Siklon Debbie Hadang Australia, BUMI Pimpin Penguatan Sektor Tambang

Bareksa • 04 Apr 2017

an image
Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka (open-pit mining) batu bara terbesar PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatra Selatan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Indeks sektor pertambangan menguat 3,5% pada perdagangan sesi pertama hari ini

Bareksa.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melanjutkan trend positifnya, pada perdagangan hari ini 4 April 2017. Saham-saham sektor pertambangan memimpin penguatan di pasar modal Indonesia seiring dengan sentimen adanya bencana angin dari negara Australia.

Hingga pukul 10.15 WIB hari ini, IHSG telah bergerak menguat 0,6 persen di level 5.640. Sektor pertambangan nampaknya menjadi trigger perdagangan di sesi I setelah menguat 3,5 persen. Saham-saham yang berkaitan dengan batu bara mencatat peningkatan signifikan pada hari ini.

Menariknya, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) paling banyak ditransaksikan para pelaku pasar hari ini. Hingga pukul 10.30 WIB, sebanyak 16,35 juta lot saham BUMI telah berpindah tangan dengan total nilai transaksi sebesar Rp625 miliar. Angka tersebut setara dengan 22,3 persen total transaksi Bursa Efek Indonesia yang mencapai Rp2,8 triliun hanya dalam waktu 90 menit sejak perdagangan dibuka. Harga saham batu bara Grup Bakrie ini pun terpantau naik 19,76 persen, dan sempat menyentuh level tertinggi intraday di Rp406.

Pada saat yang sama, saudara-saudara satu grup BUMI juga mencatat lonjakan signifikan. Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) tercatat naik 14,47 persen, diikuti oleh saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) yang lompat 13,47 persen. Selain itu, saham tambang milik negara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga naik 5,87 persen dan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) lompat 6,64 persen.

Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel : Peningkatan Saham – Saham Batu Bara

Sumber : Bareksa.com, Hingga pukul 10.30 WIB

Sentimen yang mendorong penguatan saham-saham tambang ini adalah harga batu bara pada perdagangan kemarin yang mampu ditutup menguat 6,15 persen di level $89,5 per metrik ton. Mengutip situs mining.com, telah terjadi "Siklon Debbie" yang menganggu distribusi ekspor batu bara Australia mencapai US$3,2 miliar hingga 5 minggu ke depan.

Akibat dari badai tersebut, terjadi banjir yang menganggu jalur kereta api bagian utara Australia seperti Queensland. Daerah Queensland cukup krusial pasarnya karena memasok 50 persen dari suplai coking coal. Diperkirakan, 15 - 20 juta ton coking coal akan mengalami keterlambatan pengiriman yang menyebabkan harga pasar berpotensi naik.

Hal tersebut tentu menjadi katalis positif bagi para pelaku pasar, pasalnya adanya keterlambatan dalam proses distribusi membuat suplai batu bara berkurang dan memaksa harga batu bara naik seiring demand yang meningkat. (hm)