Berita / SBN / Artikel

Banjir Surat Utang, Pilih Obligasi Pemerintah atau Korporasi?

Bareksa • 08 May 2019

an image
Ilustrasi investor karyawan sedang menggunakan laptop dan handphone smartphone gadget untuk transaksi investasi online reksadana saham surat utang negara

Surat utang pemerintah berikan yield lebih rendah tapi aman, sementara korporasi beri yield tinggi tapi berisiko

Bareksa.com – Masyarakat Indonesia yang telah mengenal investasi di pasar modal akan mendapat banyak tawaran menarik di tahun ini. Terutama dari instrumen surat utang, baik itu yang dirilis pemerintah maupun korporasi.

Sejak awal tahun hingga saat ini, pemerintah telah menerbitkan lima jenis surat utang dengan tawaran keuntungan yang menarik. Pada awal tahun misalnya, ada SBR005 dengan kupon 8,15 persen per tahun. Ada juga Sukuk Tabungan ST003 yang juga memberikan imbal hasil 8,15 persen.

Tidak berhenti sampai di situ, ada juga SR-011 yang menawarkan kupon 8,05 persen. Selain itu dua instrumen terbaru yakni SBR006 dan ST004 yang menawarkan kupon/imbal hasil berkisar 7,95 persen.

Tawaran instrumen investasi dari pemerintah, jelas saja membuka persaingan baru bagi korporat yang hendak mencari permodalan dengan menerbitkan surat utang. Alhasil, korporat pun harus menyesuaikan tingkat keuntungan yang lebih baik agar target dana bisa dicapai.

Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencatat 30 emisi obligasi dan sukuk dari 21 emiten dengan nilai Rp30,84 triliun per 29 April 2019. Obligasi yang terbaru adalah hasil rilisan PT Oto Multiartha bertajuk obligasi III.

Oto Multiartha merilis obligasi dengan nilai Rp1 triliun yang terdiri dari tiga seri. Tak tanggung-tanggung perseroan memberikan tingkat bunga obligasinya yakni Obligasi seri A dengan pokok Rp200 miliar jangka waktu 370 hari saja menawarkan bunga 7,75 persen.

Lalu obligasi Oto Multiartha seri B dengan pokok Rp320 miliar memberi bunga 8,75 persen untuk jangka waktu 36 bulan. Serta obligasi Oto Multiartha seri C dengan pokok Rp480 miliar memberi bunga 9,25 persen dengan jangka waktu 60 bulan.

Melihat instrumen surat utang yang ada, penawaran keuntungannya memang cukup menggiurkan. Tapi, mana sebenarnya yang lebih baik?

Direktur Utama BNI Sekuritas Adiyasa Suhadibroto menuturkan tingkat persaingan di instrumen surat utang cukup berat. Kini, tak hanya korporat saja yang melihat capital market adalah alternatif pembiyaaan.

“Tapi itu bagus. Market kita cukup aktif untuk mendorong kemajuan Indonesia,” ujar Adiyasa, pekan lalu.

Dengan banyaknya tawaran instrumen surat utang, kata Adiyasa, para investor cukup memilih berdasarkan risiko dan yield. Adiyasa bilang, surat utang pemerintah hanya masalah yield saja yang terbilang kecil. Tapi kalau yang dirilis pemerintah pasti aman.

“Kalau mau yang berisiko, ya korporasi. Tapi kita lihat sizenya juga. Tingkat yield sendiri tergantung dari market rate, kalau masalah bunga dari makro, kalau bunga naik maka ekpektasi juga tinggi,” imbuh Adiyasa.

Sebagai informasi tambahan, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 401 emisi dengan nilai nominal outstanding Rp424,92 triliun dan US$47,5 juta, diterbitkan oleh 117 emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 100 seri dengan nilai nominal Rp2.504,01 triliun dan US$400 juta. EBA sebanyak 10 emisi senilai Rp9,32 triliun.

Ke depan, Adiyasa memperkirakan, penerbitan obligasi korporasi akan terus berlangsung. Sejalan dengan itu, pemerintah juga kabarnya terus mempersiapkan tawaran instrumen surat utang ritel lainnya mulai dari SBR007, ST005, SBR008, ORi016, higga ST006.

(AM)