ADB & IMF Nilai RI Tahan Banting dari Badai Resesi, Waktunya Belanja Reksadana Ini

Abdul Malik • 22 Jul 2022

an image
Ilustrasi investor yang tengah berjuang agar investasinya tetap mendulang cuan di tengah isu badai resesi ekonomi Amerika Seikat dan negara-negara lain di dunia. Namun prediksi IMF dan ADB yang menilai Indonesia cukup aman dari badai resesi, bisa berdampak positif terhadap pasar modal Tanah Air, termasuk ke reksadana dan SBN. (Shutterstock)

Tim Analis Bareksa menyarankan investor bisa menerapkan dua strategi agar investasinya di reksadana mendulang cuan optimal

Bareksa.com - Dua lembaga dunia yakni Dana Moneter Internasional (IMF) dan Asian Development Bank (ADB) menilai Indonesia cukup tahan banting dari badai resesi ekonomi yang kini sedang mengancam Amerika Serikat dan negara-negara di dunia. ADB bahkan menaikkan prediksi ekonomi Tanah Air. Kabar baik ini bisa jadi sentimen positif bagi dunia investasi di dalam negeri, termasuk reksadana. 

Lantas reksadana mana saja yang berpeluang membukukan cuan di tengah isu ancaman resesi global saat ini?

Perihal isu badai resesi ini, menurut Tim Analis Bareksa, ada lima hal penting berikut : 

1. Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 3,5 persen pada Juli 2022. Suku bunga acuan di level terendah sepanjang sejarah tersebut sudah diberlakukan BI sejak Februari 2011 karena inflasi inti masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri. 

2. ADB menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 menjadi 5,2 persen karena permintaan dalam negeri yang bagus dan pertumbuhan ekspor yang stabil. Revisi tersebut naik dari perkiraan ADB sebelumnya pada April 2022, yakni 5 persen.

3. IMF menyatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang berpotensi aman dari jurang resesi pada tahun 2022.

4. Sejak awal tahun hingga 21 Juli 2022, aliran dana investor asing masuk ke pasar saham sekitar Rp47,5 triliun (Sepanjang tahun berjalan/YtD).

5. Kinerja pasar saham nasional yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini lebih baik dibandingkan mayoritas negara-negara lain di dunia, karena kondisi ekonomi yang mendukung.

Indeks Saham Utama

Return YtD (%)

Indonesia (IHSG)

2.08 

Singapura (FTSE Singapore)

1.03 

United Kingdom (FTSE100)

(2.37)

Brazil (IBRX)

(6.17)

Thailand (SET)

(6.69)

India (BSE Sensex)

(7.50)

Jepang (Nikkei 225)

(8.53)

Malaysia (KLCI)

(9.02)

Australia (S&P/ASX 100)

(9.77)

Amerika Serikat (DJIA)

(14.73)

Jerman (DAX)

(18.76)

Amerika Serikat (S&P 500)

(20.27)

Vietnam (VN Index)

(21.59)

Korea Selatan (KOSPI)

(22.16)

Average

(10.32)

Sumber : Investing, Bareksa Research Team, data per 12 Juli 2022

Baca juga : Bagaimana Strategi Investasi di Tengah Isu Resesi? Simak di Sini

Melihat sejumlah kondisi tersebut, menurut Tim Analis Bareksa, berikut beberapa hal yang bisa diperhatikan investor :

- Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan dapat mendorong pertumbuhan kinerja keuangan emiten karena biaya modal tetap rendah. Sehingga valuasi saham masih akan menarik.

- Sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti perbankan dan infrastruktur berpotensi mendorong IHSG ke level yang lebih tinggi karena tingkat inflasi yang tergolong terjaga membuat suku bunga tidak perlu dinaikkan. 

- Survei BI menunjukkan optimisme terhadap pertumbuhan kredit selama tahun 2022 yang diproyeksikan mencapai 9,2 persen, lebih tinggi dari 2021 yang sebesar 5,2 persen secara tahunan (YOY). Hal ini juga akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi.

- Pemulihan ekonomi juga akan mendorong berlanjutnya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Selain itu, kinerja segmen telekomunikasi juga semakin membaik, terutama karena perkembangan digitalisasi di era pandemi yang membuat masyarakat lebih sering dan terbiasa menggunakan internet.

- Dan tentunya dengan perkembangan penanggulangan Covid-19 yang semakin baik di Indonesia membuat konsumsi masyarakat terus meningkat.

Lihat juga : Empat Tips Agar Investor Reksadana Tak Terlalu Khawatir Resesi Ekonomi

Strategi Investasi di Reksadana

Dengan mempertimbangkan sejumlah faktor tersebut, Tim Analis Bareksa menyarankan investor bisa menerapkan dua strategi berikut agar investasinya di reksadana bisa mendulang cuan optimal :

- Reksadana saham dan reksadana indeks memiliki peluang kenaikan dengan konsensus IHSG diproyeksikan dapat mencapai kisaran 7.300 - 7.500. Dibandingkan nilai IHSG saat ini di kisaran 6.800, maka terdapat potensi kenaikan IHSG sekitar 7 - 10 persen hingga akhir tahun.

- Risiko global masih tetap ada dan mungkin dapat mempengaruhi penurunan IHSG. Jika IHSG dapat turun ke kisaran level 6.500 - 6.700, justru bisa menjadi kesempatan akumulasi investasi di reksadana indeks dan reksadana saham berbasis sektor keuangan, infrastruktur (telekomunikasi), maupun konsumsi.

Simak juga : Indonesia Bisa Hindari Resesi, Ini Strategi Investasi Robo Advisor Bareksa

Daftar produk yang dapat dicermati investor :

Reksa Dana Saham & Indeks

Return 1 Tahun

Barometer

Avrist Ada Saham Blue Safir

18.99%

4.50

Bahana Dana Prima

18.37%

4.50

BNP Paribas Sri Kehati

22.78%

4.13

Sumber: Bareksa, Return NAV per 21 Juli 2022

Baca juga : Dua Index Fund SRI-KEHATI Melesat di Tengah Isu Ancaman Resesi, Ini Rahasianya

Investasi Sekarang

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.