BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Ini Analisis Laporan Arus Kas ADHI Jika PT KAI Batal Jadi Investor LRT

27 November 2017
Tags:
Ini Analisis Laporan Arus Kas ADHI Jika PT KAI Batal Jadi Investor LRT
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) di samping tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (23/11). Direktur Keuangan KAI Didiek Hartantyo mengatakan, pembengkakan nilai investasi pembangunan proyek LRT yang tadinya sebesar Rp26,7 triliun menjadi Rp31 triliun, masih belum final. (ANTARAFOTO/Yulius S)

Dalam 2 tahun terakhir, arus kas ADHI melonjak 263 persen menjadi Rp3,5 triliun setelah terbitkan obligasi

Bareksa.com - Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara No. S-665/MBU/11/2017, 20 Nov 2017 tentang Pembangunan Prasarana light rail transit (LRT) Jabodebek, yang ditujukan ke Menteri Keuangan dan Menteri Perhubungan masih ramai dibicarakan oleh investor. Efeknya bisa mempengaruhi performa dari perusahaan negara PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) yang terlibat dalam proyek ini.

Salah satu alasan usulan BUMN yang tertuang dalam surat tersebut dilatarbelakangi hasil rapat di kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman pada 10 November 2017 atas naiknya nilai investasi proyek LRT dari sebelumnya Rp26,7 triliun menjadi Rp31,8 triliun. (Baca : Ambrol 7,8 Persen Hanya dalam 90 Menit, Ini Analisa Teknikal Saham ADHI)

Kenaikan anggaran tersebut berpotensi mengganggu neraca keuangan PT KAI yang ditunjuk pemerintah sebagai investor, operator dan pemegang konsesi. Pemerintah meminta PT KAI dan Adhi Karya mencari solusi terbaik agar proyek LRT dapat berjalan sesuai rencana dengan tetap menjaga neraca PT KAI dalam kondisi sehat termasuk yang utama selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.

Promo Terbaru di Bareksa

Adapun rapat selanjutnya akan diadakan di Kantor Menko Maritim pada Selasa 28 November 2017.

Sehingga besar kemungkinan jika PT KAI diputuskan tidak menjadi investor, maka ADHI selaku emiten yang terlibat dalam proyek LRT ini harus mencari dana tambahan lagi. (Lihat : KAI Diusulkan Tidak Mendanai LRT, Saham ADHI Anjlok 7,8 Persen dalam 90 Menit)

Grafik : Pembayaran Bunga Obligasi ADHI per Tahun (Rp Miliar)
Illustration
Sumber : Laporan Keuangan, diolah Bareksa

Menilik Cash Flow ADHI

Hingga September 2017, posisi kas ADHI terus meningkat signifikan terutama dalam dua tahun terakhir. Hal itu tidak terlepas dari perseroan yang mencari pinjaman tidak hanya dari bank melainkan juga dari penerbitan obligasi yang dimulai sejak 2016. (Baca : PT KAI Kaji Sekuritisasi Aset dan Rilis Global Bond Tahun Depan)

Pada dua tahun awal pinjaman ADHI cenderung rendah dikarenakan sumber pinjaman perusahaan hanya berasal dari bank. Namun, dalam dua tahun terakhir, pinjaman ADHI melonjak drastis dari Rp962 miliar menjadi Rp3,5 triliun. Hal itu disebabkan perusahaan sudah mulai menerbitkan obligasi dalam jumlah besar.

Grafik : Historikal Dana Kas ADHI (Rp Miliar)
Illustration
Sumber : Laporan Keuangan, diolah Bareksa

Menurut penelusuran Bareksa, mengacu pada laporan keuangan ADHI di kuartal III 2017, perseroan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Adhi Tahap I Tahun 2017 senilai Rp2,99 triliun untuk proyek LRT ini pada 17 April 2017.

Adapun jangka waktu obligasi tersebut mencapai 5 tahun dengan tingkat pembayaran bunga tetap 9,25 persen. Praktis pembayaran bunga yang harus disiapkan manajemen setiap tahunnya khusus untuk obligasi ini mencapai Rp276,5 miliar hingga 2022. (Baca : Nilai Investasi LRT Jabodebek Bisa Lebih Rendah dari Rp31 Triliun)

Hasil analisis Bareksa, jika PT KAI benar-benar hanya menjadi operator, besar kemungkinan sisa dana yang harus dicari ADHI di tengah kenaikan biaya estimasi proyek LRT dari Rp26,7 triliun menjadi Rp31,8 triliun semakin besar.

Kondisi itu tentunya akan membebani keuangan dikarenakan harus membayar bunga jika memilih alternatif pendanaan melalui penerbitan obligasi. Hal itu nantinya akan berdampak negatif terhadap postur neraca Adhi Karya. (AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Capital Fixed Income Fund

1.773,76

Up0,54%
Up3,36%
Up0,03%
Up6,73%
Up17,30%
Up44,83%

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.325,17

Up0,88%
Up4,09%
Up0,03%
Up5,78%
Up18,69%
-

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.752,53

Down- 0,32%
Up2,73%
Up0,01%
Up3,85%
Up18,24%
Up46,77%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.046,42

Up0,71%
Up2,82%
Up0,02%
Up3,06%
Down- 1,49%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.037,25

Up0,52%
Up3,63%
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua