BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Telah Melonjak 26 Kali Lipat, Apakah Saham INDY Mahal?

06 Desember 2017
Tags:
Telah Melonjak 26 Kali Lipat, Apakah Saham INDY Mahal?
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

PER INDY kini berada pada level 34,81 kali (TTM)

Bareksa.com - Harga saham PT Indika Energy Tbk (INDY) telah melonjak 26 kali lipat dalam waktu kurang dari dua tahun terakhir. Meskipun peningkatan harga saham membuat valuasi emiten jasa pertambangan ini semakin tinggi, hal tersebut seiring dengan kinerja keuangan yang membaik.

Harga saham INDY ditutup di Rp2.770 pada perdagangan kemarin 4 Desember 2017. Angka ini melonjak dibandingkan Rp110 pada awal 2016.

Berdasarkan pantauan Bareksa terhadap data harga saham, kenaikan yang signifikan baru terjadi beberapa bulan terakhir. Hal ini disinyalir akibat sentimen penambahan porsi kepemilikan saham Indika Energy di PT Kideco Jaya Agung. Melalui anak usahanya, PT Indika Inti Corpindo, Indika menandatangani perjanjian pembelian saham secara terpisah dengan Samtan Co Ltd dan PT Muji Inti Utama.

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik: Pergerakan Harga Saham INDY 1 Maret 2016- 4 September 2017

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Total saham Kideco yang dibeli Indika dari kedua pihak itu sebesar 45 persen. Rinciannya, 40 persen dibeli dari Samtan dengan nilai US$610 juta. Sekitar 5 persen saham Kideco diakuisisi dari Muji senilai US$67,5 juta. Sehingga total transaksi ini mencapai US$677,5 juta (sekitar Rp9 triliun). (Baca juga : Indika Kembali Caplok 45 Persen Saham Kideco Rp 8,8 Triliun, Ini Alasan INDY)

Setelah transaksi tersebut, Indika menjadi pemegang saham mayoritas Kideco dengan kepemilikan 91 persen saham, sedangkan Samtan tetap dengan kepemilikannya sebesar 9 persen.

Sekedar informasi, Kideco merupakan produsen batu bara terbesar ketiga di Indonesia yang terletak di Kalimantan Timur yang memiliki cadangan batu bara mencapai 422 juta ton serta kapasitas produksi terpasang sebesar 55 juta ton per tahun.

Terlepas dari aksi korporasi itu, apakah naiknya harga saham INDY telah membuatnya menjadi mahal?

Untuk mengukur valuasi saham INDY, Bareksa menggunakan rasio harga saham terhadap laba per saham (Price to Earning Ratio/PER). Seperti kita ketahui, semakin tinggi nilai PER, maka semakin mahal harga saham relatif terhadap labanya.

Melonjaknya harga saham INDY membuat PER saham ini ikut meningkat. PER INDY kini berada pada level 34,81 kali (trailing twelve months/TTM). Sementara PER saham lainnya seperti PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yang memiliki PER sebesar 11,62 kali, PT Harum Energy Tbk (HRUM) sebesar 10,93 kali, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 8,43 kali, PT Batu Bara Bukit Asam Tbk (PTBA) sebesar 6,61 kali dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 3,67 kali.

Grafik: PER Emiten Saham Batu Bara

Illustration

Sumber: Bloomberg.com

Sebagai catatan, nilai PER di dalam tabel tersebut di kutip dari bloomberg, berdasarkan historis (TTM), artinya dalam perhitungan tersebut belum memasukan potensi laba dari akuisisi Kideko.

Dari sisi keuangan, bottom line Indika melesat sepanjang tahun 2017. Pada periode sembilan bulan tahun ini, Indika mencatat laba Rp1,06 triliun dari sebelumnya rugi Rp212 miliar. Kenaikan laba ditopang penjualan yang juga naik 24 persen dari Rp7,4 triliun menjadi Rp9,02 triliun.

Grafik: Laba/Rugi Perusahaan dan Pendapatan INDY Kuartal III 2013- 2017

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Salah satu poin penting Indika dalam mencatat laba adalah bagian laba bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang mencapai Rp4 triliun. Angka ini naik 18,3 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 3,38 triliun.

Kinerja keuangan Indika yang positif juga didukung dengan niat perseroan untuk melunasi sebagian utangnya. Belakangan, Indika menerbitkan obligasi bertenor 5 tahun (5NC3) senilai US$265 juta dengan kupon 6,875 persen dan imbal balik penawaran kembali (reoffer yield) sebesar 6,95 persen.

Melalui penerbitan obligasi ini, Indika melakukan pembiayaan kembali obligasi yang jatuh tempo tahun 2018 dan memperpanjang rata-rata umur jatuh tempo utangnya. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,52%
Up2,95%
Up0,02%
Up6,35%
Up30,73%
Up60,39%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua