Sempat Turun, Begini Prediksi Dana Kelolaan Reksadana di Paruh Kedua 2022

Abdul Malik • 27 May 2022

an image
Ilustrasi investasi di reksadana. Industri reksadana terus bertumbuh seiring dana kelolaan meningkat dan jumlah unit penyertaan yang melesat. (Shutterstock)

Tren pertumbuhan dana kelolaan reksadana diprediksi akan mulai membaik pada paruh kedua tahun 2022

Bareksa.com - Dana kelolaan industri reksadana diperkirakan akan bangkit kembali. Meski, industri yang mengelola dana nasabah dalam instrumen berbasis pasar uang, pendapatan tetap dan saham ini mencatat penurunan dana kelolaan pada April 2022.

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan (asset under management/AUM) reksadana pada April mencapai Rp566,44 triliun. Angka tersebut turun tipis 0,31 persen dari bulan sebelumnya Rp568,19 triliun.

Penurunan dana kelolaan tersebut beriringan dengan turunnya jumlah unit penyertaan (UP) pada industri reksadana. Tercatat, pada April 2022, jumlah UP hanya 410,59 miliar unit, lebih rendah 1,39 persen dari bulan sebelumnya 416,37 miliar unit.

Jika dilihat dari masing-masing jenis reksadana, sepanjang April 2022 pergerakan dana kelolaan cukup beragam. Reksadana berbasis sukuk tercatat menjadi pemimpin dengan pertumbuhan dana kelolaan 11,18 persen dari Rp3,31 triliun pada Maret menjadi Rp3,68 triliun pada April.

Reksadana indeks juga mengalami kenaikan AUM menjadi Rp9,48 triliun dari bulan sebelumnya Rp9,04 triliun atau tumbuh 4,87 persen. Berikutnya, reksadana saham mengekor dengan kenaikan dana kelolaan Rp4,82 triliun atau tumbuh 3,87 persen menjadi Rp129,35 triliun.

Di sisi lain, sejumlah reksadanamencatat penurunan pada April 2022. Reksadana itu adalah reksadana Exchange Traded Fund (ETF) yang mengalami penyusutan terbesar, yakni turun hingga 5,87 persen menjadi Rp14,74 triliun, dari sebelumnya Rp15,66 triliun.

Reksadana campuran juga mengalami penurunan AUM 3,28 persen jadi Rp26,25 triliun dari bulan sebelumnya Rp27,14 triliun. Terakhir, dana kelolaan reksadana pasar uang mengalami penurunan menjadi Rp109,22 triliun, atau terkoreksi 1,31 persen dari bulan sebelumnya.

Sejak akhir tahun 2021, AUM industri reksadana menurun 2,33 persen atau Rp13,52 triliun dari posisi akhir Desember 2021 yang Rp579,96 triliun. Untuk UP-nya juga turun 2,75 persen dari posisi akhir 2021 yang mencapai 422,19 miliar unit.

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Surya Putra mengatakan secara historis, investor cenderung mengurangi sebagian dari portofolionya memasuki musim libur, terutama pada Lebaran dan pertengahan tahun. Dalam lima tahun terakhir, periode libur Lebaran ini umumnya terjadi pada rentang bulan Mei – Juli.

"Secara siklus, investor memang cenderung menjual portofolionya pada masa libur Lebaran. Hal ini sesuai dengan terminologi yang cukup populer, yaitu Sell in May and Go Away,” jelasnya.

Meski begitu, Guntur mengatakan faktor musiman tidak dapat menjadi satu-satunya sentimen utama yang menyebabkan penurunan jumlah dana kelolaan reksadana. Turunnya AUM juga dapat disebabkan dari berbagai faktor eksternal dan internal. Selain itu, kondisi pasar pada setiap tahun pun juga cenderung berbeda sehingga memunculkan sentimen-sentimen yang bervariasi setiap tahunnya.

Di sisi lain, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, melihat kinerja AUM reksadana pada April 2022 terlihat reksadana saham bisa meningkat di saat reksadana lain cenderung turun. Peningkatan ini terjadi karena kinerja saham yang meningkat pada April 2022 tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai level tertingginya pada April 2022.

Wawan menilai, terlepas dari sudah hilangnya insentif pajak, ternyata minat terhadap reksadana proteksi masih tetap ada. Pasalnya, AUM reksadana terproteksi mengalami kenaikan dari Rp102,54 triliun menjadi Rp105,2 triliun pada April.

Di satu sisi, terkait turunnya dana kelolaan reksadana pasar uang 1,31 persen menjadi Rp109,22 triliun dinilai Wawan karena antisipasi libur Lebaran kemarin yang membuat investor terutama ritel membutuhkan uang tunai. Alhasil, banyak terjadi pencairan pada reksadana ini.

"Sedangkan turunnya dana kelolaan reksadana pendapatan tetap akibat imbas kenaikan suku bunga yang akhirnya membuat harga obligasi terkoreksi," kata dia.

Bangkit Paruh Kedua

Memasuki bulan Mei ini, Wawan memperkirakan AUM reksadana pendapatan tetap berpotensi masih akan turun karena masih adanya sentimen kenaikan suku bunga. Selain itu, dana kelolaan reksadana pasar uang juga berpotensi akan naik karena kenaikan suku bunga bisa mengangkat kinerjanya dan mendorong aksi pembelian reksadana.

Sementara untuk reksadana saham, Wawan melihat ada potensi untuk terkoreksi pada Mei 2022 ini. “Tetapi dana kelolaan juga bisa naik karena terkadang trennya ketika IHSG terkoreksi justru dimanfaatkan untuk ambil posisi,” tutupnya.

Direktur Utama Trimegah Asset Management, Antony Dirga juga meyakini, tren pertumbuhan dana kelolaan reksadana akan mulai membaik pada paruh kedua tahun 2022. Hal ini sejalan dengan prospek perkembangan pasar saham dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditargetkan oleh Trimegah di level 7.800 pada akhir 2022.

Selain itu, ia melanjutkan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang telah dilakukan juga akan berimbas positif terhadap kegiatan bisnis perusahaan-perusahaan. Hal ini akan meningkatkan animo investor untuk masuk ke reksadana.

"Animo ini juga akan didukung oleh efek multiplier yang positif dari harga komoditas yang tinggi," kata Antony.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.