
Bareksa.com - Ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Fed Funds Rate pada September 2025 tak hanya mendorong pasar saham, namun juga mengerek prospek pasar obligasi Tanah Air. Kondisi itu membuat kinerja reksadana berbasis obligasi atau reksadana pendapatan tetap ikut ngegas. Tercatat, tiga reksadana pendapatan tetap unggulan di Bareksa mencatat return hingga 9,25%.
Tiga reksadana tersebut yakni Syailendra Sharia Fixed Income Fund yang mencatat cuan 9,25% setahun terakhir, disusul Kisi Fixed Income Fund Plus return 9,22% dan Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A imbal hasil 9,15% setahun (per 12/8). Sejak awal tahun atau kurang dari 7,5 bulan, cuannya masing-masing 6,05%, 6,04% dan 6,01%.
Menurut riset Syailendra Capital, melesatnya kinerja reksadana pendapatan tetap tak hanya akibat sentimen positif akibat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Melainkan juga pasar obligasi, terutama obligasi korporasi semakin semarak tahun ini. Hingga semester I 2025, realisasi penerbitan obligasi korporasi melonjak 48% jadi sekitar Rp90 triliun dari periode yang sama tahun lalu (YOY).
Beli Syailendra Fixed Income di Sini
No. | Reksa Dana | YTD (%) | 1 Th (%) | Dana Kelolaan (AUM) |
|---|---|---|---|---|
1 | Syailendra Sharia Fixed Income Fund | 6,05 | 9,25 | Rp 845 miliar |
2 | Kisi Fixed Income Fund Plus | 6,04 | 9,22 | Rp 2,1 triliun |
3 | Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 6,01 | 9,15 | Rp 6,1 triliun |
Sumber: Bareksa, kinerja per 12/8/2025
Di semester II 2025, penerbitan obligasi korporasi diprediksi bisa lebih agresif, termasuk rilis obligasi syariah (sukuk). Mengutip bisnis.com (8/7), PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan aktivitas penerbitan obligasi korporasi semakin intensif di semester II 2025, seiring meningkatnya kebutuhan refinancing, modal kerja korporasi, hingga besarnya nilai jatuh tempo tahun ini.
Pefindo mencatat nilai surat utang korporasi yang jatuh tempo di 2025 mencapai Rp161,2 triliun, di mana Rp96,43 triliun jatuh tempo di semester II. Hal ini menandakan pembiayaan melalui obligasi korporasi lebih dipilih dari pendanaan perbankan. Kondisi itu akan membuat pasokan obligasi korporasi di pasar cukup banyak.
Beli Kisi Fixed Income Fund Plus di Sini
Tim Analis Bareksa menilai semaraknya pasar obligasi Tanah Air juga diuntungkan dengan potensi pemangkasan suku bunga AS. Jika Fed Rate turun, maka biasanya akan diikuti oleh penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate). Saat suku bunga turun, harga obligasi akan cenderung naik. Apalagi, penurunan Fed Rate biasanya membuat kurs dolar AS melemah, sehingga jadi sentimen positif pasar obigasi RI, baik obligasi korporasi maupun Surat Berharga Negara (SBN).
Tercatat, alokasi aset dalam portofolio reksadana Syailendra Sharia Fixed Income Fund per Juli 2025, mayoritas atau sebanyak 55,51% di obligasi korporasi. Sisanya yakni di Obligasi Negara 27,11% deposito 14,2%, serta kas setata kas 3,18%.
Sumber: fund fact sheet SSIF per Juli 2025
Beli Trimegah Dana Tetap Syariah di Sini
Di sisi lain, alokasi Obligasi Negara Syariah (SBSN) di portofolio reksadana Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A (TDATSYA kelas A) lebih besar, dari yang tercantum di fund fact sheet Juli 2025 porsinya mencapai 34,35%. Dibandingkan sekitar 3 bulan yang lalu, porsi SBSN di TDATSYA kelas A masih di bawah 20%. Kenaikan porsi ini mengikuti penguatan yield acuan obligasi dari 7,2% di bulan Maret ke 6,4% per Agustus.
Kemudian untuk alokasi investasi Kisi Fixed Income Fund Plus, mayoritas di obligasi mencapai 94,58% dan pasar uang 5,42%. Menariknya, dana kelolaan reksadana naik pesat sejak awal tahun dari Rp710 miliar per Desember 2024, jadi Rp2,1 triliun per Juli 2025.
(Sigma Kinasih CTA, CFP/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.