Saat Tepat Akumulasi! Bareksa Robo Advisor Ubah Strategi Investasi di Oktober 2025

Abdul Malik • 10 Oct 2025

an image
Ilustrasi Robo Advisor Bareksa sedang menyesuaikan portofolio investasinya dengan kondisi pasar terkini. (Shutterstock)

Alokasi Bareksa Robo Advisor saat ini masih berada dalam mode Risk On untuk menangkap peluang akumulasi bertahap di saham Big Caps yang masih terdiskon

Bareksa - Pada bulan September 2025, IHSG mencatat kenaikan tertinggi sepanjang masa di level 8.000 ditopang oleh sejumlah saham konglomerasi. Sebaliknya, indeks LQ45 yang menjadi acuan saham berkapitalisasi besar justru cenderung bergerak turun sekitar -0,39%.

Pemangkasan suku bunga menjadi 4,75% di September belum memberikan dampak positif terhadap pergerakan saham perbankan yang menjadi alokasi terbesar mayoritas reksadana indeks.

Sementara itu, pasar obligasi masih mengalami penguatan ditandai dengan stabilnya yield acuan pada level 6,3%-6,4% selama September.

Apa Artinya?

Kenaikan IHSG saat ini belum mencerminkan pergerakan dari saham-saham perbankan yang masih terdiskon cukup besar, karena didominasi saham konglomerasi. Artinya, masih ada potensi untuk mengejar ketertinggalan.

Apalagi dari Pemerintah, terutama Menteri Keuangan juga tengah berusaha untuk mendorong pertumbuhan kredit dengan melakukan distribusi dana ke bank-bank Himbara, yang tujuannya untuk menggenjot perputaran uang di masyarakat serta meningkatkan daya beli.

Kemudian tren suku bunga turun juga menjadi faktor untuk meningkatkan kinerja emiten karena biaya ekspansi bisa lebih rendah.

Sehingga, posisi alokasi Bareksa Robo Advisor saat ini masih berada dalam mode Risk On untuk menangkap peluang akumulasi bertahap di saham perbankan serta Big Caps lainnya yang masih terdiskon.

Apa Efeknya ke Portofoliomu?

Profil Risiko Bareksa Robo Advisor 
Return Agustus 2025

Risk Averse

0,16%

Conservative

0,10%

Moderate

-0,14%

Aggressive

-0,53%

Very Aggressive

-0,66%

Sumber: Tim Analis Bareksa

Kinerja Bareksa Robo Advisor sesuai dengan pergerakan alokasi serta bobot masing-masing reksadana yang dipilih dalam daftar Robo dan profil risiko investor. Karena indeks yang digunakan untuk porsi saham adalah Syailendra MSCI yang memiliki bobot terbesar di saham Big Banks, maka semakin agresif portofolio akan semakin terdampak penurunan seperti tercermin pada kinerja Robo di atas.

Kemudian untuk bulan Oktober ini, produk default untuk reksadana saham juga berubah menjadi BRI Indeks Syariah karena dalam sebulan terakhir per September masih cetak kinerja positif. Hal ini disebabkan produk tersebut tidak memiliki saham perbankan yang sedang turun.

Oleh karena itu diproyeksikan dengan adanya BRI Indeks Syariah dapat membuat kinerja Bareksa Robo Advisor mengalami kenaikan kinerja untuk periode selanjutnya.

Investasi di Bareksa Robo Advisor

(Sigma Kinasih CTA, CFP/Christian Halim/AM)

***

DISCLAIMER​​​​​

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.