
Bareksa.com – Empat bank besar nasional sudah menyampaikan laporan keuangan kuartal ketiga tahun ini. Sebagian memberikan hasil yang memuaskan meski ada yang tidak mencapai ekspektasi. Terlepas dari kinerja mereka, saham emiten perbankan ini sudah memberikan cuan yang bervariasi bagi investor di Bursa Efek Indonesia.
Secara kinerja keuangan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memimpin pertumbuhan laba di antara empat bank besar hingga sembilan bulan tahun ini. Pada periode ini, laba BNI naik 28,7 persen dari Rp5,99 triliun menjadi Rp7,76 triliun.
Tiga bank besar lain yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat laba naik 13,2 persen menjadi Rp15,1 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) naik 1,8 persen jadi Rp18,6 triliun, sementara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat laba turun 17,6 persen menjadi Rp12,01 triliun.
Terlepas dari kinerja keuangan tersebut saham-saham perbankan ini sudah tumbuh sepanjang awal tahun, meski tidak semuanya memberikan keuntungan sebesar indeks acuan. Indeks sektor keuangan sendiri memberikan keuntungan sejak awal tahun hingga 26 Oktober 2016 (year to date/ytd) sebesar 16,39 persen, lebih rendah dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencetak return 17,56 persen.
Dari empat bank itu, saham BMRI menjadi yang paling memberi return paling tinggi ketimbang BBCA, BBRI, dan BBNI.
Grafik: Return saham BMRI, BBCA, BBRI, BBNI Ytd hingga 26 Oktober 2016
Sumber: Bareksa.com
Coba tengok saham BMRI. Saham BMRI yang diperdagangkan pada Rp9.250 per saham terus bergerak dan sempat menyentuh level terendah Rp8.700 pada 20 Mei 2016. Setelah itu, BMRI terus beranjak naik dan mencapai level tertinggi Rp11.800 pada 9 Agustus 2016. Hingga 26 Oktober, return saham BMRI mencapai 19,73 persen pada harga Rp11.075.
Pergerakan saham BMRI terbilang menarik mengingat kinerja keuangan Bank Mandiri cukup tertekan di sepanjang tahun ini. Salah satu faktor pendorongnya adalah biaya pencadangan yang besar untuk mengantisipasi peningkatan kredit bermasalah (non performing loan/NPL).
Yang terbaru, beban provisi Bank Mandiri telah mencapai Rp15,91 triliun atau naik 87,4 persen dari posisi sama tahun lalu Rp8,491 triliun. Bahkan, biaya pencadangan ini akan naik lagi hingga Rp20 triliun sampai akhir tahun. (Baca juga: Laba Bank Mandiri Rp12,01 T per September, Ini Komentar Analis)
Berbeda dengan BMRI, saham BBCA yang berada pada level Rp13.225 pada awal tahun, baru bergerak kencang mulai 27 Juni 2016 saat menyentuh level terendah Rp12.800. Sejak saat itu, saham BBCA terus bergerak naik dan mencapai level tertinggi Rp16.050 pada 18 Oktober 2016. Hingga 26 Oktober 2016, saham BBCA telah memberi return 17,2 persen.
Sementara itu, saham BBNI yang telah memberi return 11,45 persen sampai 26 Oktober 2016, mencatat level tertinggi Rp5.875 pada 18 Agustus 2016. Saham BBNI yang berada Rp4.890 pada awal tahun ini pun sempat mencapai level terendah Rp4.310 pada 17 Mei 2016.
Di sisi lain, saham BBRI yang berada pada level Rp12.075 pada 26 Oktober 2016, baru memberi return 5,23 persen. Volatilitas saham BBRI terbilang cukup tinggi. Berada pada Rp11.475 sejak awal tahun, saham BBRI menyentuh level terendah Rp9.525 pada 18 Mei 2016. Bahkan, level tertinggi BBRI hanya Rp12.400 pada 6 Oktober 2016 atau tak jauh beda dengan posisi 5 Februari 2016 yang berada pada level Rp12.300.
Penggerak IHSG
Diantara empat saham bank besar itu, hanya BBCA dan BMRI saja yang masuk 10 saham penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 26 Oktober 2016. Kedua saham ini tergabung bersama delapan saham lainnya seperti TLKM, ASII, UNVR, TPIA, ADRO, ICBP, INDF, dan HMSP.
Secara year to date, saham BBCA memberi 50 poin terhadap ISHG yang sudah naik 806,67 poin. Hingga periode ini, saham BBCA mempunyai kapitalisasi pasar Rp378 triliun.
Sementara itu, saham BMRI yang berada di urutan ke-6 deretan saham penggerak IHSG, memberi 39,3 poin terhadap IHSG. Saham BMRI ini memiliki kapitalisasi pasar Rp256 triliun. (hm)