Dipicu Harga Minyak Naik, Inflasi 2018 Diprediksi 4 Persen
Faktor pemicu inflasi tersebut adalah kenaikan harga minyak dunia yang diperkirakan menyentuh US$61 per barel
Faktor pemicu inflasi tersebut adalah kenaikan harga minyak dunia yang diperkirakan menyentuh US$61 per barel
Bareksa.com - Standard Chartered Bank memperkirakan tingkat inflasi pada 2018 akan berada di angka 4 persen, meningkat tipis dibandingkan akhir 2017 yang mencapai 3,61 persen. Peningkatan harga komoditas global, khususnya minyak mentah, mendorong kenaikan tingkat inflasi Indonesia.
Chief Economist Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra mengungkapkan, kendati mengalami peningkatan dibandingkan 2017, angka tersebut masih dalam nilai yang terkendali.
"Pemerintah berusaha mengendalikan harga sehingga inflasi masih terkendali," ujar dia dalam acara Global Outlook 2018 di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta, Senin (22 Januari 2018).
Promo Terbaru di Bareksa
Adapun faktor pemicu inflasi tersebut adalah kenaikan harga minyak dunia yang diperkirakan menyentuh US$61 per barel. Menurut Aldian, kenaikan harga minyak dunia tersebut akan memicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ritel di tanah air yang saat ini masih 5-10 persen di bawah harga ekonomi.
Namun demikian, tidak semua jenis harga BBM akan naik."Pemerintah berusaha menjaga daya beli sehingga tidak semua jenis BBM akan naik. Yang non subsidi seperti Pertalite dan Pertamax akan naik, sedangkan premium dan solar akan tetap stay sehingga diperkirakan akan ada tambahan 0,4 persen," terang dia. (Lihat Harga BBM Pertalite dan Pertamax Naik, Sektor Tambang Bawa IHSG Tembus 6.523)
Sebelumnya, riset DBS memprediksi jika setiap 10 persen kenaikan harga minyak mentah dunia akan berdampak terhadap peningkatan inflasi sebesar 0,6 persen. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah di tengah upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing untuk mendorong masuknya investasi. (Baca Harga Minyak Tembus Level Tertinggi Sejak 2015, Saham ELSA Meroket)
Sebab, inflasi merupakan elemen penting yang mempengaruhi rating investasi sebuah negara. Namun, pemberian subsidi untuk mempertahankan harga BBM dan menekan inflasi juga harus melalui pertimbangan matang. Tidak hanya ketersediaan anggaran, tapi juga dampak bagi upaya pengembangan energi terbarukan (renewable energy).
Bareksa sebelumnya menganalisis, bagi Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi negara net importir, kenaikan harga minyak dunia akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional. Apalagi dalam APBN 2018, pemerintah memperkirakan harga minyak dunia berada di kisaran US$48 per barel.
Kendati demikian, peningkatan harga minyak mentah juga akan berdampak positif terhadap anggaran pemerintah Indonesia. Sebab, pendapatan pajak dan non pajak dari sektor migas yang diperkirakan Rp113 triliun atau masih 20 persen lebih tinggi dibanding subsidi energi 2018 yang mencapai Rp94,5 triliun. (Lihat Daya Beli Membaik, Bahana Proyeksi Prospek Saham Konsumer Positif Tahun Depan)
Selain harga energi, harga makanan juga akan memicu peningkatan inflasi. Pasalnya, cuaca tahun ini lebih baik dari tahun lalu sehingga mendukung pertumbuhan tanaman.
"Di sisi lain, pemerintah juga menjaga harga makanan sebagai prioritas karena begitu harga beras naik sedikit langsung impor," kata Aldian.
Sebagai pengingat, inflasi Indonesia tahun 2017 berada di angka 3,61 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 yang ditetapkan sebesar 4,3 persen. (K09)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.378,82 | 0,99% | 5,13% | 7,24% | 8,85% | 19,39% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,04 | 0,38% | 5,34% | 6,56% | 7,01% | 2,41% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,47 | 0,53% | 3,91% | 6,25% | 7,42% | 17,13% | 39,96% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.074,94 | 0,65% | 3,95% | 6,62% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.256,85 | 0,72% | 3,65% | 5,91% | 6,94% | 19,70% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.