Reksadana Pendapatan Tetap Dominasi Cuan Tertinggi Saat Asing Borong Saham RI

Abdul Malik • 30 Mar 2022

an image
Ilustrasi investasi di reksadana pendapatan tetap dan obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN). (Shutterstock)

6 dari 10 reksadana cuan tertinggi kemarin diisi oleh produk reksadana pendapatan tetap

Bareksa.com - Mengakhiri perdagangan Selasa (29/3/2022), pasar saham Indonesia mengalami koreksi setelah sempat kembali menyentuh level tertinggi sepanjang masa.

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah 0,54 persen ke level 7.011,69. Aktivitas perdagangan tergolong normal dengan nilai transaksi Rp12,15 triliun, namun investor asing terlihat memborong saham-saham Tanah Air dengan catatan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp1 triliun di pasar reguler.

Kinerja serupa juga dialami pasar surat utang di mana harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan kemarin, di tengah masih terjadinya inversi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS). Selain itu, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) juga terpantau melemah 0,13 persen kemarin.

Mayoritas investor cenderung melepas SBN pada perdagangan kemarin, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN. Hanya SBN bertenor pendek yakni 1 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penguatan harga dan penurunan yield.

Melansir data Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun turun 7,8 basis poin (bps) ke level 2,512 persen pada perdagangan kemarin. Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik menguat 4,5 bps ke level 6,76 persen.

Sebagai informasi, yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya.

Menguatnya yield mayoritas SBN pada hari ini terjadi di tengah masih adanya inversi (inverted) yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury, di mana yield US Treasury bertenor 5 tahun kini lebih tinggi dari yield US Treasury bertenor 30 tahun, bahkan bertenor 10 tahun.

Melansir data dari CNBC International, yield US Treasury bertenor 5 tahun kini berada di level 2,606 persen, naik sebesar 4 bps dari level 2,566 persen pada penutupan perdagangan Senin kemarin waktu setempat.

Sedangkan yield US Treasury berjatuh tempo 30 tahun kini berada di level 2,575 persen, naik 0,2 bps dan yield US Treasury berjangka waktu 10 tahun naik 1,7 bps ke level 2,494 persen.

Kurva yield US Treasury bertenor 5 tahun dan 30 tahun sudah terbalik sejak Senin pagi waktu AS, di mana inversi ini kembali terjadi sejak 2006. Inversi yield obligasi terjadi ketika yield tenor jangka pendek lebih tinggi ketimbang tenor jangka panjang.

Inversi yield di Amerika Serikat menjadi pertanda buruk. Sebab, berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955, ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya.

Reksadana Pendapatan Tetap Dominasi Return Harian

Kondisi pasar saham dan pasar obligasi yang mengalami koreksi pada perdagangan kemarin, secara umum turut membuat kinerja reksadana berbasis kedua aset tersebut mengalami pergerakan yang serupa dengan acuannya.

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham mengalami penurunan -0,69 persen, sementara indeks reksadana pendapatan tetap terkoreksi 0,13 persen.

Sumber: Bareksa

Kemudian secara lebih rinci, produk reksadana pendapatan tetap terlihat mampu mendominasi kinerja positif pada perdagangan kemarin.

Sumber: Bareksa

Berdasarkan top 10 produk reksadana dengan imbal hasil (return) harian tertinggi pada perdagangan kemarin, 6 di antaranya ditempati oleh produk reksadana pendapatan tetap, kemudian 2 produk reksadana pasar uang, dan masing-masing 1 produk reksadana campuran dan saham.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana pendapatan tetap adalah suatu portofolio investasi yang berisi surat utang (obligasi) dan produk pasar uang. Portofolio reksadana pendapatan tetap harus terdiri dari surat utang minimal 80 persen dari portofolionya dan sisanya adalah produk pasar uang.

Pergerakan reksadana jenis ini cenderung lebih stabil dengan risiko yang lebih tinggi dari reksadana pasar uang namun lebih rendah dari reksadana saham. Karena itu, reksadana pendapatan tetap ini cocok untuk investor dengan profil risiko rendah - moderat dan untuk investasi jangka menengah (1-3 tahun). Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.