Bukukan Laba Rp 10,5 Triliun di Semester I 2017, Ini Kinerja Saham BBCA
Dana pihak ketiga tumbuh 16,7 persen jadi Rp 572,2 triliun

Dana pihak ketiga tumbuh 16,7 persen jadi Rp 572,2 triliun
Bareksa.com – Harga saham PT Bank Central Asia (BBCA) Tbk pada pembukaan perdagangan pagi ini, Jumat, 28 Juli 2017, terpantau flat setelah kemarin perseroan mengumumkan kinerja keuangan untuk semester I 2017. Hingga pukul 09.47 WIB, harga saham BBCA terpantau di level Rp 18.800 atau setara dengan penutupan perdagangan Kamis sore kemarin. Meski begitu sepanjang pekan ini harga saham BCA naik 1,2 persen atau 225 poin sejak Senin di level Rp 18.575 per saham.
BCA mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 10,5 triliun. Nilai tersebut meningkat 10 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 9,6 triliun. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, peningkatan laba bersih tersebut berasal dari pendapatan bunga bersih yang meningkat 3,1 persen ke angka Rp 20,37 triliun. Rendahnya pertumbuhan pendapatan bunga tersebut diakibatkan peningkatan deposito sehingga menyebabkan biaya dana meningkat.
"Penyebab lainnya karena adanya persaingan kredit sehingga kami harus menawarkan suku bunga kredit yang lebih rendah kepada nasabah yang bagus," kata dia di Jakarta, Kamis, 27 Juli 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
Laba BCA juga ditopang oleh pendapatan non bunga yang mencapai Rp 7 triliun atau bertumbuh 10,7 year on year (yoy). Dari total pendapatan non bunga, keuntungan dari penjualan aset keuangan bertumbuh paling tinggi yakni sebesar 140,6 persen ke angka Rp 308 miliar. Sementara pendapatan non bunga lainnya yakni pendapatan dari biaya dan komisi bertumbuh 8,9 persen (yoy) ke angka Rp 4,93 triliun.
Biaya Provisi Menurun
Hal lain yang mempengaruhi perolehan laba adalah menurunnya biaya provisi sebesar 53,3 persen. Tercatat pada semester I-2017, biaya provisi BCA menurun ke angka Rp 936 miliar dari Rp 2 triliun pada semester I-2016. "Dari sisi fee based income (pendapatan berbasis biaya) tumbuhnya normal, tapi biaya pencadangan atau provisi kami pada semester I-2017 tidak sebesar tahun lalu karena tahun lalu rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) cukup tinggi sehingga pencadangan diperbesar,"ujar dia.
Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit, BCA mencatat pertumbuhan sebesar 12 persen ke angka Rp 433,6 triliun pada semester I-2017. Jahja menyebutkan, pertumbuhan kredit terbesar berasal dari sektor korporasi yang mencapai Rp 160,74 triliun atau bertumbuh 18,7 persen (yoy). Sektor lainnya yang bertumbuh cukup signifikan adalah sektor konsumer yang mencapai 18,4 persen ke angka Rp 124,54 triliun. Sementara sektor komersial dan UKM hanya bertumbuh 1,2 persen ke angka Rp 148,31 triliun.
"Kami memang tidak terlalu berkompetisi di sektor komersial dan UKM karena kami tidak mau mengambil risiko dengan merendahkan jumlah jaminan supaya bisa menarik debitur," kata dia.
Penyaluran kredit tersebut seiring dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang terjaga di angka 1,5 persen. Nilai tersebut sedikit meningkat dibandingkan Juni 2016 yang mencapai 1,4 persen. Kendati terjadi peningkatan NPL, namun perseroan sudah mengantisipasinya dengan melakukan coverage ratiosebesar 196,3 persen.
Direktur BCA Rudy Susanto menambahkan, peningkatan NPL BCA bersumber dari kredit komersial yang mencatat NPL 2,2% atau meningkat dibandingkan sebelum 2016 yang berada di 1 persen. Sedangkan NPL di konsumer dan korporasi tercatat stabil di angka 1 persen.
"Sampai akhir tahun kami perkirakan NPL masih naik di kisaran 1,5-2 persen, terlihat dari masih banyaknya nasabah yang masuk collect dua dan perlu direstrukturisasi,"papar dia.
Kinerja Saham BBCA Sepekan Terakhir

sumber : bareksa.com
Deposito Naik
Pertumbuhan lain yang juga meningkat adalah dana pihak ketiga (DPK) yang melesat ke angka Rp 572,2 triliun atau bertumbuh 16,7 persen (yoy). Dari nilai tersebut, dana giro meningkat 23,5 persen menjadi Rp 148,6 triliun, tabungan bertumbuh 6,7 persen (yoy) ke angka Rp 278,3 triliun dan dana deposito bertumbuh paling tinggi sebesar 33 persen ke angka Rp 145,3 triliun.
"Deposito kami memang meningkat karena kami sempat menaikkan suku bunga deposito sebesar 1 persen sejak akhir tahun lalu, akibatnya deposito kami sempat naik sampai Rp 15 triliun,"kata Jahja.
Peningkatan deposito, lanjut Jahja berpengaruh pada CASA perusahaan yang menurun ke angka 74,6 persen. Sebelumnya CASA perseroan menyentuh angka 77 persen. Adanya peningkatan DPK tersebut berpengaruh pula terhadap perolehan aset perusahaan. Tercatat, aset pada semester I-2017 sebesar Rp 738,2 triliun atau bertumbuh 17,9 persen (yoy).(K09)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.202,31 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,14 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,54 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.044,31 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.