Tips Investasi Reksadana Saham Pakai Uang THR

Hanum Kusuma Dewi • 26 Apr 2021

an image
Ilustrasi tangan seseorang memegang amplop THR berisikan uang rupiah lembaran Rp100.000 untuk diinvestasikan di reksadana saham. (shutterstock)

Meski THR sudah cair, Prita Ghozie menyarankan investasi reksadana saham dengan strategi berkala

Bareksa.com - Menjelang Lebaran 2021, kita perlu bersyukur bila kita sudah menerima pencairan Tunjangan Hari Raya (THR), sebab tidak semua kalangan bisa menikmatinya. Satu cara bersyukur adalah dengan menggunakan uang THR secara bijak

Prita Ghozie, financial planner dan investment coach, menjelaskan bahwa alokasi gaji bulanan dan THR harus dipisah. Gaji bulanan digunakan untuk untuk keperluan rutin, sementara THR diutamakan untuk pengeluaran khusus Lebaran. 

"Gaji bulanan dan THR harus dipisah, jangan merasa kaya mendadak," ujarnya dalam Investream Bareksa

Bila kita ingin menggunakan uang THR untuk investasi reksadana saham, ada sejumlah tips yang perlu diperhatikan. Pertama, pastikan tujuan keuangan investasi reksadana saham adalah untuk jangka panjang. 

Kedua, bagi pemula yang ingin mencoba investasi reksadana saham, lakukan secara berkala atau istilahnya dollar cost averaging (DCA). Investor perlu memahami bahwa reksadana saham bisa berfluktuasi cepat, dan strategi DCA bisa mengurangi risiko fluktuasi tersebut. 

"Kalau mau coba reksadana saham, jangan beli lump sum atau sekali besar. Kita bisa gunakan strategi dollar cost averaging atau DCA. Bisa beli bertahap dua minggu sekali, atau sebulan sekali. Meski sudah ada uangnya, anggap saja uang kita seperti roti, kita belah-belah," ujar Prita.  

Ketiga, untuk pemula yang masih bingung, disarankan untuk lebih rajin riset dari informasi yang ada, seperti yang ada di aplikasi investasi Bareksa. Indikator yang dilihat sebaiknya tidak hanya kinerja masa lalu, meski itu bisa jadi satu pertimbangan. 

Bila melihat kinerja masa lalu, cek bagaimana performa produk reksadana saham itu di saat pasar saham atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok karena krisis. "Kalau pasar drop 50 persen, produk reksadana itu cuma drop 20 persen, wah produk ini kece," ujar Prita. 

Keempat, Prita menyarankan investor untuk melihat informasi dari fund fact sheet dan prospektus reksadana, yang semuanya bisa dilihat di aplikasi investasi Bareksa. Keberadaan dokumen informasi tersebut bukan untuk pajangan saja, tetapi harus dimanfaatkan dan jadi acuan bagi investor. 

Kelima, evaluasi berkala untuk melihat bagaimana perkembangan dana investasi. Namun, tidak perlu setiap hari, evaluasi cukup sebulan sekali saja apakah sudah sesuai dengan rencana yang ditentukan. 

Terakhir, bila belum mencapai target investasi, jangan mencairkan reksadana. Sebaliknya, bila dana sudah mencapai target dan posisinya sudah naik, tidak perlu tunggu lagi untuk mencairkan investasi reksadana. 

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas portofolionya adalah saham, yang bisa bergerak naik turun dalam waktu cepat. Jenis reksadana saham memiliki risiko tinggi, tetapi berpotensi memberikan imbal hasil yang tinggi juga. 

Karena nilainya bisa berfluktuasi tinggi, reksadana saham disarankan untuk investor bertipe risiko tinggi atau agresif dan untuk investasi jangka panjang di atas lima tahun. 

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini 

- Beli reksadana, klik tautan ini 

- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store

- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore 

- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.