Harga CPO di Malaysia Menguat Sepekan, Sinyal Positif untuk Saham LSIP dan AALI

Bareksa • 16 Mar 2018

an image
Seorang pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit di Dusun Bayas Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Selasa (22/12/2015). (ANTARA FOTO/Kasriadi)

Pada 15 Maret 2018, harga CPO di Bursa Malaysia tercatat naik 0,2 persen ke level MYR 2.445 per ton

Bareksa.com - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil) global di Bursa Malaysia selama minggu ini kembali menunjukkan sinyal kenaikan, setelah pada minggu lalu turun cukup dalam. Hal ini bisa menjadi sentimen positif penggerak saham-saham sektor perkebunan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Pada penutupan perdagangan kemarin 15 Maret 2018, harga CPO di Bursa Malaysia tercatat naik 0,2 persen ke level MYR 2.445 per ton. Kenaikan ini menjadikan harga komoditas perkebunan tersebut menguat 2,9 persen sepekan, setelah pekan lalu turun hingga menyentuh level MYR 2.376 per ton.

Kembali naiknya harga CPO pada minggu ini juga didukung oleh harga soybean oil (minyak kedelai) yang juga menunjukkan tanda kenaikan. Selain itu, ekpektasi akan meningkatnya permintaan menjelang bulan Ramadhan dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara juga menjadi katalis positif bagi pergerakan harga CPO.

Dari sisi produksi, total produksi CPO Malaysia dalam dua bulan 2018 ini juga naik 15,5 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 2,93 juta ton. Hal ini disebabkan karena perbaikan pasca fenomena El Nino yang berdampak buruk pada produksi pada tahun 2016 lalu.

Sementara itu, ekspor kelapa sawit Malaysia juga meningkat sebesar 18,5 persen dibandingkan tahun lalu (YoY) menjadi 1,31 juta ton sepanjang Januari-Februari 2018. Permintaan dari konsumen terbesar juga meningkat, seperti permintaan dari China meningkat 1,7 persen YoY, India meningkat 135,1 persen YoY, Pakistan meningkat 37,8 persen YoY dan Uni Eropa meningkat 60,5 persen YoY.

Kenaikan ekspor ini menjadi katalis positif pergerakan harga CPO karena dapat mengurangi persediaan. Dengan persediaan yang turun dapat membuat oversupply berkurang dan menjadi stimulus kenaikan harga.

Pemerintah Malaysia juga terus melakukan penghentian pajak ekspor minyak sawit, efektif pada Januari 2018 lalu. Penghentian ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi ekspor dan dapat mengurangi persediaan.

Kenaikan harga minyak kelapa sawit Malaysia ini akan menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham emiten-emiten kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia, termasuk PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

Baik saham AALI maupun LSIP saat ini memang masih dalam tren penurunan, setelah mendapat sentimen negatif dari India yang menaikkan pajak impor minyak sawit di negaranya. Berdasarkan data perdagangan di Bursa Efek Indonesia, saham AALI dan LSIP dalam sepekan terakhir sudah turun masing-masing 5,02 persen dan 6,09 persen.

Grafik Perbandingan Return Saham AALI dan LSIP Sepekan

Sumber: Bareksa.com

Akan tetapi, diperkirakan sentimen negatif tersebut tidak akan berdampak terlalu lama kepada kedua emiten tersebut, karena diketahui penjualan ekspor LSIP hanya 3 persen dari total penjualan, sedangkan semua penjualan AALI ke pasar dalam negeri. Diperkirakan harga saham kedua emiten ini akan kembali mencatatkan kenaikan. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.