BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Rupiah Kembali Sentuh Rp13.650/$, Mengapa Rupiah Melemah Lagi?

21 Oktober 2015
Tags:
Rupiah Kembali Sentuh Rp13.650/$, Mengapa Rupiah Melemah Lagi?
Petugas menerawang mata uang rupiah pecahan Rp100.000 di tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (16/10). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Kurs Rupiah tergelincir setelah menguat signifikan pekan lalu.

Bareksa.com - Sejak awal Oktober, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat signifikan. Pada 15 Oktober 2015, rupiah sempat menyentuh Rp13.288 per dolar Amerika, level terendahnya dalam tiga bulan terakhir. Kombinasi data tenaga kerja Amerika Serikat yang di bawah ekspektasi, masuknya dana investor asing disertai dengan paket kebijakan ekonomi pemerintah membawa Rupiah menguat di bawah Rp13.500 per dolar.

Namun, penguatan rupiah tidak bertahan lama. Rupiah kembali melemah hampir mencapai 3 persen dalam waktu lima hari ke level Rp13.683 per dolar. Apa penyebabnya?

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration

Sumber : Bareksa.com

Bila ditinjau dari makroekonomi, defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II 2015 sebesar minus 2,1 persen terhadap PDB sudah lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Jauh lebih baik dibandingkan dengan kuartal II 2014 dimana defisit transaksi berjalan cukup besar mencapai minus 4.3 persen terhadap PDB.

Namun memang jika dibandingkan per kuartal, defisit transaksi berjalan kuartal II melebar bila dibandingkan dengan kuartal I seiring dengan peningkatan belanja modal pemerintah. Masih defisitnya transaksi berjalan Indonesia tentunya membuat volatilitas nilai tukar Rupiah menjadi lebih tinggi.

Illustration

Sumber : BI, Bareksa diolah

Sehingga ketika China yang Senin lalu, 19 Oktober 2015 merilis data pertumbuhan domestik bruto (PDB), yang menunjukan pada kuartal III 2015 ekonomi tumbuh 6,9 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya dan angka ini berada di atas konsensus, tapi masih berada di bawah target pemerintah China sebesar 7 persen.

Hal ini menjadi sinyal negatif yang berimbas pada pelemahan mata uang negara-negara Asia. Rupiah, Indonesia termasuk yang paling berdampak karena dinilai memiliki risiko yang lebih tinggi akibat defisit transaksi berjalan.

Illustration

Sumber : Yahoo Finance, Bareksa diolah

Ditambah lagi mendekati jadwal pertemuan The Fed pada 29 Oktober 2015, isu nilai tukar menjadi sensitif. Probabilitas The Fed menaikan suku bunga memang lebih kecil dari sebelumnya. Namun mengutip Bloomberg, John C. William sebagai Pimpinan The Fed San Fransisco menyatakan bahwa Fed Rate tidak dapat terus menahan suku bunganya pada 0 persen. Tingkat pengangguran akan membaik meskipun saat ini inflasi AS masih berada di bawah target pemerintah sebesar 2 persen.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.316,44

Up0,14%
Up3,25%
Up0,02%
Up5,57%
Up18,23%
-

Capital Fixed Income Fund

1.770,24

Up0,56%
Up3,37%
Up0,02%
Up6,87%
Up17,20%
Up44,34%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.749,14

Down- 0,90%
Up3,16%
Up0,01%
Up3,87%
Up18,25%
Up46,69%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.037,94

Down- 0,06%
Up1,99%
Up0,02%
Up2,93%
Down- 2,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.035,17

Up0,49%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua