IHSG Masuki Tren Bullish Jelang Akhir Tahun, Peluang Reksadana Saham

Abdul Malik • 05 Oct 2021

an image
Ilustrasi kenaikan pasar saham yang berpengaruh pada kinerja reksadana saham dan SBN. (Shutterstock)

Pada akhir tahun ini, IHSG diprediksi akan bergerak di level 6.600-6.700

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan berada dalam tren bullish (meningkat) pada kuartal IV 2021 ke level 6.300-6.700. Peningkatan IHSG akan mendorong peningkatan kinerja reksadana berbasis saham.

Head of Research PT Yuanta Sekuritas Indonesia Chandra Pasaribu menjelaskan, pada akhir tahun ini, IHSG diprediksi akan bergerak di level 6.600-6.700. Faktor yang mendukung pergerakan IHSG tersebut adalah bergulirnya kembali perekonomian, meningkatnya harga komoditas terutama batubara dan tingkat bunga acuan yang tetap rendah.

"Dengan bergeraknya perekonomian diharapkan sektor konsumer bisa menjadi ujung tombak bergulirnya pertumbuhan," jelas di Jakarta dikutip, Senin (4/10).

Banyaknya sentimen positif ini juga diikuti oleh antusiasme investor asing yang mulai masuk ke pasar saham Indonesia. Namun arus modal yang masuk, menurut Chandra masih terbatas karena investor asing cenderung merealisasikan keuntungan (profit taking) ketika saham cukup tinggi harganya.

"Terbatasnya arus modal asing yang masuk ini masih akan terjadi karena adanya risiko nilai tukar rupiah yang berkemungkinan melemah apabila imbal hasil (yield) US Treasury Bond meningkat," papar dia.

Chandra menilai hampir seluruh sektor saham akan meningkat menjelang akhir tahun ini. Pasalnya, momentum pemulihan ekonomi dan peningkatan IHSG dirasakan oleh hampir seluruh sektor saham.

Di sisi lain, Head of Investment Research PT Infovesta Utama Wawan Hendrayatna menilai, IHSG bisa melejit ke angka 6.500-6.600 apabila kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dihentikan. Selain sentimen PPKM, hal lain yang mempengaruhi IHSG adalah harga energi yang terus meningkat.

"Pergerakan harga energi ini akan terjadi sampai akhir tahun dan akan menguntungkan saham batu bara," kata dia.

Selain sektor batu bara, sektor saham lain yang akan meningkat pada tahun ini adalah sektor keuangan, consumer good dan transportasi. Sektor ini akan meningkat apabila kebijakan PPKM dihentikan.

Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada mengatakan, menjelang akhir tahun, masih ada momentum kenaikan IHSG seiring dengan maraknya aksi korporasi yang dilakukan sejumlah emiten. Di sisi lain, Indonesia juga sedang berupaya untuk memulihkan perekonomian sehingga hal ini bisa mendorong peningkatan IHSG ke level 6.450-6.500.

"Window dressing juga bisa mendorong kenaikan IHSG, tapi biasanya terjadi menjelang akhir tahun dan juga harus ada faktor penggerak lain," jelas dia.

Didorong Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengungkapkan, IHSG pada kuartal IV 2021 ini akan berada pada tren bullish. Alfred berpendapat menuju akhir tahun, IHSG akan berada pada rentang 6.300-6.500.

Sentimen yang mempengaruhi IHSG tersebut adalah hasil penanganan Covid-19 di Indonesia yang lebih baik dari negara lain, proses pemulihan ekonomi yang lebih baik, konsistensi aksi beli investor asing menjelang akhir tahun, harga komoditas yang masih solid dan adanya window dressing menjelang akhir tahun.

"Pasar saham global yang kondusif setelah mulai jelasnya pelaksanaan kebijakan tapering dan kenaikan suku bunga," jelas dia.

Head of Equity Research PT BNI Sekuritas Kim Kwie Sjamsudin mengungkapkan, BNI Sekuritas memprediksi IHSG tahun ini bisa berada di level 6.600. Faktor pendukungnya adalah pembukaan kembali ekonomi yang akan mendorong saham old economy berkapitalisasi besar yang sebelumnya underperform dan juga arus modal asing ke pasar saham.

"Saham yang berpeluang menguat di sektor perbankan, telekomunikasi dan properti," ujar dia.

Analis PT Panin Sekuritas William Hartanto mengungkapkan, IHSG berpeluang menguat ke level 6.400 tahun ini. Window dressing menjadi salah satu pendorong peningkatan IHSG yang sudah dimulai sejak bulan ini dan juga pada Desember mendatang. 

"Faktor pendorong lainnya adalah meningkatnya saham blue chip yang sebelumnya underperform karena bobot saham itu lumayan besar terhadap IHSG," terang dia.

Peluang Reksadana Saham

Peningkatan IHSG ini tentunya akan berdampak positif bagi reksadana berbasis saham. Dari 45 reksadana saham yang ada di Bareksa, seluruhnya membukukan tingkat pengembalian (return) yang positif dalam setahun.

Bahkan top 5 reksadana saham imbalan tertinggi di Bareksa mampu membukukan return di atas 45 persen dalam setahun.

Reksadana saham tersebut di antaranya Manulife Greater Indonesia Fund dengan imbalan hasil 81,91 persen, Manulife Saham Andalan 74,45 persen, Sucorinvest Sharia Equity Fund 68,9 persen, Shinhan Equity Growth 52,21 persen, serta Manulife Saham SMC Plus 46,46 persen.

Top 5 Reksadana Saham Imbalan Tertinggi 1 Tahun (per 5 Oktober 2021)

Sumber : Bareksa

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.