BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

NPL Turun, Ini Alasan Laba Perbankan Diperkirakan Membaik pada akhir 2017

20 September 2017
Tags:
NPL Turun, Ini Alasan Laba Perbankan Diperkirakan Membaik pada akhir 2017
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Kartika Wirjoatmodjo (tengah), didampingi Direktur Retail Banking Bank Mandiri Tardi (kiri), Direktur Wholesale Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar (kanan) memaparkan kinerja Bank Mandiri Triwulan II/2017, di Jakarta, Rabu, 19 Juli 2017. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Pertumbuhan kredit diprediksi sulit mencapai dua digit

Bareksa.com - Laba bank diprediksi bisa membaik pada tahun ini. Hal ini seiring dengan menurunannya beban pencadangan bank akibat peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Kartika Wirjoatmodjo, menjelaskan,, tahun lalu, NPL bank tercatat meningkat sehingga bank harus membentuk pencadangan lebih besar. Namun tahun ini, NPL bank, termasuk Bank Mandiri sudah mulai menurun sehingga biaya pencadangan juga bisa diturunkan.

“Karena kemampuan pencadangan tahun ini sudah memadai sehingga sebagian pencadangan bisa dibukukan menjadi laba,” terang dia di sela-sela acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2017 di Jakarta Convention Center, Selasa, 19 September 2017.

Promo Terbaru di Bareksa

Kendati dari segi pertumbuhan kredit, menurut Kartika yang akrab disapa Tiko ini permintaannya belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Dia menilai, pertumbuhan kredit pada kuartal III 2017 tidak akan jauh berbeda dibandingkan kuartal II 2017.

Adapun segmen kredit yang mencatat pertumbuhan cukup baik adalah segmen konsumer, seperti kredit pemilikan rumah (KPR), kredit pemilikan mobil (KPM) dan juga kredit infrastruktur seperti industri pertambangan dan kelapa sawit. Sementara untuk kredit usaha kecil menengah (UKM) cenderung masih melambat.

“Di Bank Mandiri kami menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 10-12 persen, untuk pertumbuhan kredit kuartal IV bisa meningkat, namun untuk kuartal III tidak berbeda jauh dengan kuartal II,” terang dia.

Sulit Mencapai Dua Digit

Sementara itu, Presiden Direktur PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja, menjelaskan hal terpenting untuk pertumbuhan laba tahun ini adalah kestabilan supaya tidak lebih rendah dari tahun lalu. Sebab apabila melihat komponen pembentuk laba, tidak hanya dari biaya pencadangan yang perlu diperhatikan. Bank juga harus memperhatikan dari sisi komponen lain, yakni biaya overheated yang meningkat akibat kenaikan gaji karyawan.

“Kami harapkan perolehan laba bisa stabil, walaupun ke depan agak berat buat bank untuk membuat laba naik besar,” ucap dia.

Sedangkan dari sisi kredit, dia mengungkapkan, perbankan masih mengalami tantangan berat untuk menggenjot pertumbuhan kredit. Jahja menilai, pada kuartal III 2017, pertumbuhan kredit tidak bisa mengarah ke arah dua digit. “Sampai akhir tahun kami melihat sekitar 9-10 persen,”tutur dia.

Direktur Utama PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), Maryono, melanjutkan BTN pada kuartal III 2017 masih bisa mencatat pertumbuhan kredit sekitar 21 persen. Pertumbuhan ini menurut dia bisa berkelanjutan hingga akhir tahun di kisaran 20-21 persen.

“Pertumbuhan kami memang bisa di atas industri karena kami berkonsentrasi di KPR subsidi yang pertumbuhannya bisa 34 persen, sedangkan KPR non subsidi hanya sekitar 9-11 persen,” ucap dia.

NPL Bank 2,69 Persen per Juni 2017

Berdasarkan Laporan Perekonomian dan Perbankan yang dirilis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), hingga Juni 2017, NPL bank mencapai 2,96 persen, menurun 11 basis poin (bps) dibandingkan bulan sebelumnya (Month to Month/MoM). Sementara pertumbuhan nominal NPL pada Juni 2017 meningkat 19,93 (yoy) dalam tren pertumbuhan yang relatif menurun.

Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan LPS, Doddy Ariefianto, mengungkapkan, tren penurunan pertumbuhan nominal NPL mayoritas disebabkan oleh penurunan signifikan dari pertumbuhan kolektibilitas “diragukan” selama setahun terakhir. Begitu pula yang terjadi pada kredit kolektibilitas “macet” sebesar 3,8 persen (yoy) dan tercatat sebesar Rp 83,9 triliun dalam tren menurun dari akhir Tahun 2016.

“Kami melihat bahwa rasio kredit bermasalah masih akan berkisar di angka 2,8 -3 persen hingga akhir Tahun 2017 mengingat penyaluran kredit baru yang lebih terbatas di tahun 2017 dibanding tahun-tahun sebelumnya,” kata dia.

Pendapatan Bunga Bank

Di sisi lain, Chief Economist SKHA Institute of Global Competitiveness (SIGC), Eric Sugandi, mengungkapkan, melihat data OJK pada Juni 2017, interest income sebagai komponen pendapatan bank industri perbankan masih cenderung meningkat. Hal ini juga mempengaruhi pertumbuhan laba bank pada periode tersebut.

“Laba tahun ini masih bisa naik karena secara nominal dari interest income karena bank-bank mulai agresif kucurkan kredit dibandingkan tahun lalu, dengan suku bunga kredit yang relatif masih tinggi,” kata dia.

Begitu juga dengan biaya pencadangan (impairment on financial assets), dia mengungkapkan juga sudah menunjukkan penurunan pada Juni 2017. Kendati sempat meningkat pada Mei 2017.(K09)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,44

Up0,08%
Up3,33%
Up0,02%
Up5,55%
Up18,27%
-

Capital Fixed Income Fund

1.769,29

Up0,54%
Up3,38%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,32%
Up43,94%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,07

Down- 0,93%
Up3,17%
Up0,01%
Up3,84%
Up18,21%
Up46,65%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.036,37

Down- 0,18%
Up1,84%
Up0,01%
Up2,73%
Down- 2,13%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,65

Up0,48%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua