CEO Mandiri Sekuritas, Dannif D : Kemana Investor Tempatkan Dana di 2021?

Abdul Malik • 26 Nov 2020

an image
​Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Dannif Danusaputro. (Dok. Mandiri Sekuritas)

BI diproyeksikan menahan kebijakan tingkat suku bunga hingga 2022

Bareksa.com - Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Dannif Danusaputro, menyatakan pemulihan ekonomi nasional tahun depan akan tergantung pada penanganan Covid-19. Dalam paparannya dia memproyeksikan ekonomi Indonesia kuartal IV 2020 secara year on year (YoY) dalam tiga skenario. Yakni skenario I bisa tumbuh 0,6 persen, skenario kedua naik minus 1 persen dan skenario III kontraksi 3,1 persen.

"Proyeksi ekonomi di 2021 pertumbuhan positif bisa dicatatkan di seluruh wilayah Indonesia namun pemulihan akan banyak tergantung pada penanganan Covid-19," ungkap Dannif dalam materi paparannya dikutip Rabu (25/11/2020).

Pada kuartal I tahun depan, Dannif memperkirakan ekonomi bisa ekspansi 2 persen untuk skenario optimistis, bertambah 0,9 persen untuk skenario moderat, serta untuk skenario pesimistis naik 0,5 persen.

Di kuartal II hingga IV 2020, dia memperkirakan pertumbuhan 5,6 persen, 4,9 persen dan 5,3 persen untuk skenario I. Sedangkan skenario 3 naik 3,9 persen di kuartal II dan III dan melaju 4,9 persen di kuartal IV.

Sumber : materi paparan Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Dannif Danusaputro

Sumber : materi paparan Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Dannif Danusaputro​

Suku Bunga Acuan BI

Dannif menyatakan arus modal masuk di portofolio diharapkan akan menyeimbangkan pelebaran current account deficit/CAD (defisit transaksi berjalan) dan menstabilkan nilai tukar. "BI diproyeksikan menahan kebijakan tingkat suku bunga hingga 2022," katanya.

Sumber : materi paparan Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Dannif Danusaputro

Nilai tukar rupiah diperkirakan di kisaran Rp14.400 hingga Rp14.700 per dolar Amerika Serikat (AS) tahun ini dan tahun depan. Pada 2022 rupiah diprediksi menguat jadi Rp14.000 hingga Rp14.300 per dolar AS.

Outlook Pasar Modal

Menurut Dannif, outlook pasar modal sepanjang 2020 makin positif seiring makin kuatnya fundamental. Terjadi tren revisi naik proyeksi nilai laba per saham (EPS) sepanjang 2020, seiring realisasi kinerja kuartal III. Hal ini ditunjang laporan kasus positif Covid-19 yang membaik baik dari sisi jumlah kematian maupun kasus infeksi. Peluncuran vaksin yang akan dilakukan yang dimulai pada kuartal IV 2020 dan makin meluas pada kuartal I 2021 juga turut menjadi sentimen positif.

Dannif menyatakan beberapa sentimen bagi pasar Indonesia di antaranya :

1. Program vaksinasi untuk mengatasi Covid-19 secara global
2. Pelemahan indeks dollar Amerika Serikat
3. Menguatnya harga komoditas. Sebab kemenangan Joe Biden dalam pemilihan umum presiden AS dia berjanji tidak akan memecah belah persatuan bangsa.

"Secara keseluruhan masih positif bagi pasar negara berkembang, meskipun aliran modal masuk mungkin akan mengecil. Stimulus pasca Pemilu akan diluncurkan meskipun lebih kecil," ungkap Dannif.

Dia menilai kondisi fiskal tetap menjadi risiko utama, sehingga memberatkan fokus pada 2021 antara untuk program subsidi atau pembangunan infrastruktur. Karena itu mengembalikan keyakinan investor akan menjadi kunci. Rasio price to earning (P/E) pasar relatif sama dengan sebelumnya dan kondisi negara-negara lain di regional akan serupa, sehingga mengurangi keyakinan akan pemulihan.

Dannif menjelaskan secara historis besarnya rasio utang negara terhadap produk domestik bruto (PDB) yang pernah terjadi pasca Perang Dunia II, meningkatkan peluang terjadinya tekanan finansial. "Yield (imbal hasil) rendah masih akan berlangsung lebih lama. Namun ketika proyeksi kinerja pendapatan perusahaan terlihat lebih jelas, maka equity risk premium akan ditetapkan," katanya.

Beberapa risiko utama yang harus diperhatikan

1. Memburuknya kasus Covid-19 yang diiringi dengan berita buruk soal vaksin
2. Terus meningkatnya jumlah pengangguran dan pemangkasan gaji pegawai seiring rendahnya kapasitas utilisasi perusahaan-perusahaan
3.  Krisis kredit yang berkepanjangan sehingga mendorong risiko gagal bayar, jika indeks keyakinan anjlok

Valuasi IHSG Relatif terhadap Risk Free Rate (RFR)

Sumber : materi paparan Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Dannif Danusaputro

Perlunya Diversifikasi

Dannif menambahkan dalam 3 tahun terakhir, obligasi selalu outperformed dibandingkan saham. Namun perlu dicatat, ada beberapa tahun di mana deposito memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan saham ataupun obligasi seperti pada 2008, 2013, 2015 dan 2018. "Moral of story tetap perlu diversifikasi portofolio investasi," ungkapnya.

Perbandingan Return Investasi di Deposito, Obligasi dan Saham

Sumber : materi paparan Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Dannif Danusaputro

Outook Pasar Obligasi

Dannif menyatakan outlook pasar obligasi pada 2021 memiliki potensi positif, namun kemungkinan imbal hasil (return) akan lebih rendah dari tahun 2020. Sedikitnya ada 3 katalis positif pasar obligasi tahun depan, yakni :

1. Suku bunga akan tetap rendah
2. Likuiditas global dan domestik masih akan tetap melimpah
3. Diversifikasi dan capital preservation motive

Sumber : materi paparan Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Dannif Danusaputro

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

​DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.