BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Harga Saham Sritex Sudah Ambrol 30% ke Level April 2015, Kenapa?

22 Januari 2016
Tags:
Harga Saham Sritex Sudah Ambrol 30% ke Level April 2015, Kenapa?
Buruh memproduksi tekstil di Pabrik Sritex, Sukoarjo (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

SRIL punya utang $53,8 juta jatuh tempo pada Febuari 2016

Bareksa.com - Sejak awal 2016 hingga penutupan kemarin (Kamis, 21 Januari 2016), harga saham perusahaan tekstil asal solo PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) telah anjlok 30,7 persen menjadi Rp280, atau kembali ke kisaran harga pada awal Mei 2015. Penurunan ini seolah bertolak belakang dengan penguatan harga sepanjang 2015 sebesar 139 persen.

Bahkan, perusahaan yang lebih dikenal dengan nama Sritex ini sempat menduduki urutan ke-2 saham paling menguntungkan pada 2015. Selain itu pada pertengahan 2015, saham SRIL juga berhasil masuk dalam jajaran saham LQ45 didukung tingginya minat investor atas perusahaan ini. Lantas, mengapa harga saham SRIL ambrol pada awal 2016? (Baca juga: Ini Daftar Saham Paling Menguntungkan pada 2015)

Beberapa hal yang terjadi pada akhir 2015 sepertinya sudah memberi sinyal akan ada potensi tekanan pada saham SRIL. Salah satunya penurunan prospek rating utang oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P).

Promo Terbaru di Bareksa

Pada 26 November 2015, S&P merilis laporan bahwa prospek rating SRIL berubah menjadi 'negatif' dari sebelumnya 'stabil'. Menurut S&P, penurunan prospek rating tersebut mengindikasikan dalam 12 bulan ke depan, rating utang Sritex yang saat ini 'BB-' berpotensi turun apabila tingkat likuiditas perusahaan terkuras.

Menurut pandangan S&P, rencana belanja modal Sritex dalam 12 bulan ke depan akan meningkatkan arus kas keluar. "Kami memperkirakan bahwa perusahaan akan mengeluarkan dana sekitar US$85 juta hingga 30 September 2016, termasuk $40 - 50 juta yang keluar pada kuartal IV-2015," tulis S&P dalam rilis 26 November 2015 lalu.

Hal tersebut sejalan dengan rencana ekspansi yang diungkap dalam materi presentasi perseroan. Belanja modal sepanjang 2016 dipatok sebesar $86 juta (Rp1,18 triliun). Dana tersebut di antaranya akan digunakan untuk peningkatan kapasitas produksi benang, kain jadi, kain mentah dan jumlah pakaian.

Di luar rencana ekspansi, SRIL masih memiliki utang yang segera jatuh tempo pada Febuari 2016. Berdasarkan laporan keuangan per September 2015, SRIL memiliki utang yang akan jatuh tempo pada 9 Febuari 2016 senilai $53,8 juta atau setara Rp743 miliar (asumsi kurs Rp13.800 per dolar AS). Utang tersebut diperoleh dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang terpecah dalam beberapa bagian.

Grafik: Utang SRIL yang Jatuh Tempo Pada 9 Febuari

Illustration
sumber: laporan keuangan, diolah Bareksa

Sementara total uang tunai yang dimiliki perusahaan tekstil asal Solo ini ternyata tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut. Berdasarkan laporan keuangan September 2015, dana tunai yang dimiliki tercatat hanya $27,9 juta atau setara Rp385,79 miliar, jauh lebih kecil dibanding rencana capex Rp1,18 triliun dan utang jatuh tempo Rp743 miliar.

Namun, SRIL masih memiliki fasilitas kredit dari bank BRI, yang hingga September 2015 belum digunakan atau masih tersedia. Di antaranya, Bank Garansi dengan pagu kredit sebesar Rp25 miliar, Standby Letter of Credit (LOI) dengan pagu kredit sebesar $2,4 juta (Rp33,12 miliar), Fasilitas Trade Line (TL) dengan pagu kredit $12 juta (Rp165,6 miliar), serta Credit Line dengan pagu $12 juta (Rp165,6 miliar). Semua fasilitas dengan total nilai Rp389 miliar tersebut masih bisa digunakan sampai dengan 9 Febuari 2016. Walhasil dengan ketersediaan fasilitas tersebut, SRIL seharusnya masih mampu untuk melunasi utang yang akan segera jatuh tempo dalam dua minggu ke depan.

Grafik: Kebutuhan dana & Rencana Pendanaan SRIL 2016

Illustration

sumber: laporan keuangan, presentasi perusahaan diolah Bareksa

Sementara untuk mendanai belanja modal, Manajemen Sritex menuturkan telah mendapat restu dari para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) tahun lalu untuk menerbitkan surat utang global. Pemegang saham merestui penerbitan obligasi senilai $420 juta atau setara Rp5,79 triliun. Sebagian dana tersebut akan digunakan untuk refinancng utang senilai $320 juta (Rp4,41 triliun) yang akan jatuh tempo pada 2019.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,21

Down- 0,04%
Up3,59%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,25%
-

Capital Fixed Income Fund

1.767,05

Up0,56%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,17%
Up43,56%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,79%
Up3,43%
Up0,01%
Up3,97%
Up18,39%
Up46,82%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,45%
Up1,56%
Up0,01%
Up2,14%
Down- 2,42%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua