Setahun Pasca-Market Crash Akibat Pandemi, Bagaimana Kinerja Reksadana?

Abdul Malik • 24 Mar 2021

an image
Ilustrasi investasi di reksadana di tengah sentimen pasar modal, termasuk pasar saham yakni IHSG dan pasar obligasi seperti SBN. (Shutterstock)

Level terendah IHSG pada 2020 ialah pada 24 Maret di level 3.938, anjlok dalam akibat sentimen pandemi Covid-19

Bareksa.com - Akibat pandemi Covid-19, pasar saham nasional sempat terjun dalam dan mengalami market crash pada tahun lalu. Level terendah IHSG pada 2020 ialah pada 24 Maret di level 3.938. 

Secara year to date (YtD) atau sepanjang tahun berjalan, IHSG anjlok hingga 37,5 persen secara year to date pada 24 Maret 2020. Market crash akibat pandemi Covid-19 telah mengakibatkan IHSG ambrol hingga di bawah level 4.000, setelah pada akhir 2019 ditutup di level 6.300.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) Rp631,41 miliar pada 24 Maret.

Ambrolnya IHSG turut menyeret kinerja reksadana. Tercatat dari 8 indeks reksadana di Bareksa, 6 di antaranya mencatatkan kinerja negatif dan hanya 2 indeks reksadana yang membukukan kinerja positif pada 24 Maret tahun lalu.

Enam indeks reksadana yang anjlok tersebut yakni indeks reksadana saham dengan penurunan terdalam mencapai 35,74 persen YtD, disusul indeks reksadana saham syariah minus 32,33 persen, indeks campuran negatif 20,75 persen, indeks reksadana campuran syariah longsor 19,34 persen, indeks reksadana pendapatan tetap dan indeks reksadana pendapatan tetap syariah masing-masing minus 3,22 persen.

Adapun dua indeks reksadana yang masih bertahan yakni indeks reksadana pasar syariah naik 0,68 persen YtD dan indeks reksadana pasar uang menguat 0,31 persen.

Sumber : Bareksa

Kinerja Setahun Pasca Market Crash

Kini setelah setahun berlalu, sejak level terendah IHSG pada 2020 bagaimana kinerja IHSG dan indeks reksadana?

Menurut data Bareksa, IHSG telah melompat 58,79 persen setahun per 23 Maret 2021 di level 6.253. Seiring lompatan IHSG, indeks reksadana juga semuanya membukukan kinerja cemerlang.

Lonjakan tertinggi dibukukan indeks reksadana saham dengan kenaikan nilai aktiva bersih (NAB) mencapai 41,98 persen, diikuti indeks reksadana saham syariah melesat 31,61 persen, indeks reksadana campuran syariah 24,83 persen, dan indeks reksadana campuran 24,66 persen.

Kemudian indeks reksadana pendapatan tetap dengan kenaikan NAB 8,17 persen, indeks reksadana pendapatan tetap syariah meningkat 6,78 persen, indeks reksadana pasar uang syariah bertambah 1,83 persen serta indeks reksadana pasar uang naik 0,06 persen.

Sumber : Bareksa

Dengan data tersebut menunjukkan jika investor berinvestasi di reksadana pada 24 Maret 2020, maka peluangnya bisa mendapatkan imbalan cukup tinggi saat ini. Meski begitu, memang tidak ada prediksi yang benar-benar mampu memperkirakan kapan level terendah atau level tertinggi akan terjadi.

Apapun instrumen investasi pilihan kamu, selalu sesuaikan dengan profil risiko kamu ya!

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.