BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Saham INDY Meroket 250 Persen, Ini Tiga Faktor Pendorongnya

15 November 2017
Tags:
Saham INDY Meroket 250 Persen, Ini Tiga Faktor Pendorongnya
Seorang karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/8). (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Prospek kinerja bottom line INDY diprediksi makin kinclong seiring akuisisi terhadap Kideco

Bareksa.com - Dalam empat bulan terakhir harga saham PT Indika Energy Tbk (INDY), perusahaan eksplorasi, produksi, pengolahan serta rekayasa teknik tambang batu bara dan pembangkit listrik, meroket 250 persen ke level Rp2.760 per saham dari sebelumnya Rp790 per saham.

Berdasarkan analisis Bareksa, ada beberapa faktor yang mendorong harga saham perusahaan yang didirikan alm. Sudwikatmono tersebut melonjak signifikan. (Baca : Saham INDY Naik 4,07 Persen, PTRO dan MBSS Mengekor)

Grafik: Harga Saham INDY Selama 1 tahun
Illustration
Sumber: Bareksa.com

Promo Terbaru di Bareksa

Pertama, kenaikan signifikan harga saham INDY disinyalir akibat penambahan porsi kepemilikan saham oleh INDY di PT Kideco Jaya Agung. Melalui anak usahanya, PT Indika Inti Corpindo, INDY menandatangani perjanjian pembelian saham secara terpisah dengan Samtan Co Ltd dan PT Muji Inti Utama.

Total saham Kideco yang dibeli INDY dari kedua pihak itu sebesar 45 persen. Rinciannya, 40 persen dibeli dari Samtan dengan nilai US$610 juta.

Sekitar 5 persen saham Kideco diakuisisi dari Muji senilai US$ 67,5 juta. Sehingga total transaksi ini mencapai US$677,5 juta (sekitar Rp9 triliun). (Baca juga : Indika Kembali Caplok 45 Persen Saham Kideco Rp 8,8 Triliun, Ini Alasan INDY)

Setelah transaksi tersebut, INDY akan menjadi pemegang saham mayoritas Kideco dengan kepemilikan 91 persen saham, sedangkan Samtan tetap dengan kepemilikannya sebesar 9 persen.

Sekedar informasi, Kideco merupakan produsen batu bara terbesar ketiga di Indonesia yang terletak di Kalimantan Timur yang memiliki cadangan batu bara mencapai 422 juta ton serta kapasitas produksi terpasang sebesar 55 juta ton per tahun.

Nantinya, sumber utama pendanaan untuk pembelian saham ini akan berasal dari pihak ketiga. INDY juga membuka peluang menerbitkan surat utang. Arsjad Rasjid, Direktur Utama INDY, mengatakan transaksi ini ditargetkan tuntas pada kuartal IV 2017. (Lihat : Analisis Teknikal Saham INDY : Masih dalam Major Uptrend)

Kedua, pada 13 November 2017 lalu, Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengumumkan perubahan komposisi (rebalancing) indeks terutama untuk kategori berkapitalisasi pasar kecil, atau MSCI Global Small Cap Indexes, yang akan berlaku efektif setelah penutupan pasar 30 November 2017. Rebalancing MSCI dilakukan secara berkala dua kali dalam setahun pada bulan Mei dan November.

MSCI Index seringkali menjadi patokan bagi investor dan manajer investasi bagi portofolio mereka sehingga perubahan ini kerap memengaruhi pasar saham Indonesia.

Untuk periode ini, MSCI Indonesia Small Cap Index -- yang terdiri dari saham-saham berkapitalisasi lebih kecil -- menyambut anggota baru (additions) salah satunya adalah saham INDY.

Ketiga, dari sisi kinerja hingga paruh pertama 2017, INDY berhasil membukukan kinerja cukup memuaskan. Indika Energy mampu mencetak laba bersih Rp682 miliar, setelah di periode yang sama tahun lalu rugi Rp296 miliar.

Laba tersebut dikarenakan INDY mampu meningkatkan produksinya di tengah kenaikan harga batu bara serta melakukan efisiensi. (Baca : Saham INDY Naik 10 Persen, Asing Catat Lakukan Pembelian Rp27 Miliar)

Grafik: Pendapatan dan Laba INDY

Illustration
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

Prospek Kinclong INDY

Menurut analisis Bareksa, kontrol INDY terhadap Kideco diperkirakan akan memberikan prospek yang semakin kinclong bagi kinerja bottom line INDY serta diharapkan mampu mengangkat kinerja anak usahanya seperti PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS).

Nilai transaksi saham INDY dalam empat bulan terkahir mencapai Rp7,05 triliun atau setara 46,9 juta lot saham yang ditransaksikan di pasar reguler.

Broker yang terpantau menjadi pembeli sekaligus penjual terbesar adalah Mirae Aseet Sekuritas (YP) yang tercatat membeli 5,7 juta lot saham pada harga rata-rata Rp1.557,4 per sham senilai Rp882,4 miliar.

Namun YP juga tercatat melepas 6,2 juta lot saham pada harga rata-rata Rp1.544,7 per saham senilai Rp965,1 miliar.

Kemudian Mandiri Sekuritas (CC) juga terpantau melakukan pembelian sekaligus penjualan terbesar dengan transaksi beli mencapai 3,2 juta lot atau senilai Rp452,9 miliar dan menjual sebanyak 3,4 juta lot saham senilai Rp499,3 miliar. (Baca : Indika Energy Kuasai Mayoritas Saham Kideco, Ini Prospek Kinerja dan Saham INDY)

Transaksi di Pasar Negosiasi

Tidak hanya di pasar reguler, di pasar negosisasi saham INDY juga ramai ditransaksikan mencapai Rp1,11 triliun.

Tercatat transaksi paling besar dilakukan pada 13 November 2017 dengan broker UBS Sekuritas (AK) yang melakukan aksi tutup sendiri saham (crossing) pada harga yang jauh di bawah harga pasar.

AK melakukan crossing saham sebanyak 33,1 juta lot saham di harga rata-rata Rp300 per saham atau senilai Rp992,1 miliar.

Transaksi tersebut dilakukan pemegang saham pengendali INDY untuk merestrukturisasi internal melalui pengalihan kepemilikan saham.

Pada Senin, 13 November 2017, PT Indika Mitra Energi, yang menguasai 3,31 miliar saham atau 63,47 persen saham INDY, telah mengalihkan seluruh kepemilikannya.

Secara rinci, Indika Mitra Energi mengalihkan 1,97 miliar atau 37,79 persen saham kepada PT Indika Kawan Sejati. Adapun 1,34 miliar atau 25,68 persen saham lagi dialihkan ke PT Teladan Resources. (Lihat : INDY Meroket 127 Persen Sejak Agustus, Ini Analisa Kinerja dan Saham PT Indika)

Setelah transaksi tersebut, Indika Kawan Sejati dan Teladan Resources menjadi pemegang saham langsung INDY. Sebelumnya, kedua perusahaan itu berstatus sebagai pemegang saham tidak langsung INDY. (AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,44

Up0,08%
Up3,33%
Up0,02%
Up5,55%
Up18,27%
-

Capital Fixed Income Fund

1.769,29

Up0,54%
Up3,38%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,32%
Up43,94%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,07

Down- 0,93%
Up3,17%
Up0,01%
Up3,84%
Up18,21%
Up46,65%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.036,37

Down- 0,18%
Up1,84%
Up0,01%
Up2,73%
Down- 2,13%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,65

Up0,48%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua