BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Dampak Regulasi OJK, 6 Reksa Dana Pendapatan Tetap Tumbuh 6 Kali Lipat Acuan

28 April 2017
Tags:
Dampak Regulasi OJK, 6 Reksa Dana Pendapatan Tetap Tumbuh 6 Kali Lipat Acuan
Close-up Of Businessman Calculating Bills In Front Of Stacked Coins, Copyright: <a href='https://www.123rf.com/profile_andreypopov'>andreypopov / 123RF Stock Photo</a>

POJK mewajibkan asuransi dan dapen memiliki SBN minimal 20-30% dari seluruh investasi

Bareksa.com – Harga obligasi pemerintah Indonesia sejak awal tahun ini meningkat cukup tajam, seiring dengan membaiknya perekonomian di Indonesia. Hal ini pun mendorong kinerja reksa dana yang memiliki obligasi sebagai aset dasar (underlying asset) dalam portfolionya, terutama reksa dana berjenis pendapatan tetap.

Sejumlah indikator perekonomian di Indonesia, mulai dari meningkatnya cadangan devisa, kurs rupiah, hingga rilisnya kinerja keuangan emiten di kuartal pertama 2017, dapat memuaskan para investor dan mendongkrak harga obligasi. Selain itu, penguatan obligasi tersebut juga didukung oleh foreign capital inflow pada pasar obligasi yang tercatat sebesar Rp56 triliun di sepanjang kuartal I 2017.

Pada saat yang sama, pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong institusi keuangan non bank seperti asuransi dan dana pensiun untuk menanamkan modal mereka ke instrumen surat berharga negara. Tertuang pada POJK Nomor 1/POJK.05/2016, asuransi jiwa wajib menempatkan dana pada surat berharga negara (SBN) sebesar 30 persen dari seluruh jumlah investasi perusahaan. Perusahaan asuransi umum dan reasuransi paling rendah 20 persen dari seluruh jumlah investasi. Sementara bagi dana pensiun (dapen) pemberi kerja, paling rendah 30 persen dari seluruh investasi. Hal ini tentu saja mendorong permintaan terhadap obligasi pemerintah yang akhirnya menaikkan harga sekaligus menekan yield obligasi pemerintah.

Promo Terbaru di Bareksa

Sepanjang 3 Januari-28 April 2017, laju yield obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun telah turun sebesar 91 basis poin (bps) menjadi 7 persen. Penurunan yield dari obligasi yang sering dijadikan acuan (benchmark) oleh para pelaku pasar ini menunjukkan adanya peningkatan harga. Hal ini dikarenakan harga obligasi dan yield berkorelasi negatif.

Seperti terlihat dalam grafik, sejak awal tahun ini, yield sudah turun 91 bps. Dengan asumsi kupon tetap, maka harga obligasi bisa dikatakan menguat 0,91 persen.

Grafik : Pergerakan Obligasi Pemerintah Tenor 10 Tahun (Benchmark)

Illustration

Sumber : Bareksa.com

Seiring dengan peningkatan harga obligasi acuan tersebut, kinerja reksa dana pendapatan tetap yang memiliki instrumen ini dalam portofolionya juga ikut terdorong. Dalam Marketplace Bareksa, dari 17 reksa dana pendapatan tetap yang tersedia, terdapat enam produk reksadana yang telah menghasilkan keuntungan di kisaran 6 persen dalam 4 bulan pertama di tahun ini (year to date/YTD).

Dengan kata lain, keenam reksa dana tersebut berhasil mengalahkan peningkatan yang terjadi pada harga obligasi pemerintah sebagai benchmark hingga enam kali lipat. Keenam produk tersebut adalah TRAM Strategic Plus, Maybank Dana Pasti 2, Kehati Lestari, Ganesha Abadi, BNP Paribas Prima II, dan Avrist Prime Bond Fund. Kinerja dari tiap-tiap produk tersebut terlihat dalam grafik berikut ini.

Grafik : Pertumbuhan Enam Produk Reksa Dana Pendapatan Tetap di Marketplace Bareksa (YTD)

Illustration

Sumber : Bareksa.com

Menariknya, mengacu pada fund fact sheet per akhir Maret 2017, mayoritas dari produk-produk tersebut mengalokasikan dananya ke dalam obligasi pemerintah. Para fund manager produk-produk tersebut tentu memanfaatkan adanya momentum kenaikan permintaan karena adanya aturan OJK yang berdampak pada kenaikan harga obligasi tersebut.

Grafik : Proporsi Obligasi Pemerintah dalam Kelolaan Reksa Dana per Maret 2017

Illustration

Sumber : Bareksa.com

Mengacu pada grafik di atas, terlihat bahwa porsi obligasi pemerintah menjadi mayoritas dalam portofolio keenam reksa dana pendapatan tetap itu sehingga dapat menopang kinerja mereka. Misalnya, TRAM Strategic Plus yang hingga Maret 2017 mengelola dana Rp200 miliar, mengalokasikan sekitar Rp193,58 miliar pada obligasi pemerintah berkode FR0059, FR0070, FR0072, dan FR0073.

Begitu juga dengan Avrist Prime Bond Fund yang mengelola dana Rp172,58 miliar. Produk ini menginvestasikan sekitar Rp146 miliar pada instrumen FR0053, FR0056, FR0059, FR0068, dan FR0071. Bahkan, produk Kehati Lestari dengan dana kelolaan (asset under management/AUM) Rp151 miliar menempatkan keseluruhan atau 100 persen portofolionya dalam obligasi pemerintah.

Data-data di atas menunjukkan bahwa optimisme masih melanda para pelaku pasar terkhusus di instrumen obligasi. Apabila performa ini mampu dipertahankan hingga delapan bulan ke depan, tidak menutup kemungkinan jika keenam produk tersebut mampu tumbuh double digit di tahun ini. Apalagi, saat ini pengumuman kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poor’s telah dinanti-nanti. Apabila lembaga rating internasional itu benar-benar merealisasikan harapan para investor dan menetapkan surat utang Indonesia layak investasi, hal ini akan menjadi satu tambahan katalis positif bagi perekonomian nasional. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.313,93

Up0,21%
Up3,89%
Up0,02%
Up5,88%
Up18,64%
-

Capital Fixed Income Fund

1.765,78

Up0,56%
Up3,45%
Up0,02%
Up7,28%
Up17,13%
Up42,93%

STAR Stable Income Fund

1.916,73

Up0,53%
Up2,93%
Up0,02%
Up6,30%
Up30,61%
Up60,34%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.754,19

Down- 0,39%
Up3,83%
Up0,01%
Up4,45%
Up18,86%
Up47,37%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.036,49

Down- 0,15%
Up1,85%
Up0,01%
Up2,75%
Down- 2,19%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua