 tahun di Amerika mencapai 4,5-4,8 persen. Sementara itu, di Indonesia pada level 10-10,5 persen, sehingga terdapat selisih sekitar 5,5-6 persen.

Maka, jika Fed Rate naik dan mendorong yield obligasi di Amerika kembali meningkat ke level 3-4 persen, bisa terjadi penyesuaian dan peningkatan yield obligasi di Indonesia berkisar di level 9 persen.

Grafik: Pergerakan IHSG dan Bond Yield Tenor 10 Tahun & Pergerakan Arus Dana Asing Di Obligasi

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Selisih tersebut terjadi karena perbedaan rating utang negara, di mana Indonesia masih berada pada posisi rating yang cukup berisiko, yakni BBB -- dibandingkan dengan peringkat AS yang berada pada tingkat AAA berdasarkan Fitch Rating. Semakin tinggi peringkatnya, risiko gagal bayar utang suatu negara dinilai semakin kecil.

Akan tetapi, jika pemerintahan baru nanti dapat cepat mengambil kebijakan yang memperkuat fundamental ekonomi Indonesia seperti menurunkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan meningkatkan subsidi pada sektor-sektor yang lebih produktif seperti infrastruktur maupun Usaha Kecil dan Menengah (UKM), maka risiko Indonesia akan berkurang dan bakal menurunkan selisih yield obligasi tersebut. (kd)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.202,31

Up0,39%
Up5,52%
Up9,61%
Up9,80%
Up18,65%
Up8,33%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,14

Up0,48%
Up5,03%
Up8,78%
Up9,09%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.152,54

Up0,43%
Up4,50%
Up9,58%
Up9,96%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,31

Up0,90%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua