Indeks Saham Dibayangi Tekanan, Reksadana Ini Justru Dominasi Imbal Hasil Tertinggi

Abdul Malik • 21 Apr 2021

an image
Ilustrasi gejolak pasar saham yang tercermin dari fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berpengaruh terhadap kinerja reksadana dan SBN. (Shutterstock)

Dalam top 10 reksadana return tertinggi perdagangan kemarin, 6 di antaranya ditempati reksadana saham

Bareksa.com - Menutup perdagangan hari kedua pekan ini, bursa saham Tanah Air tampak masih dibayangi tekanan hingga belum mampu menembus zona hijau.

Pada perdagangan Selasa (20/4/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,23 persen ke level 6.038,32. Angka tersebut sebenarnya sudah cukup baik mengingat pada perdagangan kemarin IHSG sempat menyentuh level terendah dengan koreksi 0,90 persen.

Di sisi lain, investor asing juga terlihat lebih dominan menjual aset mereka yang tercermin dari aksi penjualan bersih (net foreign sell) senilai Rp128,09 miliar di pasar reguler.

Sentimen utama yang mewarnai perdagangan kemarin adalah kabar terkait pengumuman suku bunga acuan dalam negeri.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Senin (19/4/2021) hingga Selasa (20/4/2021) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen. Sementara suku bunga Deposit Facility 2,75 persen dan suku bunga Lending Facility 4,25 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo bersama Deputi Gubernur Senior dan Anggota Dewan Gubernur lain melihat keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI memandang masih terjadi ketidakpastian pasar keuangan global.

Namun, bank sentral merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada 2021 menjadi 4,1-5,1 persen. Perkiraan tersebut lebih rendah dari yang sebelumnya yaitu 4,3-5,3 persen.

Meski direvisi ke bawah namun perkiraan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan realisasi 2020 yang masih kontraksi. Pertumbuhan ditopang oleh perbaikan ekspor, berlanjutnya stimulus fiskal dan perbaikan investasi.

Sementara dari eksternal, obligasi tenor 10 tahun milik pemerintah Amerika Serikat (AS) yang sempat menghantui pasar saham kembali terkoreksi ke level 1,555 persen setelah sempat naik ke level 1,615 persen.

Dengan meredanya fluktuasi imbal hasil (yield) obligasi AS, sejatinya menjadi kabar baik untuk bursa saham. Ketakutan pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga juga sudah berkurang di mana disebutkan setidaknya bank sentral Negeri Adidaya itu akan terus mempertahankan suku bunga di level 0 persen paling tidak hingga akhir tahun ini.

Reksadana Saham Dominasi Return Harian

Kondisi pasar saham Indonesia yang mencatatkan pelemahan pada perdagangan kemarin, ternyata berbanding terbalik dengan kinerja reksadana saham yang justru masih mampu mencatatkan penguatan tipis pada perdagangan kemarin.

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham dan indeks reksadana saham syariah kompak mencatatkan apresiasi tipis pada perdagangan kemarin, masing-masing 0,01 persen dan 0,03 persen.

Sumber: Bareksa

Kemudian secara lebih rinci, produk reksadana saham yang tersedia di Bareksa juga terlihat berhasil mendominasi imbal hasil (return) harian tertinggi pada perdagangan kemarin.

Berikut top 10 reksadana return tertinggi pada perdagangan kemarin, di mana 6 di antaranya ditempati oleh produk reksadana saham, kemudian 3 produk reksadana campuran, dan 1 reksadana pendapatan tetap.

Sumber: Bareksa

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.

Karena itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang (>5 tahun).

Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.