Harga Batu Bara Naik, Potensi Penguatan Tiga Saham Tambang Ini Terbuka

Bareksa • 06 Jul 2018

an image
Petugas memantau heavy dump truck yang menurunkan batubara di kawasan tambang batubara milik Adaro, Tabalong, Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Terdapat beberapa saham yang bagus secara fundamental namun memiliki return lebih rendah dibandingkan sektornya

Bareksa.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) Juli 2018 sebesar US$104,65 per ton. Harga tersebut, melampaui rekor dalam kurun dua tahun terakhir. Pada Maret 2018, harga batu bara sempat mencapai level US$101,89 per ton. Namun, kemudian bergerak turun hingga ke level US$89 per ton.

Kenaikan HBA tersebut mengacu Keputusan Menteri ESDM Nomor 1892K/30/MEM/2018. Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM, Bambang Gatot, mengatakan HBA pada Juli ini mengalami kenaikan dari harga di bulan lalu US$96,61 per ton. Kenaikan harga itu mencapai 8,3 persen.

"HBA Juli ini US$ 104,65 per ton," kata Bambang di Jakarta, Rabu (4/7).

Bambang menjelaskan, kenaikan harga itu dipengaruhi oleh kenaikan permintaan dari China. Namun, pihaknya tidak menjelaskan seberapa besar tingkat peningkatan tersebut. Negeri Tirai Bambu memerlukan tambahan pasokan batu bara seiring dengan pengetatan produksi dalam negeri.

Dengan kondisi itu, maka impor batu bara menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan dalam negerinya. "Ini harga fluktuatif. Biasa saja. Kemarin sempat di US$89 per ton. Sekarang di US$104," ujar Bambang.

Selain itu, China juga menghadapi musim panas, sehingga diperkirakan penggunaan pendingin ruangan (AC) akan meningkat. Dengan begitu, pembangkit listrik di Negeri Panda juga mengalami peningkatan daya atau kapasitas listriknya.

Sekedar informasi, pembangkit listrik di China masih menggunakan batu bara sebagai sumber energi terbesarnya.

Saham Batu Bara yang Masih Tertinggal

Momentum kenaikan harga batu bara yang terjadi saat ini, menjadi sentimen positif bagi saham-saham yang bergerak dalam industri pertambangan.

Alhasil pelaku pasar juga merespons positif kenaikan HBA bulan Juli ini yang tercermin dari kenaikan indeks sektor pertambangan pada perdagangan pada Kamis, 5 Juli 2018 yang ditutup menguat 1,68 persen, atau menjadi yang tertinggi dibandingkan 9 sektor saham lainnya.

Jika dilihat secara year to date, indeks sektor pertambangan telah memberikan imbal hasil (return) sebesar 20,55 persen hingga penutupan perdagangan kemarin.

Jika indeks saham pertambangan telah naik 20,55 persen sejak awal tahun, ternyata masih terdapat beberapa saham yang terbilang bagus secara fundamental namun memiliki return lebih rendah dibandingkan dengan sektornya, atau bahkan memiliki return negatif.

Kondisi tersebut menjadi peluang untuk saham-saham tersebut “mengejar ketertinggalannya”, beberapa saham tersebut antara lain :

1. PT Petrosea Tbk (PTRO)


Sumber : Bareksa

Saham PTRO hingga penutupan perdagangan Kamis, tercatat telah turun 5,42 persen sejak awal tahun. Secara teknikal, posisi saham PTRO saat ini masih berada di sekitar support-nya pada level Rp1.375 per saham menandakan risiko penurunan saham ini relatif terbatas.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) mulai keluar dari area jenuh jual dan bergerak naik mengindikasikan momentum kenaikan yang mulai terbuka.

2. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)


Sumber : Bareksa
 
Sama seperti PTRO, saham ADRO hingga penutupan perdagangan Kamis, juga tercatat telah turun 1,88 persen sejak awal tahun.

Secara teknikal, saham ADRO dalam dua hari terakhir telah bergerak positif setelah turun cukup dalam pada pekan lalu menandakan momentum rebound yang mulai terbuka.

Selain itu, indikator RSI juga mulai bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan saham ADRO yang kuat.

3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)


Sumber : Bareksa

Berbeda dengan saham PTRO dan ADRO yang memiliki return negatif, namun saham ITMG justru tercatat telah naik cukup tinggi yakni 12,32 persen sejak awal tahun.

Namun mengingat kenaikannya yang masih di bawah sektornya, menjadikan saham ini masih cukup menarik. Selain itu, posisi ITMG saat ini juga masih di sekitar support pada level Rp21.000 per saham dengan didukung candle positif dalam dua hari terakhir membuat potensi kenaikan saham ini masih terbuka.

Selain itu, indikator RSI juga mulai keluar dari area jenuh  jual dan bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan yang kuat.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.