BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Ini Histori Reli PGAS Akibat Isu Merger dengan Pertamina

21 Juli 2016
Tags:
Ini Histori Reli PGAS Akibat Isu Merger dengan Pertamina
Petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) melakukan pengecekan stasiun gas yang terpasang di sebuah perusahaan di Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/R. Rekotomo

Macquarie memberikan rekomendasi "underperform" untuk saham PGAS dengan target Rp2.300

Bareksa.com - Harga saham distributor gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN pada perdagangan hari ini Kamis, 21 Juli 2016 ditutup turun, meski sempat mengalami penguatan di awal sesi pertama. Investor asing pun kembali mencatat jual bersih (net sell) saham PGAS pada perdagangan hari ini. Penurunan ini terjadi setelah awal pekan ini PGAS mencatat rally yang signifikan seiring dengan sentimen terkait semakin jelasnya proses penggabungan perseroan dengan PT Pertamina (Persero).

Harga saham PGAS ditutup di Rp2.890, turun 1,4 persen dibandingkan level penutupan kemarin. Padahal hingga jeda siang ini, harga saham PGAS naik 0,68 persen menjadi Rp2.950. PGAS sempat menyentuh level tertingginya pada intraday di Rp2.990. Investor asing tercatat menjual bersih saham PGAS senilai Rp33 miliar pada hari ini.

Isu masih terus bergulir seputar rencana penggabungan usaha PGN dengan Pertamina, atau anak usahanya PT Pertagas. Pada Rabu 20 Juli 2016, Pertamina dan PGN melakukan pertemuan untuk membahas kelayakan pembentukan holding BUMN, seperti yang digaungkan oleh pemerintah. Menurut dokumen dari Pertamina, due dilligence (uji kelayakan) terkait pembentukan holding Pertamina dan PGN akan dilaksanakan selama sebulan hingga 19 Agustus 2016.

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik: Pergerakan Harga Saham PGAS Intraday

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Pada awal pekan ini, PGAS juga sudah melakukan rally yang cukup kencang, didorong spekulasi semakin jelasnya dukungan pemerintah dalam pembentukan holding badan usaha milik negara (BUMN) terkait energi. Kencangnya pergerakan saham PGAS dalam waktu yang singkat akibat isu merger itu sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi.

Pada perdagangan Senin 18 Juli 2016, saham PGAS melonjak 16,54 persen menjadi Rp3.100 dibandingkan penutupan sesi sebelumnya di Rp2.660 dari Rp2.510. Peningkatan harga saham tersebut seiring dengan tingginya volume dan tercatat sebanyak 235,27 juta saham PGAS berpindah tangan pada hari itu.

Lonjakan harga yang terjadi di awal pekan ini membawa saham PGAS naik 23,5 persen hanya dalam dua hari perdagangan berturut turut. Pada Jumat 15 Juli 2016, saham PGAS naik 5,98 persen menjadi Rp2.660. Bahkan, pasca libur Lebaran, saham PGAS sudah menguat 22 persen. Pada saat itu, tidak ada berita terkait saham PGAS yang dikeluarkan oleh perseroan ataupun dari pemerintah.

Rally selama dua hari ini pernah terjadi sebelumnya yaitu pada tanggal 18-19 November 2015. Dalam dua hari perdagangan itu, harga saham PGAS melonjak 17,8 persen menjadi Rp3,075 dibandingkan penutupan pada dua hari sebelumnya yaitu Rp2.610.

Grafik: Pergerakan Harga PGAS November 2015-Juli 2016

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Seiring dengan kenaikan harga saham ini, bergulir kembali isu merger PGAS dan Pertagas, anak usaha dari perusahaan minyak dan gas milik negara Pertamina. Ini bukan kali pertama isu tersebut muncul. Pemerintah memang ingin kedua BUMN tersebut bersinergi dan tidak menganggap satu sama lain sebagai pesaing. (Baca juga: Inilah Pendorong Naiknya Harga Saham PGAS Hingga 18%)

Menanggapi isu ini, riset Macquarie yang sudah disampaikan kepada nasabah menilai bahwa kabar tentang merger PGN dan Pertamina masih belum jelas. Oleh sebab itu, belum dapat disimpulkan bagaimana efeknya terhadap PGAS.

"Tidak dapat disimpulkan bahwa regulasi di depan akan berdampak positif kepada PGAS, menurut pandangan kami. Malah, ada kemungkinan -- meski tidak kuat -- bahwa dampak sebaliknya akan terjadi," tulis Analis Macquarie Lyall Taylor dalam riset 18 Juli 2016.

Sementara itu, Macquarie juga memberikan rekomendasi kepada PGAS dengan kondisi dasar "underperform" atau kinerja yang di bawah ekspektasi dengan target harga saham Rp2.300. Pada saat yang sama, laba PGAS tahun ini diperkirakan mencapai US$416,5 juta, turun dibandingkan US$421,4 juta pada 2015. Prediksi laba tersebut dihitung dengan kondisi status quo, yakni tanpa ada regulasi penurunan harga gas oleh pemerintah atau merger dengan Pertamina.

Macquarie juga menilai bahwa regulasi yang tidak sesuai dengan status quo saat ini akan berdampak negatif bagi PGAS. Oleh karena itu, penegasan soal regulasi di masa depan di luar status quo itu tidak akan cukup untuk mendorong fundamental perusahaan sehingga membawa sahamnya mengalami rally besar di awal pekan ini.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,83

Up0,43%
Up3,55%
Up0,02%
Up5,95%
Up19,11%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,51

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,47

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,99%
Up60,26%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.758,34

Down- 0,10%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,30%
Up47,85%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,12

Up0,08%
Up2,01%
Up0,02%
Up2,91%
Down- 1,48%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua