Perlukah Investasi saat Resesi? Investor Bisa Pilih Emas hingga Reksadana

Hanum Kusuma Dewi • 07 Jul 2022

an image
Ilustrasi perempuan investor yang memborong emas batangan (logam mulia) dan membelinya di harga rendah atau murah, sehingga berpotensi meraih cuan di masa mendatang. (Shutterstock)

Investasi di aset berkualitas dapat menghindari tergerusnya daya beli oleh inflasi dan mengatasi tantangan kenaikan harga

Bareksa.com - Apakah perlu tetap berinvestasi saat ada kekhawatiran resesi ekonomi bakal terjadi? Jawabannya: investor tetap perlu berinvestasi apapun kondisinya karena menurut pakar, masih ada hal positif untuk investasi jangka menengah hingga panjang.

Setidaknya ada tiga hal yang membuat kekhawatiran para investor, yakni ketidakpastian yang masih ada karena dampak Covid-19, dampak perang Rusia-Ukraina khususnya pada pasar saham hingga obligasi karena adanya lonjakan inflasi sampai kenaikan suku bunga, dan ditambah lagi dengan risiko terjadinya resesi ekonomi.

Analis Pasar IG Yeap Jun Rong seperti dilansir Bisnis dari Channel News Asia, mengatakan risiko resesi yang lebih tinggi terjadi di Amerika Serikat (AS) karena pembuat kebijakan bergulat untuk mengendalikan inflasi.

"Sentimen pasar diperkirakan akan tetap rentan, dengan katalis untuk penjualan lebih lanjut berpotensi datang dari indikator ekonomi yang melambat selama beberapa bulan mendatang," kata Rong, Rabu (6/7/2022).

Menurutnya dalam masa ketidakpastian seperti ini, sejumlah investor lebih memilih menarik uang mereka untuk memastikan memiliki dana yang cukup sebagai penyangga terhadap pengeluaran mendadak atau kehilangan pendapatan.

Namun, Rong menyarankan bagi para investor agar tetap berinvestasi dalam kelas aset yang berkualitas guna menghindari tergerusnya daya beli oleh inflasi dan mengatasi tantangan kenaikan harga.

Sementara itu Direktur Senior UOB Asset Management, Anthony Joseph Raza mengatakan pasar akan tetap di bawah tekanan dalam beberapa bulan mendatang di tengah risiko inflasi. Meski demikian menurutnya, masih ada hal positif untuk investasi jangka menengah hingga panjang.

IHSG Turun, Syailendra Pendapatan Tetap Premium dan Sucorinvest Bond Fund Tetap Cuan

Instrumen Investasi Pilihan

Melansir Bisnis, berikut ini sejumlah instrumen dan sektor investasi jangka menengah hingga panjang yang disarankan oleh sejumlah ahli untuk patut dipertimbangkan:

Emas

"Emas adalah penyimpan nilai yang sangat baik dan lindung nilai inflasi," sebut kepala investasi DBS Bank, Hou Wey Fook. Menurutnya emas masih menarik minat investor selama masa baik dan buruk mengingat daya tarik gandanya sebagai aset safe haven dan barang mewah.

Logam mulia juga telah menunjukkan korelasi terbalik dengan harga riil. Perlu diingat, harga emas berpotensi naik ketika inflasi tinggi dan suku bunga negatif yang mengancam mengikis nilai kepemilikan uang tunai.

Pasar Saham

Analis berpendapat masih ada kesempatan di pasar saham meskipun telah digempur oleh aksi jual dalam beberapa waktu terakhir. Saham sektor energi, real estat, dan barang pokok disebut-sebut sektor yang akan bertahan dalam lingkungan inflasi, berdasarkan analisis mengenai bagaimana kinerja berbagai sektor di AS selama periode inflasi tinggi sejak 1973.

Sementara itu, Financial Service Manager Phillip Capital Elijah Lee, berpendapat bahwa mungkin sudah waktunya untuk lebih memperhatikan saham yang membayar dividen tinggi. Meskipun saham pertumbuhan memiliki potensi return yang lebih tinggi karena pertumbuhan yang lebih kuat, aspek waktu mungkin menjadi perhatian.

"Pasar saham Singapura adalah pasar yang menarik untuk pendapatan," kata Lee, menunjuk pada permainan perbankan dan REITS. Disebutkan bahwa konon, tidak semua saham dividen itu sama.

Makanya, investor masih harus memperhatikan sektor dan fundamental perusahaan individu mengingat bagaimana beberapa perusahaan telah menangguhkan pembayaran dividen selama pandemi Covid-19.

Baca juga Syailendra Pendapatan Tetap Premium Kalahkan Benchmark dan Reksadana Sejenis, Apa Rahasianya?

Aset Pendapatan Tetap

Di sisi lain meskipun gerak aset pendapatan tetap seperti reksadana pendapatan tetap dan obligasi berbanding terbalik dengan suku bunga, kelas aset ini dapat menjadi lindung nilai jangka panjang.

Raza dari UOB Asset Management merekomendasikan untuk mengurangi porsi investasi aset pendapatan tetap dan mempersingkat durasi salah satu portofolio. "Semakin cepat inflasi mencapai puncaknya dan kemudian mulai turun, reksadana pendapatan tetap akan kembali berkinerja baik," ucap Raza.

Kesimpulannya, para ahli merekomendasikan investor untuk tetap melakukan diversifikasi aset investasi pada jangka panjang. Menurut Ernest Lim dari CGS-CIMB, manajemen risiko yang baik biasanya hanya mengalokasikan 30 persen portofolio untuk satu sektor tertentu.

Investor disarankan melakukan investasi pada waktu yang berbeda dan dengan harga yang bervariasi, dibandingkan melakukan satu investasi sekaligus.

Promo Payday Beli Reksadana di Bareksa, Raih Voucher hingga Rp1 Juta

(Martina Priyanti/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin OJK.